Pasar Kripto Anjlok, Pejabat The Fed Ingin Ada Regulasi Lebih Ketat

Risiko dalam sistem telah mengkristal dan banyak investor crypto menderita kerugian.

oleh Pipit Ika Ramadhani diperbarui 10 Jul 2022, 08:03 WIB
Diterbitkan 10 Jul 2022, 08:03 WIB
Ilustrasi Mata Uang Kripto, Mata Uang Digital.
Ilustrasi Mata Uang Kripto, Mata Uang Digital. Kredit: WorldSpectrum from Pixabay

Liputan6.com, Jakarta - Salah satu pejabat tinggi di bank sentral Amerika Serikat atau the Federal Reserve (the Fed) tengah mencermati guncangan yang terjadi pada aset kripto baru-baru ini. Wakil Ketua Federal Reserve Lael Brainard mengatakan, regulasi lebih ketat mungkin diperlukan, atau industri bisa menjadi bahaya yang lebih luas.

"Volatilitas baru-baru ini telah mengekspos kerentanan serius dalam sistem keuangan kripto,” kata Wakil Ketua Fed Lael Brainard dalam pidatonya di London, dikutip dari Coindesk, ditulis Minggu (10/7/2022).

Brainard mengatakan, The Fed telah memantau dengan cermat peristiwa baru-baru ini. Risiko dalam sistem telah mengkristal dan banyak investor crypto menderita kerugian. Sehingga ia menyarankan adanya peraturan yang lebih kuat untuk membangun infrastruktur keuangan asli digital yang tangguh.

Brainard berpendapat, kekurangan crypto pada dasarnya sama dengan keuangan tradisional. Di mana sektor ini harus memenuhi standar keamanan yang sama sebelum menjadi cukup besar dan menjadi ancaman bagi sistem keuangan lainnya.

Ia mencermati, platform perdagangan crypto dan perusahaan pemberi pinjaman crypto tidak hanya terlibat dalam kegiatan yang serupa dengan keuangan tradisional tanpa kepatuhan terhadap peraturan yang sebanding. Namun, juga menggabungkan kegiatan yang harus dipisahkan di pasar keuangan tradisional.

"Beberapa platform menggabungkan infrastruktur pasar dan fasilitasi klien dengan bisnis berisiko seperti pembuatan aset, perdagangan kepemilikan, modal ventura, dan pinjaman,” kata dia.

Dia juga menunjuk pada peristiwa baru-baru ini yang semakin menekan harga crypto dan memperburuk sentimen, khususnya runtuhnya Terra, serta upaya untuk menciptakan stablecoin terdesentralisasi dan krisis likuiditas saat ini yang melibatkan Three Arrows Capital.

Brainard berpendapat, tekanan di seluruh industri telah mengungkapkan, platform crypto menderita kerentanan. Tercermin dari pembekuan penarikan di beberapa platform dan pertukaran pinjaman crypto. Pekan lalu, hedge fund Three Arrows Capital mengajukan kebangkrutan Bab 15 di pengadilan federal Distrik Selatan New York.

 

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Begini Prospek Pasar Kripto di Tengah Dominasi Sentimen Negatif

Ilustrasi Bitcoin. Liputan6.com/Mochamad Wahyu Hidayat
Ilustrasi Bitcoin. Liputan6.com/Mochamad Wahyu Hidayat

Sebelumnya, pergerakan market kripto sejak awal Juli 2022, tidak cukup memuaskan. Selama akhir pekan lalu, sejumlah aset kripto berkapitalisasi besar atau big cap masih bergerak di bawah level resistance-nya. Meskipun sempat menguat, secara keseluruhan kripto masih berada di kisaran harga yang telah ditempati sejak lama. 

Misalnya Bitcoin dalam meskipun menguat, harganya masih terjebak di kisaran USD 20.000 atau sekitar Rp 299,5 juta. Walaupun ada penguatan tinggi, sejauh ini Bitcoin hanya bisa menyentuh USD 21.000.

Trader Tokocrypto, Afid Sugiono menjelaskan pergerakan kripto ke depan berdasarkan analisis data on-chain dan sisi teknikal, aset kripto masih berpotensi melemah cukup dalam, meskipun level harga aset kripto saat ini terbilang sideways atau datar. 

"Pergerakan pasar kripto sejatinya mengikuti sentimen investor secara umum yang tengah menghindari risiko, sama seperti yang tercermin dari pelemahan di pasar saham AS," ujar Afid kepada Liputan6.com, Selasa, 5 Juli 2022.

Sampai saat ini, investor yakin ekonomi AS sesegera mungkin akan masuk ke jurang resesi. Mereka juga takut pertumbuhan ekonomi AS bakal makin terjerembab mengingat bank sentral AS, The Fed, berkali-kali menegaskan kekukuhannya untuk mengerek suku bunga acuan demi mengekang inflasi.

"Dari sisi teknikal, Bitcoin saat ini memiliki support terdekat di level USD 17.700 dengan resistance terdekat di USD 21.051. Namun, terlihat pekan ini investor masih bersikeras untuk mempertahankan harga BTC tidak anjlok di bawah USD 19.000,” kata Afid.

Namun, menurut Afid, jika melihat volume trading pada pekan ini tampak masih anjok yang cukup dalam, sehingga semakin besar pula potensi BTC untuk melanjutkan pelemahannya dan menguji level support kuatnya di USD 15.500 dalam jangka panjang.

 

Bitcoin Berhasil Sentuh Rp 332,8 Juta, Ini Penyebabnya

Ilustrasi Bitcoin. Liputan6.com/Mochamad Wahyu Hidayat
Ilustrasi Bitcoin. Liputan6.com/Mochamad Wahyu Hidayat

Sebelumnya, pergerakan pasar kripto di tengah pekan ini, terlihat menghijau karena terjadi kenaikkan harga. Sejak awal pekan, pasar terus berjuang untuk tidak anjlok di bawah level psikologisnya yaitu di kisaran USD 20.000 atau Rp 299,3 juta.

Melansir situs Coinmarketcap, pada Jumat (8/7/2022) siang, 10 aset kripto berkapitalisasi pasar terbesar atau big cap sukses melaju ke zona hijau dalam 24 jam terakhir. Nilai Bitcoin (BTC) melambung 7,11 persen ke USD 22.234 (Rp 332,8 juta) per keping dalam sehari terakhir. 

Trader Tokocrypto, Afid Sugiono, melihat pergerakan pasar kripto yang mengalami kenaikan singkat ini disebabkan karena investor yang mulai bersemangat, setelah melihat dinamika yang terjadi di indeks pasar saham AS. 

Investor melacak pasar saham utama antara lain Nasdaq, S&P 500 dan Dow Jones Industrial Average semuanya naik, meskipun sedikit. 

"Investor kripto ternyata sedikit bergairah melihat market saham AS yang juga mengalami kenaikan. Hal ini wajar saja, mereka selalu berkaca pada stock market AS, untuk melihat ketertarikan market secara keseluruhan terhadap aset berisiko secara umum," kata Afid dalam keterangan tertulis, dikutip Jumat (8/7/2022). 

Gerak Kripto dan Pasar Saham Makin Selaras

Laporan terbaru Coin Metrics menunjukkan, korelasi antara aset kripto dan indeks saham AS telah mencapai level terkuatnya di kuartal II 2022 sejak Maret 2020. Bisa dibilang Bitcoin dan ekuitas AS bergerak hampir sejajar.

Meski demikian, reli singkat ini kemungkinan diprediksi hanya sementara. Menurut Afid, sentimen utama market kripto belum kondusif. Investor masih mencermati dinamika makroekonomi dan efektivitas pengetatan kebijakan moneter The Fed terhadap tingkat inflasi AS. 

 

Investor Was-Was

Crypto Bitcoin
Bitcoin adalah salah satu dari implementasi pertama dari yang disebut cryptocurrency atau mata uang kripto.

Kemudian, kegagalan platform kripto, Three Arrows Capital (3AC) dan Voyager turut membuat investor was-was. 

"Kondisi market kripto saat ini yang belum kondisi. Masih ada banyak pukulan yang bisa menghantam lebih jauh, mulai dari ketidakpastian makroekonomi, agresivitas The Fed hingga kegagalan sistem ekosistem kripto itu sendiri. Investor meyakini tidak melihat harga naik dalam waktu dekat, kecuali perubahan tak terduga terjadi," ujar Afid.

Afid melihat investor sangat menanti data inflasi AS yang sedianya bakal dirilis pekan depan. Data tersebut mungkin menunjukkan kebijakan moneter The Fed efektif atau tidak. Jika inflasi turun dan indikator ekonomi lainnya juga melanjutkan penurunan, investor mungkin merasa lebih yakin masuk ke pasar kripto.

Khusus untuk pergerakan Bitcoin sendiri, Afid melihat saat ini masih cenderung konsolidasi dan ada potensi penurunan harga di kisaran USD 18.000 hingga USD 20.000. Bitcoin telah 'beristirahat' di atas USD 20.000 untuk hari ketiga berturut-turut.

INFOGRAFIS: 10 Mata Uang Kripto dengan Valuasi Terbesar (Liputan6.com / Abdillah)
INFOGRAFIS: 10 Mata Uang Kripto dengan Valuasi Terbesar (Liputan6.com / Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya