Intel AS yang Bocorkan Rahasia ke Israel Segera Dibebaskan

"Ia akan memulai hidup barunya, mungkin menghabiskan waktu di Israel," kata pengacaranya.

oleh Arie Mega Prastiwi diperbarui 29 Jul 2015, 14:53 WIB
Diterbitkan 29 Jul 2015, 14:53 WIB
Intel AS yang Membocorkan Rahasia untuk Israel Bebas
Jon Pollard, Intel AS yang Membocorkan Rahasia untuk Israel Bebas. (VeteranToday)

Liputan6.com, North Carolina - Mantan agen intelijen Angkatan Laut AS, Jonathan Pollard, yang dinyatakan bersalah karena melakukan spionase untuk Israel, akan mendapatkan pembebasan bersyarat.

Ia akan dibebaskan pada bulan November 2015 mendatang, kata pengacaranya.

Menteri Luar Negeri AS, John Kerry menolak anggapan bahwa pembebasan ini merupakan tekanan Israel yang tidak setuju dengan langkah AS mendukung kesepakatan nuklir dengan Iran.

"Saya bahkan tidak pernah melakukan percakapan tentang itu (pembebasan Pollard) dengan siapapun,"kata John Kerry kepada wartawan setelah ia meninggalkan gedung parlemen AS, seperti dikutip dari BBC.

Kasus Pollard adalah salah satu friksi  antara AS dan Israel pada dekade terakhir.

Pertengahan tahun 1980-an, Jon Pollard, seorang warga Amerika Serikat, bekerja sebagai analis sipil Angkatan Laut AS.  Antara Juni 1984 dan November 1985, ia diketahui telah memberikan dokumen penting intelijen AS dari kantornya kepada Israel. Ia dibayar hingga ribuan dolar untuk membocorkan dokumen-dokumen tersebut.

Pemerintah Israel memberikan Pollard sebuah paspor palsu atas nama Danny Cohen dan akun rekening bank di Swiss. Pollard memberikan dokumen dan foto-foto udara dalam sebuah koper.  Bocoran itu berupa 'rencana militer AS, peta, dan operasi yang tepat untuk mengambil alih Timur Tengah'.

Pollard dibantu istrinya-Anne Handerson Pollard-dalam menjalankan aksinya. Anne sempat ditahan dua tahun dalam penjara lalu setelah bebas ia pindah ke Israel.

Mengancam Keamanan Nasional

Pollard ditahan November 1985 dengan tuduhan spionase. Dalam sidang penahanannya, asisten jaksa AS menggunakan bahasa yang keras untuk mendeskripsikan dirinya.

"Sudah jelas bahwa sudut pandangnya sinting, pandangannya  menyesatkan dan ia mengambil kesempatan untuk kepentingan dirinya dengan menjual apa yang ia ketahui ke Israel, kata asisten Jaksa Agung  AS, Charles Leeper seperti dikutip dari Nation Journal.

"Dengan kombinasi banyaknya informasi yang orang ini ketahui dan tidak punya kehormatan, pria ini adalah orang berbahaya." tambahnya.

Pemerintah AS menyebut dirinya membawa kerusakan yang serius bagi negaranya.

"Sangat susah buat saya untuk membayangkan mara bahaya yang akan mengancam keamanan nasional," kata mantan Menteri Pertahanan Caspar Weingberger saat kasus ini terjadi.

"Orang itu telah merusak sekaligus menghancurkan kebijakan dan aset nasional yang telah dibangun bertahun-tahun untuk melindunginya."

Saat Pollard dihukum seumur hidup, hukum federal membolehkan ia akan mendapatkan kebebasan bersyarat setelah ia ditahan 30 tahun dari hukuman seumur hidupnya. Pengacaranya mengatakan apabila ia tidak mendapat kebebasan bersyaratnya ia harus dikurung 15 tahun lagi.

Namun, penjara federal North Carolina mengatakan ia akan dibebaskan bersyarat dan akan terus dipantau selama tiap dua tahun sekali.

"Ia kan memulai hidup barunya," kata Eliot Lauer kepada NYTimes.

"Tentu saja ia punya ketertarikan yang besar kepada Israel, mungkin akan berkunjung dan menghabiskan waktu di sana. Terlalu dini mengatakan rencana dia, tapi yang pasti dia akan bertemu istrinya." (Rie/Ein)

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya