Perusahaan Ini Borong Bitcoin Senilai Rp 1,6 Triliun

CEO Marathon Digital Fred Thiel mendorong pemerintah dan perusahaan untuk menyimpan bitcoin sebagai aset cadangan.

oleh Gagas Yoga Pratomo diperbarui 01 Agu 2024, 06:00 WIB
Diterbitkan 01 Agu 2024, 06:00 WIB
Perusahaan Ini Borong Bitcoin Senilai Rp 1,6 Triliun
Perusahaan penambang bitcoin sekarang memiliki lebih dari 20.000 bitcoin yang bernilai sekitar USD 1,3 miliar di pasar terbuka (Foto: Kanchanara/Unsplash)

Liputan6.com, Jakarta - Perusahaan penambang Bitcoin, Marathon Digital mengungkapkan telah membeli Bitcoin senilai USD 100 juta atau setara Rp 1,6 triliun (asumsi kurs Rp 16.331 per dolar AS di pasar terbuka,

Perusahaan tersebut sekarang memiliki lebih dari 20.000 bitcoin yang bernilai sekitar USD 1,3 miliar di pasar terbuka dan bermaksud untuk memperoleh lebih banyak lagi. Mereka juga mengatakan mereka berencana untuk menyimpan semua bitcoin yang ditambangnya.

Kepala Keuangan Marathon Salman Khan menjelaskan penurunan harga bitcoin baru-baru ini, dikombinasikan dengan posisi keuangan perusahaan yang kuat, memberikan peluang yang ideal untuk memperluas kepemilikannya. Perusahaan tersebut akhir-akhir ini menjual bitcoin untuk menutupi biaya operasional.

Di sisi lain, CEO Marathon Fred Thiel mengatakan pihaknya percaya bitcoin adalah aset cadangan kas terbaik di dunia dan mendukung gagasan dana kekayaan negara untuk menyimpannya.

"Kami mendorong pemerintah dan perusahaan untuk menyimpan bitcoin sebagai aset cadangan,” kata Thiel, dikutip dari Yahoo Finance, Rabu (31/7/2024). 

Hingga 30 Juni 2024, Marathon memegang uang tunai senilai USD 268 juta. Perusahaan tersebut akan melaporkan pendapatan kuartal keduanya pada 1 Agustus 2024.

Disclaimer: Setiap keputusan investasi ada di tangan pembaca. Pelajari dan analisis sebelum membeli dan menjual Kripto. Liputan6.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan dan kerugian yang timbul dari keputusan investasi.  

    

Pemerintah AS Pindahkan Bitcoin Sitaan Kasus Silk Road Senilai Rp 32,6 Triliun

Ilustrasi bitcoin dan ethereum (Foto: Unsplash/Thought Catalog)
Ilustrasi bitcoin dan ethereum (Foto: Unsplash/Thought Catalog)

Sebelumnya, laporan terbaru dari Arkham Intelligence, pemerintah Amerika Serikat telah mentransfer Bitcoin senilai lebih dari USD 2 miliar atau setara Rp 32,6 triliun, yang disita dari pasar web gelap Silk Road yang terkenal, ke dompet yang tidak diketahui identitasnya. 

Dilansir dari Yahoo Finance, Rabu (31/7/2024), hingga saat ini, masih belum jelas apakah AS berencana untuk menjual Bitcoin yang baru saja ditransfer tersebut. 

Transfer ini dilakukan hanya dua hari setelah mantan Presiden Donald Trump, yang saat ini menjadi kandidat Partai Republik dalam pemilihan presiden tahun ini, berjanji pada konferensi Bitcoin 2024 di Nashville untuk membuat cadangan Bitcoin strategis nasional jika terpilih. 

Trump menekankan di bawah pemerintahannya, pemerintah akan berhenti menjual Bitcoin yang disita. Pasar bereaksi cepat terhadap berita transfer tersebut. 

Harga Bitcoin turun lebih dari 2% setelah sempat mencapai USD 70.000 per koin pada Senin pagi, harga Bitcoin turun menjadi USD 66.000, diperdagangkan turun 4,6% dalam 24 jam terakhir. 

Pengusaha kripto dan CEO Galaxy Digital Mike Novogratz mengkritik waktu pemindahan tersebut. Pemerintah federal sering memindahkan Bitcoin yang telah disita dari penjahat antara dompet dan kustodian. 

Meskipun pihak berwenang telah menjual kripto yang disita di masa lalu, transfer semacam itu tidak selalu menandakan adanya niat untuk melikuidasi.

 

Universitas Wyoming Luncurkan Institut Riset Bitcoin

Ilustrasi: Bitcoin
Ilustrasi: Bitcoin

Sebelumnya, Universitas Wyoming Amerika Serikat (AS) akan meluncurkan Institut Riset Bitcoin (Bitcoin Research Institute) pada Agustus. Adanya Pusat Riset Bitcoin ini untuk menyediakan studi dan ulasan yang berkualitas tinggi tentang Bitcoin.

Aktivis Bitcoin dan Professor Universitas Wyoming Bradley Rettler mengumumkan lembaga baru tersebut pada X pada 28 Juli. Ia akan menjabat sebagai direktur lembaga tersebut.

Rettler menggambarkan keadaan terkini penelitian Bitcoin masih sangat buruk dan menekankan bahwa industri tersebut membutuhkan lebih banyak publikasi dan ulasan yang berkualitas tinggi.

Hal ini untuk memastikan masyarakat mendapatkan informasi yang benar tentang apa itu Bitcoin dan cara kerjanya.

Ia menyoroti sebuah studi di 2018 yang dipimpin oleh Profesor Camilo Mora dari University of Hawaii yang mengklaim bahwa emisi Bitcoin saja dapat meningkatkan pemanasan global hingga 3,6° Fahrenheit (2 Derajat Celsius) pada tahun 2048.

"Mereka gagal memperhitungkan penyesuaian tingkat kesulitan dan tidak tahu ada batasan ukuran blok," jelas Rettler dikutip dari cointelegraph, Selasa (30/7/2024).

"Kesalahan-kesalahan ini masuk ke dalam jurnalisme dan kebijakan. Bitcoin memiliki banyak segi dalam teori, dan bahkan lebih lagi dalam praktik. Jurnalis tidak bisa menjadi ahli, jadi mereka bergantung pada akademisi. Terlalu banyak akademisi yang mengecewakan mereka." tambah dia.

Salah satu profesor di lembaga tersebut adalah Andrew M. Bailey, penulis utama "Resistance Money: A Philosophical Case for Bitcoin." Rettler juga disebut sebagai penulis buku tersebut.

Bitcoin Research Institute akan resmi dibuka pada Agustus saat semester Musim Gugur untuk tahun 2024-2025 dimulai.

Twitter Hapus Emoji dari Tagar Bitcoin dan MAGA

Ilustrasi bitcoin (Foto: Unsplash/Aleksi Raisa)
Ilustrasi bitcoin (Foto: Unsplash/Aleksi Raisa)

Sebelumnya, platform media sosial milik Elon Musk, X (dulu Twitter) menghapus emoji Bitcoin dari tagar "#Bitcoin," yang menyebabkan kehebohan di komunitas kripto. Logo atau emoji untuk beberapa token mulai muncul pertama kali di X pada tahun 2020.

Komunitas kripto di X mulai berkomentar pada Jumat pagi bahwa mereka tidak dapat lagi melihat emoji saat memposting “#bitcoin” di X. Beberapa kemudian mengetahui bahwa tagar untuk #bnbchain dan #cryptocom, yang juga menampilkan emoji, tidak lagi menampilkan gambar merek.

Melansir Coindesk, Minggu (28/7/2024), emoji untuk #MAGA yang sebelumnya menampilkan kandidat Republik Donald Trump juga dihapus jelang penampilannya yang dijadwalkan di konferensi Bitcoin 2024 yang sedang berlangsung di Nashville.

Emoji Bitcoin pertama kali diperkenalkan pada 2020 oleh Jack Dorsey yang saat masih disebut Twitter. Dorsey mencoba mempopulerkan simbol bitcoin ke Unicode, standar penyandian teks yang dikelola oleh Konsorsium Unicode yang dirancang untuk mendukung penggunaan teks di semua sistem penulisan di dunia yang dapat didigitalkan.

X yang saat itu dikenal sebagai Twitter, dilaporkan mengenakan biaya kepada perusahaan hingga USD 1 juta untuk menambahkan emoji atau simbol bermerek setelah tagar tertentu guna membantu membedakan merek mereka dari pesaing dan menciptakan perbincangan hangat di kalangan konsumen.

Berbeda dengan pilihan X, Nexo tampaknya mendukung penerimaan emoji Bitcoin di seluruh dunia. Hari ini, 26 Juli, platform pinjaman kripto instan itu mengatakan di X bahwa mereka telah menghubungi Konsorsium Unicode dengan proposal untuk menambahkan emoji Bitcoin ke papan ketik digital di seluruh dunia. Batas waktu untuk putusan tahun ini adalah 30 November.

Standar internasionalisasi perangkat lunak di seluruh dunia dibuat, dikelola, dan dipromosikan oleh Konsorsium Unicode. Tokoh terkemuka di industri ini, seperti Bitget, Polygon, Chainalysis, OKX, dan banyak lagi, mendukung petisi emoji Bitcoin yang diajukan Nexo.

INFOGRAFIS: 10 Mata Uang Kripto dengan Valuasi Terbesar (Liputan6.com / Abdillah)
INFOGRAFIS: 10 Mata Uang Kripto dengan Valuasi Terbesar (Liputan6.com / Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya