Liputan6.com, Kampala - Saat melihat bayi yang ia lahirkan, perempuan bernama Margaret Awino terkejut bukan kepalang. Sebab, fisik buah hatinya berbeda, memiliki organ yang jauh lebih banyak dari anak lainnya: 4 tangan dan 4 kaki. Hati sang ibu gelisah bukan main.
Paul Mukisa, nama bayi itu, tidak dilahirkan di rumah sakit. Ia hadir ke dunia melalui proses persalinan sederhana di rumahnya di Nabigingo, sebuah desa kecil di Uganda timur pada 27 Mei 2014. Margaret melahirkan dibantu sang ibu mertua, bukan bidan apalagi dokter.
Baca Juga
Dalam cerita CNN yang dikutip Liputan6.com Rabu (10/9/2014), keluarga besar Awino lalu melarikan sang bayi ke rumah sakit distrik terdekat berharap mendapatkan pertolongan lebih lanjut. Mereka lalu dirujuk ke Rumah Sakit Mulago di ibukota Uganda, Kampala.
Advertisement
Di sana, tim dokter mendiagnosis sang bayi mengalami kembar parasit -- varian kembar dempet, di mana salah satu dari kembarannya belum sepenuhnya berkembang.
Bayi Paul terlahir dengan satu set lengkap lengan dan kaki, ditambah organ kembarannya -- namun tanpa kepala dan jantung.
Para dokter Uganda kemudian melakukan serangkaian tes pada delapan organ bayi baru lahir itu dan kembarannya. Lalu diketahui bahwa mereka berbagi tulang panggul.
Pemeriksaan organ Paul juga mengungkapkan kelainan lainnya bahwa jantungnya berada di sisi kanan tubuhnya, bukan kiri, sementara hatinya berada di sisi kiri. Berlawanan dengan posisi normal.
Setelah penyelidikan awal ini, Paul diizinkan tinggal di rumah selama tiga bulan. Ahli bedah mengambil langkah ini karena usianya belum cukup untuk dilakukan operasi pemisahan.
Keluarga bayi Paul pun merawatnya dengan hati-hati hingga waktu yang ditentukan untuk operasi itu tiba.
Proses Pemisahan
Akhirnya, pada 18 Agustus, tiga ahli bedah Uganda, ahli anestesi, dan dua perawat berhasil melangsungkan operasi pemisahan Paul dan kembarannya. Tiga jam kemudian, anggota tubuh dari kembar parasit berhasil diangkat dari tubuh normal bayi berusia 3 bulan itu.
"Bayi itu diberi anestesi, lalu bagian tubuh dari kembar parasit itu diangkat," kata Dr Nasser Kakembo, salah satu ahli bedah yang melakukan operasi.
"Kemudian kami juga memisahkan anggota tubuh bagian bawah dari bayi Paul, termasuk yang menyatu dengan sendinya. Kami mengontrol perdarahan dan menutup luka operasi dengan cara kuno menggunakan kulit," tambah Kakembo.
"Tidak ada komplikasi intraoperatif atau pascaoperasi, meski terjadi kekurangan darah ringan dan telah dilakukan transfusi darah untuk pencegahan," sambung sang dokter.
Tiga minggu setelah operasi, bayi ini mengalami kemajuan pesat. Ia mulai minum air susu sang ibu.
"Ayah dan ibunya sangat berterima kasih, karena pada awalnya mereka pikir itu karena sihir, dan bayi mereka menjadi bahan tertawaan karena kelainan yang daimiliknya," ucap Kakembo.
Bagi para dokter di Rumah Sakit Mulago, ini adalah pertama kalinya mereka melakukan operasi seperti ini. "Kami belum memiliki pengalaman sebelumnya dengan kembar parasit, tapi kami banyak mengoperasi anak-anak lain dengan kelainan multiple complex multi-organ congenital anomalies atau anomalo organ seperti usus, urologi, jantung, dan cacat ortopedi," beber Kakembo.
"Kami memiliki peningkatan insiden serupa (kembar parasit) di Afrika. 5-6 bayi dalam beberapa tahun terakhir," ungkap Kakembo.
Bayi Paul masih berada di rumah sakit, diperkirakan akan dirawat selama dua minggu ke depan.
Ke depannya, dokter mengatakan kemungkinan akan diperlukan rekonstruksi ortopedi karena bayi Paul memiliki tulang panggul yang besar.
Insiden kembar siam adalah satu di antara 50 ribu bayi. Sedangkan kembar parasit sangat jarang terjadi. Kondisi ini biasanya terjadi karena satu dari si kembar berhenti berkembang pada titik tertentu selama kehamilan, namun sisa-sisa kembar yang bergabung dengan kembarannya dan terus berkembang.
Sebelumnya pada tahun 2007, bayi perempuan India dengan delapan organ tubuh menjadi berita utama. Lalu tim ahli bedah terdiri dari 30 orang berhasil menyelesaikan operasi besar selama 27 jam untuk mengangkat kembar parasit di tubuhnya. (Ein)