Liputan6.com, Edmonton - Setiap tahun, para penggemar matematika merayakan Hari Pi atau Pi Day pada tanggal 14 Maret. Sebab, momentum itu sesuai dengan 3 dijit pertama konstanta itu dalam Bahasa Inggris (3.14) -- atau dalam sistem penulisan Indonesia 3,14.
Pi adalah konstanta matematika yang merupakan perbandingan keliling lingkaran dengan diameternya. Dan tahun ini, untuk kali pertamanya dalam abad ini, tanggal tersebut mewakili 5 digit pertama pi: 3.14.15 (3,1415).
Pi adalah bilangan irasional, ia tidak dapat diwakilkan sebagai pecahan sederhana. Bilangan yang paling mendekatinya adalah 22/7.
Pi juga merupakan bilangan desimal yang tidak berujung, tiada berakhir, dan tidak memiliki pola atau pengulangan pada angka desimalnya. Sejumlah orang menjulukinya sebagai 'bilangan ajaib'.
Ada banyak cara merayakan Pi Day, termasuk mengonsumsi sejumlah besar kue pie -- yang bunyinya hampir serupa. Namun, sejumlah orang melakukan hal lain untuk menunjukkan kecintaannya: menyebut hapalan digit pi. Puluhan, ratusan, ribuan, hingga puluhan ribu angka.
Pada 1981, seorang pria India bernama Rajan Mahadevan secara akurat menyebut hapalan 31.811 digit pi. Pada 1989, Hideaki Tomoyori menyebut 40 ribu digit pi di luar kepala.
Rekor Guinness World Record dipegang oleh Lu Chao dari China, yang pada 2005 melafalkan 67.890 digit pi.
Meski pencapaian mereka luar biasa, hebatnya, kebanyakan dari mereka yang menghafal tidak dilahirkan dengan otak jenius alias orang biasa. Mereka 'hanya' mempelajari teknik mengaitkan digit demi digit dengan tempat-tempat imajiner atau adegan dalam pikiran mereka.
"Kebanyakan dari para penghafal, kemampuan mengingat angka-angka acak dalam jumlah besar, seperti pi, adalah dengan melatih diri sendiri dalam waktu lama," kata Eric Legge, ahli psikologi kognitif dari University of Alberta di Edmonton, Kanada.
Tak Perlu Jenius, yang Penting Usaha
Para ahli penghapal pi seringkali menggunakan strategi yang disebut 'metode loci'. Metode loci (jamak dari lokus) juga disebut istana memori (memory palace atau mind palace), adalah perangkat memorik (hafalan) yang diperkenalkan di Romawi kuno dan risalah retorika Yunani kuno.
Pada dasarnya, metode ini merupakan peningkatan memori yang menggunakan visualisasi untuk mengatur dan mengingat informasi seperti wajah, angka, dan daftar kata-kata.
Cara ini tak ada hubungan dengan kecerdasan atau struktur otak. Terkait dengan teknik penggunaan daerah otak yang berkaitan dengan metode belajar spasial.
"Ini adalah strategi menghafal yang lebih efektif, namun kompleks, untuk mengingat informasi dalam jumlah besar," kata Legge.
Begini cara kerjanya: Anda menempatkan diri dalam sebuah lingkungan yang familiar, seperti sekitar rumah, lalu menempatkan potongan informasi yang ingin diingat dalam sejumlah tempat. Misalnya menempatkan angka '717' di pojok dekat pintu depan, angka '919' di wastafel dapur, dan seterusnya.
"Untuk mengingat semua nomor itu, yang harus Anda lakukan adalah berjalan di alur yang sama, seperti saat Anda menempatkan informasi-informasi tersebut," kata Legge. "Dengan melakukannya, orang-orang bisa mengingat informasi dalam jumlah besar."
Baca Juga
Anders Ericsson, profesor psikologi dari Florida State University di Tallahassee, pernah mempelajari fenomena pemegang rekor penghafap pi, Lu Chao dan lainnya. Untuk menguak bagaimana bisa mereka bisa menghafal deretan panjang angka.
Seperti penghapal pi lainnya, Lu menggunakan teknik visualisasi untuk membantunya mengingat.
Advertisement
Ia menggunakan gambar-gambar seperti kursi, raja, atau kuda untuk mengingat 2 digit angka kombinasi -- dari 00 sampai 99. Ia lalu membuat sebuah cerita menggunakan citra-citra tersebut -- yang dikaitkan dengan lokasi fisik.
Beberapa tahun lalu, Ericsson dan para koleganya memberikan tes -- juga pada orang-orang dengan usia dan level pendidikan serupa -- untuk mengukur rentang memori angka (digit span) mereka. Atau dengan kata lain, mengukur seberapa baik mereka bisa mengingat urutan digit yang dipresentasikan secara acak pada tingkat satu digit per detik.
Digit rentang Lu adalah 8,83, di bawah responden lainnya yang rata-rata 9.27. Demikian menurut penelitian, yang diterbitkan pada tahun 2009 dalam Journal of Experimental Psychology.
Ternyata, tidak seperti beberapa ahli memori lain yang telah dipelajari, keterampilan Lu dalam menghafal daftar panjang angka bukan hasil dari keterampilan bawaan. Sebaliknya, adalah hasil dari beberapa tahun praktek.
Jadi, apakah ini berarti setiap orang dapat belajar untuk mengingat puluhan ribu digit pi?
"Ada banyak contoh yang menunjukkan bahwa orang-orang biasa, tidak cerdas namun diberikan pelatihan, dapat secara dramatis meningkatkan kinerja memori mereka dalam menghafal daftar panjang," kata Ericsson.
Namun, itu tak semudah membalikkan telapak tangan. "Butuh waktu bertahun-tahun hingga seseorang bisa mencapai kemampuan yang bisa mencapai rekor tertentu." (Ein/Tnt)