Cari 21 WNI di Atlantik, Taiwan Gandeng Inggris dan Argentina

Hsiang Fu Chun yang hilang di perairan terpencil Samudra Atlantik membawa 49 awak, 21 di antaranya dari Indonesia.

oleh Andreas Gerry Tuwo diperbarui 09 Mar 2015, 17:59 WIB
Diterbitkan 09 Mar 2015, 17:59 WIB
Samudra Atlantik
Samudra Atlantik (Wikipedia)

Liputan6.com, Jakarta - Pencarian terhadap kapal hilang yang membawa 21 Warga Negara Indonesia (WNI) di Samudera Atlantik tidak hanya melibatkan Otoritas Taiwan. Operasi skala besar ini turut melibatkan sejumlah negara lain.

"Pihak Taiwan telah meminta bantuan dari Inggris dan Argentina untuk membantu mencari kapal penangkapan ikan tersebut," kata Juru Bicara Kementerian Luar Negeri, Arrmanatha Nasir di Jakarta, (9/3/2015).

Inggris dimintai bantuan, lanjut Arrmanatha, disebabkan daratan terdekat dari lokasi hilangnya kapal ini, Falkand Island, merupakan bagian teritori Inggris. Sementara pelibatan Argentina lebih karena Negeri Tanggo adalah negara yang posisinya tidak terlampau jauh dari Atlantik Selatan.

Selain Inggris dan Argentina, pemilik kapal turut mengimbau nelayan-nelayan di Falkand Island melaporkan jika melihat penampakan dari kapal ini. "Pemilik kapal juga meminta bantuan dari kapal-kapal nelayan yang ada di sekitar situ," paparnya.

Oleh karena proses pencarian masih berlangsung, Arrmanatha tidak mau banyak berspekulasi mengenai dugaan kalau kapal itu dibajak atau karam. Ia hanya mau menyebut kalau untuk saat ini kapal belum dapat dilacak keberadaannya.

"Statusnya adalah hilang jadi belum bisa dipastikan kondisi dan kemana kapal tersebut pergi," pungkasnya.

Seperti dikutip dari News.com.au, Hsiang Fu Chun -- kapal Taiwan yang membawa 49 awak menghilang tanpa sempat mengeluarkan peringatan 'mayday'.

Kapal pencari ikan berbobot 700 ton itu hilang kontak dengan pemiliknya, sesaat setelah dilaporkan air laut memasuki dek sekitar pukul 03.00, Kamis 26 Februari 2015.

"Kami masih tidak tahu di mana kapal berada dan apa yang terjadi sebenarnya," kata Huang Hong-yen dari Badan Perikanan atau Fisheries Agency Taiwan.

Sejauh ini belum ada tanda kapal tenggelam. Sebab, Hsiang Fu Chun dilengkapi dengan sistem yang secara otomatis melepas sinyal 'mayday' jika mengalami tekanan air pada level tertentu,. Sinyal itu belum dikirim.

Sementara itu, sejumlah media Taiwan berspekulasi, kapal itu bisa jadi kehilangan daya dan hanyut oleh gelombang laut. Dugaan lain menyebut, bisa jadi siang Fu Chun dibajak. (Ein)

Tag Terkait

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya