Obama: Pemenggalan Wartawan AS oleh ISIS Gemparkan Dunia

Presiden Amerika Serikat sangat menyayangkan langkah ekstrem ISIS tersebut.

oleh Rizki Gunawan diperbarui 21 Agu 2014, 01:27 WIB
Diterbitkan 21 Agu 2014, 01:27 WIB
Obama Akan Kenang Pejuang AIDS yang Meninggal di Pesawat MH17
Presiden Barack Obama

Liputan6.com, Washington DC - Wartawan asal Amerika Serikat (AS) James Foley dilaporkan telah tewas dipenggal oleh kelompok Islamic State of Iraq and Syria (ISIS). Video penggorokannya ramai beredar di media sosial.

Presiden AS Barack Obama mengatakan pemenggalan tersebut telah menggemparkan dunia internasional. Dia sangat menyayangkan langkah ekstrem ISIS tersebut dan optimistis pada akhirnya kelompok itu akan kandas.

"Seluruh dunia gempar atas pemenggalan itu," ujar Obama, singkat, seperti dimuat CNN, Kamis (21/8/2014).

Presiden ke-44 AS itu pun menegaskan bahwa kelompok militan yang juga disebut IS tidak akan punya tempat untuk berada di dunia internasional. Cepat atau lambat akan hancur.

"Mereka tak punya tempat pada Abad 21 ini. Orang-orang seperti mereka, pada akhirnya akan hancur. Karena masa depan hanya milik mereka yang membangun, bukan merusak," ujar Obama.

Dalam video yang beredar terlihat detik-detik terakhir pemenggalan Foley. Terdengar juga suara aksen Inggris yang diduga kuat berasal dari mulut sang algojo yang menutup kepalanya.

James Foley merupakan wartawan lepas yang aktif mengirimkan laporan tentang Timur Tengah. Pria usia 40 tahun yang bekerja untuk Global Post dan AFP. Ia diculik pada 2012.

Foley yang mengenakan baju oranye di sebuah gurun pun mengucapkan pesan terakhirnya, kepada keluarga dan rekan lainnya. Ucapannya terkait serangan militer AS kepada ISIS di Irak, dan menyiratkan pesan balas dendam dari ISIS ke AS.

"Saya serukan kepada teman-teman, keluarga dan orang-orang tercinta untuk bangkit melawan pembunuh yang sebenarnya: pemerintah AS. Apa yang akan terjadi bagi saya merupakan akibat dari aksi kriminalitas mereka," ujar Foley.

Melalui akun Facebook, Ibu Foley, Diane mengatakan anaknya mengorbankan diri untuk mengungkap penderitaan warga Suriah. "Ia mengorbankan hidupnya untuk berusaha memberitahukan kepada dunia mengenai penderitaan rakyat Suriah," tulisnya.

Diane meminta para penculik untuk membebaskan sandera-sandera lainnya, dengan mengatakan mereka sebagai orang-orang yang tidak bersalah yang tidak bertanggung jawab terhadap kebijakan luar negeri AS.

Hingga kini, belum diketahui pasti apakah video itu benar-benar otentik atau tidak. Biro Investigasi Federal AS (FBI) tengah menyelidikinya.

Baca juga:

Petinggi ISIS Tewas Dibom di Suriah

Ulama Besar Arab Saudi: ISIS Musuh Islam Nomor Wahid

Maskapai AS Dilarang Terbang Lintasi Kawasan Konflik Suriah

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya