Bos MicroStrategy Prediksi Harga Bitcoin Sentuh Rp 796 Miliar pada 2045

Microstrategy juga telah umumkan niat untuk menjual obligasi konversi untuk beli bitcoin.

oleh Gagas Yoga Pratomo diperbarui 09 Agu 2024, 06:00 WIB
Diterbitkan 09 Agu 2024, 06:00 WIB
Bos MicroStrategy Prediksi Harga Bitcoin Sentuh Rp 796 Miliar pada 2045
Prediksi terbaru pendiri dan ketua perusahaan, MicroStrategy, Michael Saylor untuk masa depan bitcoin telah menarik perhatian komunitas kripto. (Foto: Jievani Weerasinghe/Unsplash)

Liputan6.com, Jakarta - Prediksi terbaru pendiri dan chairman perusahaan, MicroStrategy, Michael Saylor untuk masa depan bitcoin telah menarik perhatian komunitas kripto. Saylor memprediksi harga Bitcoin dapat mencapai USD 49 juta atau setara Rp 796,1 miliar (asumsi kurs Rp 16.261 per dolar AS).

"Pada tahun 2045, harga bitcoin bisa mencapai USD 3 juta hingga USD 49 juta, dengan kisaran tengah sekitar USD 13 juta,” kata Saylor, dikutip dari Yahoo Finance, Jumat (9/8/2024). 

Saylor adalah tokoh yang sangat berpengetahuan dalam teknologi dan kripto. Dirinya menjadi pencetus investasi Bitcoin sebagai strategi MicroStrategy. MicroStrategy memiliki 226.331 bitcoin per 24 Juni 2024. MicroStrategy menyatakan harga pembelian rata-rata sebesar USD 35.158 per bitcoin dengan total biaya USD 7,5 triliun.

MicroStrategy sebelumnya juga mengumumkan niatnya untuk menjual obligasi konversi senilai USD 500 juta, untuk pembelian lebih banyak Bitcoin. Obligasi tersebut, yang akan jatuh tempo pada 2032, ditargetkan kepada pembeli institusional yang memenuhi syarat.

Langkah menjual obligasi untuk investasi Bitcoin menyoroti penekanan strategis MicroStrategy pada mata uang digital sebagai aset utama, dengan kepemilikannya sudah melebihi kepemilikan entitas korporasi lainnya.

Surat utang tersebut akan memperoleh bunga setiap semester dan dapat dikonversi menjadi saham MicroStrategy atau uang tunai dalam kondisi tertentu. Inisiatif ini adalah bagian dari tren yang lebih luas dari upaya blockchain MicroStrategy, termasuk memanfaatkan blockchain Bitcoin untuk meningkatkan keamanan identitas digital.

 

Disclaimer: Setiap keputusan investasi ada di tangan pembaca. Pelajari dan analisis sebelum membeli dan menjual Kripto. Liputan6.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan dan kerugian yang timbul dari keputusan investasi.

 

Sempat Anjlok 20 Persen, Bagaimana Potensi Harga Bitcoin ke Depan?

Ilustrasi aset kripto Bitcoin. (Foto By AI)
Ilustrasi aset kripto Bitcoin. (Foto By AI)

Sebelumnya, pasar kripto dalam satu pekan terakhir mengalami penurunan harga yang cukup signifikan. Penurunan harga kripto yang terjadi disinyalir merupakan akibat dari beberapa faktor.

Beberapa di antaranya seperti kekhawatiran resesi di AS pasca rilis data sektor ketenagakerjaan pekan lalu, potensi tekanan jual 17 ribu lebih kreditur Mt. Gox yang telah menerima pengembalian aset kriptonya.

Kemudian, kebijakan bank sentral Jepang untuk menaikkan suku bunga dan mengurangi pembelian surat utang, serta masih relatif minimnya pertumbuhan adopsi kripto turut jadi penyebab penurunan pasar.

Lantas bagaimana potensi pasar kripto ke depan setelah terjadinya koreksi yang cukup dalam? 

Merespon kondisi tersebut, Crypto Analyst Reku, Fahmi Almuttaqin mengatakan optimisme para penambang Bitcoin (miner) masih terbilang relatif tinggi di mana hanya terjadi sedikit penurunan hash rate yang merupakan fluktuasi normal dan tidak mensinyalir adanya aksi pemberhentian operasi penambangan oleh para miner. 

Fahmi menjelaskan hal ini berbeda dengan penurunan hash rate yang cukup signifikan pada 23 Juni lalu yang kemudian diikuti penurunan harga lanjutan Bitcoin dari level USD 64.000 ke USD 59.000 pada 25 Juni dan USD 54.000 pada 5 Juli. 

 “Dengan optimisme tersebut, membaiknya performa Bitcoin masih terbuka,” kata Fahmi dalam keterangan resmi, dikutip Kamis (8/8/2024). 

Dengan tren bullish yang terlihat mampu bertahan terlepas dari tekanan jual yang ada di pasar, periode Agustus-September mungkin akan menjadi periode akumulasi oleh sebagian investor untuk bersiap menghadapi reli utama pada fase bullish kripto yang berpotensi terjadi pasca perubahan arah kebijakan suku bunga The Fed. 

“Namun perlu dicatat apabila suku bunga diturunkan disaat inflasi AS masih belum cukup berhasil ditekan, terdapat kemungkinan kembali ditahannya suku bunga khususnya apabila inflasi kembali naik. Terjadinya hal itu mungkin akan menghambat reli yang akan berlangsung,” ujar Fahmi.

 

Investor Perlu Ambil Keputusan Cermat

Ilustrasi aset kripto Bitcoin. (Foto By AI)
Ilustrasi aset kripto Bitcoin. (Foto By AI)

Di tengah kondisi pasar saat ini, Reku mengimbau investor untuk mengambil keputusan yang cermat dan tidak tergesa-gesa. Menurut Fahmi, investor bisa memantau pergerakan pasar dengan mencari sumber informasi yang mudah dimengerti dan sudah mencakup analisa pasarnya. 

Sebab, banyaknya faktor seringkali menghambat investor menyimpulkan situasi yang terjadi. Sehingga dengan mencari sumber informasi yang mudah dimengerti, juga dapat memudahkan investor mengambil keputusan. 

“Selain itu, investor juga bisa melakukan menabung rutin dan memantau kondisi pasar secara reguler,” pungkas Fahmi. 

Disclaimer: Setiap keputusan investasi ada di tangan pembaca. Pelajari dan analisis sebelum membeli dan menjual Kripto. Liputan6.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan dan kerugian yang timbul dari keputusan investasi.

Morgan Stanley Jualan ETF Bitcoin ke Orang Kaya

Ilustrasi bitcoin (Foto: Unsplash/Aleksi Raisa)
Ilustrasi bitcoin (Foto: Unsplash/Aleksi Raisa)

Sebelumnya, raksasa perbankan di Wall Street, Morgan Stanley dikabarkan akan membuka penawaran dana yang diperdagangkan di bursa (ETF) Bitcoin (BTC) kepada klien terkaya mereka pekan ini. 

Mengutip Coindesk, Senin (5/8/2024) sejumlah sumber terkait melaporkan bahwa Morgan Stanley mengizinkan lebih dari 15.000 penasihat keuangannya untuk menjual saham IBIT milik BlackRock dan FBTC milik Fidelity.

Penawaran ETF Bitcoin itu dibuka hanya untuk klien Morgan Stanley dengan kekayaan bersih minimal USD 1,5 juta atau sekitar Rp.24,1 miliar.

Bank yang memiliki aset kelolaan senilai USD 1,5 triliun itu, mengambil langkah tersebut sebagai respons terhadap permintaan dari klien, menurut laporan CNBC.

Morgan Stanley memegang dana sebesar USD 269,9 juta dari Grayscale’s Bitcoin Trust (GBTC) per 31 Maret 2024, sebuah tanda bahwa perusahaan tersebut mungkin berencana untuk menawarkan ETF kepada klien di beberapa titik.

Persetujuan ETF bitcoin spot di AS pada bulan Januari membawa harapan bahwa roda investasi tersebut akan menarik kantong tebal lembaga keuangan ke mata uang kripto.

Namun, perusahaan besar seperti Morgan Stanley sering kali memiliki proses kepatuhan dan peninjauan yang panjang untuk dilakukan sebelum mereka menyetujui dana yang akan ditawarkan kepada klien mereka.

Sementara itu, pihak Morgan Stanley tidak segera menanggapi permintaan komentar terkait kabar penawaran ETF Bitcoin pada kliennya.

Menurut data dari Coinmarketcap, Senin (5/8), kripto dengan kapitalisasi pasar terbesar, Bitcoin (BTC) merosot 10,25% dalam 24 jam dan 21,35% dalam sepekan.

Harga Bitcoin hari ini berada di level Rp.878,018,396.99.

 

Lipsus Bitcoin
Infografis bitcoin (Liputan6.com/Triyasni)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya