Liputan6.com, Washington DC- Satu lagi bukti kekejaman ekstremis Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) terpampang. Kelompok teroris itu merilis video pemenggalan seorang jurnalis asal Amerika Serikat, James Foley. Militan juga mengancam akan menghabisi nyawa warga AS lain, jika Presiden Barack Obama tak mengakhiri operasi militernya di Irak.
Dalam video yang diposting di YouTube Selasa 19 Agustus kemarin, Foley terlihat berlutut di samping seorang pria berpakaian hitam. Pria itu membaca sebuah pesan, yang diduga ditulis oleh mereka yang menangkapnya, bahwa 'pembunuhnya yang sebenarnya' adalah Amerika.
"Aku berharap masih punya waktu. Masih punya harapan bebas untuk bertemu keluargaku sekali lagi," demikian kata-kata terakhir sang jurnalis, seperti Liputan6.com kutip dari CNN, Rabu (20/8/2014).
Kemudian, adegan kejam dan sadis terlihat di video. Korban dipenggal. "Kami telah melihat video yang diduga pembunuhan seorang warga AS James Foley oleh ISIS," kata juru bicara Dewan Keamanan Nasional, Caitlin Hayden. "Komunitas intelijen sedang berkerja secepat mungkin untuk menentukan keasliannya. Jika itu ternyata benar, kami menyayangkan pembunuhan brutal terhadap jurnalis AS yang tak bersalah. Kami juga menyampaikan duka cita pada keluarga dan rekannya."
Sementara itu, juru bicara Gedung Putih, Eric Schultz mengatakan Obama telah mengetahui soal insiden tersebut. "Beliau akan terus mendapatkan informasi terbaru secara reguler," kata dia.
Aku bangga padanya...
Foley menghilang pada 22 November 2012, di barat laut Suriah, dekat perbatasan dengan Turki. Ia dilaporkan dimasukkan secara paksa ke dalam kendaraan, oleh pria-pria bersenjata. Sejak saat itu jurnalis yang bekerja untuk situs online AS, GlobalPost tak terdengar kabarnya. Foley juga kerap menulis untuk AFP.
Dia juga pernah ditahan di Libya bersama 3 reporter lain pada April 2011, namun dibebaskan 6 pekan kemudian.
Sementara itu, sang ibunda Diane mencurahkan perasaannya di sosial media. Tentang rasa dukanya, dan rasa bangganya pada sang putra.
"Tak ada kata yang bisa mewakili kebanggaan kami atas Jim. Dia mengorbankan hidupnya untuk menyampaikan pada dunia soal penderitaan rakyat Suriah," tulis dia.
"Kami mohon para penculik untuk melepaskan para sandera yang tersisa. Seperti Jim, mereka tak bersalah. Mereka tak punya kekuatan apapun terkait kebijakan pemerintah AS di Irak, Suriah, atau di manapun di seluruh dunia."
Kepada putranya, Diane berkata, "Kami berterimakasih pada Jim untuk semua kegembiraan yang telah ia berikan pada kami. Dia adalah putra, saudara, jurnalis, dan seorang individu yang luar biasa."
Foley tumbuh besar di New Hampshire. Ia adalah lulusan Medill School of Journalism Northwestern University pada tahun 2008. Seperti jurnalis muda lain yang bernyali, setelah serangan teror 11 September 2001 dan perang Amerika di luar negeri, ia memburu berita hingga Irak, Afghanistan, dan zona konflik lainnya.
Dalam video ISIS juga terlihat jurnalis AS lain. Nyawanya, kata seorang militan Berbahasa Inggris dengan aksen British, tergantung apa yang akan dilakukan Obama.
Jurnalis tersebut diyakini sebagai Steven Sotloff, yang diculik di perbatasan Suriah-Turki pada tahun 2013. Dia adalah kontributor Time dan Foreign Policy.
Komite perlindungan jurnalis atau Committee to Protect Journalists memperkirakan ada sekitar 20 wartawan yang hilang di Suriah, kebanyakan ditahan ISIS.
Di antara mereka juga ada Austin Tice, jurnalis lepas yang mengirimkan artikelnya ke Washington Post. Ia menghilang pada Agustus 2012.
Pembunuhan Foley mengingatkan pada tewasnya Daniel Pearl, koresponden Wall Street Journal yang diculik saat melaksanakan tugas jurnalistik di Pakistan pada Januari 2002. Detik-detik nyawa melayang dari raganya juga direkam dalam video dan diposting di internet oleh Al Qaeda. (Tnt)