Liputan6.com, Paris - Tak hanya Indonesia yang khawatir dengan perekrutan warganya oleh kelompok militan Islamic State of Iraq and Syiria (ISIS). Beberapa negara di Eropa pun menganggap perekrutan oleh ISIS sudah dalam tahap mengkhawatirkan.
Perdana Menteri Prancis Manuel Valls bahkan memperingatkan hingga akhir tahun ini ada sekitar 10.000 warga Eropa yang kemungkinan bergerilya di Irak dan Suriah.
Baca Juga
"Kini 3 ribu warga Eropa berada di Irak dan Suriah. Kalau kita memperkirakan berapa banyak dalam bulan-bulan mendatang, jumlahnya mungkin akan mencapai 5 ribu orang sebelum musim panas dan 10 ribu orang menjelang akhir tahun nanti," beber PM Valls kepada saluran televisi Prancis, iTele, seperti dikutip AFP, Minggu (8/3/2015).
"Apakah kita sadar ancaman apa yang dihadapi?" imbuh Valls
Diperkirakan ada sekitar 1.400 orang, baik yang sudah berada di wilayah konflik atau berencana berangkat ke wilayah itu. "Sudah ada 90 warga Prancis yang meninggal dunia di sana dalam keadaan tangan mereka memegang senjata, memerangi nilai-nilai kita," jelas Valls.
Untuk diketahui, Prancis bersama Belgia adalah negara dengan jumlah terbesar sukarelawan yang berangkat untuk bergabung dengan kelompok ISIS. Kelompok yang kerap memenggal para sanderanya tersebut telah menguasai banyak wilayah di Suriah dan Irak.
Pada bulan silam, misalnya, Prancis menyita paspor milik 6 warganya. Serta melarang 40 lainnya bepergian ke luar negeri setelah mereka dicurigai berencana ke Suriah dan Irak.
Langkah ini adalah kali pertama dilakukan Prancis, terutama menyusul pengenalan terhadap undang-undang baru pada November 2014 tentang upaya memerangi terorisme.
"Kita terutama harus menghadapi tingkat ancaman tinggi di Prancis, di Eropa dan negara-negara lainnya," tukas PM Valls.
300 Anggota ISIS Kembali ke Inggris
Permasalahan serupa dihadapi Inggris. Seperti dilansir The Sunday Telegraph pada Minggu 8 Maret 2015, setengah dari sekitar 700 warga Inggris yang telah berperang bersama ISIS di Suriah sudah kembali ke negaranya.
Data mingguan yang dikeluarkan koran terkemuka Inggris itu menyebut sekitar 500 orang pergi dan 250 orang kembali. Data tersebut muncul dalam artikel tentang rancangan yang bocor terkait strategi kontraterorisme baru, yang dibuat Kementerian Dalam Negeri Inggris.
"Sekitar 320 gerilyawan 'berbahaya' (anggota ISIS) telah kembali ke Inggris," tulis surat kabar itu. (Ans)
Advertisement