Liputan6.com, Charlottesville - Kebanyakan ular memang mematikan, wajar saja jika kita memiliki rasa takut terhadap hewan tersebut. Tetapi, sebuah eksperimen baru membuktikan bahwa bayi tidak memiliki rasa takut terhadap ular.
Cobalah posisikan bayi di sebuah ruang dengan seekor ular atau laba-laba. Apakah bayi tersebut akan bermain dengan hewan-hewan itu atau malah mengabaikan mereka?
Baca Juga
Ini bukan pertanyaan hipotetis. Para ilmuwan dalam sebuah studi mengenai rasa takut sedang meneliti hal ini.
Advertisement
Para bayi pada umumnya akan menganggap hewan hidup lebih menarik dibanding sebuah boneka. Penelitian menemukan bahwa daya tarik ini akan selalu ada, bahkan jika hewannya adalah ular atau laba-laba.
Studi seperti ini memberikan wawasan baru terhadap rasa takut itu sendiri, dan memberikan jawaban terhadap bagaimana dan kapan hasil penelitian itu diperoleh.
Dilansir dari BBC, Selasa (27/10/2015), menurut peneliti rasa takut, Judy DeLoache dari Universitas Virginia di Charlottesville, Amerika Serikat, ketakutan terhadap ular adalah salah satu ketakutan paling umum dan intens di dunia.
DeLoache yang tergabung dalam penelitian baru-baru ini, bersama tim berangkat untuk melihat bagaimana para bayi yang dikejutkan akan bereaksi.
Sebuah gambar ular ditunjukkan kepada bayi berusia 11 bulan, bersamaan dengan suara menyenangkan dan menakutkan. Hasilnya bayi akan memandang ular dalam jangka waktu yang lebih lama, dengan suara menakutkan diperdengarkan kepada mereka.
Studi lain menemukan hasil yang sama ketika peneliti menggunakan rupa menakutkan dibanding rupa menyenangkan, menunjukkan bayi tidak takut terhadap ular.
Namun penelitian tersebut tidak memberikan bukti kuat, dan kita tidak bisa bertanya kepada bayi apakah mereka takut dengan ular.
Sementara itu studi baru mengulas kembali bagaimana bayi bereaksi terhadap ular. Dalam upaya mencari cara untuk menolak gagasan bahwa bayi – begitu juga kita – memiliki rasa takut bawaan terhadap ular.
Tim menilai reaksi bayi secara psikologis, ketika mereka menyaksikan video ular dan gajah, dengan suara takut dan bahagia. Mereka kemudian akan mengejutkan bayi dan melihat bagaimana bayi itu akan bereaksi.
Lalu "percobaan kejutan" dilakukan, dalam hal ini memunculkan kilat terang yang tak terduga dalam tayangan yang sedang mereka saksikan. Kejutan seperti ini akan lebih intens jika bayi memang sudah takut dari awal, sama seperti ketika kita menonton film horor, dan akan melonjak, jika kita merasa tegang dan terkejut.
"Apa yang kami temukan adalah bahwa respon mereka tidak lebih besar ketika menonton video ular, bahkan dengan suara yang menakutkan," ungkap rekan penulis, Vanessa LoBue dari Universitas Rutgers di New Jersey, Amerika Serikat.
Temuan ini kemudian telah dipublikasikan dalam Jurnal Eksperimen Psikologi Anak.
Respon kejut bayi terpantau lebih rendah-- sama halnya dengan respon jantung mereka yang rendah. Menunjukkan bahwa bayi tidak takut. Dengan kata lain, meskipun bayi lebih lama memerhatikan ular, hal ini tidak menimbulkan rasa takut.
Anak-anak tidak memiliki rasa takut bawaan terhadap ular, DeLoache menyetujui LoBue.
"Sebaliknya, mereka memiliki kecenderungan untuk mendeteksi dan merespon dengan cepat terhadap ular." Seperti, dalam penelitian ini telah menunjukkan bahwa anak-anak akan dengan lebih cepat mendeteksi keberadaan ular dalam foto di antara banyak foto yang bukan ular.Â
Bayi manusia dan monyet memiliki daya tarik lebih terhadap ular daripada hewan lainnya-- menunjukkan bahwa ular memiliki kekhususan. (Dsu/Rcy)