Liputan6.com, Kuala Lumpur - Hilangnya MH370 hingga kini melahirkan banyak spekulasi. Kali ini spekulasi datang dari ahli komunikasi Malaysia. Ia adalah salah anggota satu tim satelit Inmarsat, yang bergerak cepat mencari keberadan burung besi itu sesaat dilaporkan hilang.
Analisisnya kali ini berangkat dari penemuan paling mutakhir di Pulau La Reunion. Â
Seperti dalam wawancaranya dengan Kantor Berita Pemerintah Malaysia, Bernama, ahli komunikasi satelit, Zaaim Redha Abdul Rahman berpendapat bahwa MH370 kemungkinan pesawat ini mendarat dengan halus, mengambang untuk sementara waktu, lalu kemudian tenggelam dalam keadaan utuh.
Advertisement
Zaaim mengemukakan analisisnya berdasarkan 'kerusakan' flatperon yang tidak terlalu parah.
"Saya percaya, pesawat itu berhasil mendarat di air dan saaat ia kehabisan bahan bakar, pelan-pelan ia tenggelam ke dasar laut. Saya yakin, pesawat itu masih dalam keadaan utuh," kata Zaaim dalam wawancaranya dengan Bernama.
"Flaperon itu kalau ditilik dari kerusakannya, tidaklah terlalu parah. Ini menunjukkan indikasi bahwa badan pesawat tidak rusak," jelasnya.
Ahli satelit Malaysia ini mengilustrasikan kecelakaan yang menabrak benda keras, seperti yang dialami Germanwings penerbangan 9525. Maskapai penerbangan low cost milik Lufthansa ini sengaja menabrakan dirinya ke pegunungan Alpen Maret lalu. Badan pesawat itu hancur berkeping-keping yang kepingannya tidak lebih dari 30 cm.
"Kalau benar MH370 hard landing dengan keras, seperti Germanwings kepingannya akan sangat kecil-kecil sekali. Sementara kepingan flaperon ini 'terpotong' dengan sempurna," kata Zaaim Redha.
Pendapatnya senada dengan ahli penerbangan Australia, Neil Hansford, sesaat melihat penemuan flaperon.
"Dilihat dari kerusakan flaperon, sepertinya pesawat ini tenggelam ke air, dan flaperon terpisah dari mesinnya. Bukan karena tumbukan keras," kata Neil seperti dikutip dari News.com.au.
Namun, yang masih menjadi pertanyaan besar adalah, apakah flaperon yang ditemukan di La Reunion adalah bagian dari MH370 seperti yang diumumkan oleh Perdana Menteri Malaysia.
Hingga kini, pihak Boeing masih melakukan apakah puing itu merupakan bagian dari MH370 yang hilang.
Perbedaan dua pendapat antara pemerintah Malaysia dan pihak Boeing membuat sebagian besar keluarga korban marah dan kecewa. (Rie/Ein)