Petinggi Yakuza Terbesar Ditemukan Tewas Bersimbah Darah

Polisi mengindikasikan kematiannya berhubungan dengan pecahnya geng terbesar yakuza itu.

oleh Arie Mega Prastiwi diperbarui 18 Nov 2015, 10:03 WIB
Diterbitkan 18 Nov 2015, 10:03 WIB
Petinggi Yakuza Terbesar Ditemukan Tewas Bersimbah Darah
Petinggi Yakuza Terbesar, Tatsuyuki Hishida, Ditemukan Tewas Bersimbah Darah (Daily Mail)

Liputan6.com, Kobe Salah seorang bos kartel Jepang, Yakuza dari grup Kobe Yamaguchi-gumi, ditemukan tewas bersimbah darah. Tatsuyuki Hishida ditemukan dengan tangan dan kaki terikat.

Sekujur tubuhnya penuh darah dan lebam. Sementara, tengkorak kepalanya pecah seperti habis dihantam benda tumpul.

Mayatnya ditemukan oleh istri dan salah satu anak buahnya di rumah kedua mereka di Prefektur Mie di Pulau Honshu seperti dilaporkan Mainichi Shimbun.

Polisi mengindikasikan kematiannya berhubungan dengan pecahnya geng terbesar yakuza itu. Pihak keamanan juga memastikan tewasnya Hishida sebagai awal kekerasan dimulai. Geng itu pecah pada bulan Agustus lalu, seperti dilansir dari CNN, Selasa 17 November 2015.

Bos besar Yamaguchi-gumi dilaporkan menendang 13 petingginya karena dianggap tidak setia. Sebelas di antaranya membentuk kelompok baru. Hishida adalah petinggi kedua Yamaguchi-gumi memimpin kelompok di Aio-kai yang bermarkas di kota Yokkaichi di Prefektur Mie.

Pria berusia 59 tahun itu sebelumnya selama dua hari tak bisa dihubungi oleh keluarga dan anggotanya. Ia ditemukan tewas pada Minggu 15 November pukul 17.40. Oleh istri dan salah satu anak buahnya, Hishida segera dilarikan ke rumah sakit saat mereka menemukannya. Sesampai di rumah sakit, dokter menyatakan bahwa ia telah meninggal.

Otopsi mengatakan kematiannya akibat traumatik pukulan dan hantaman di sekujur tubuhnya, kata salah polisi Yoshihiro Nakamura dari Japan Police Organized Crime Division.

Tensi antara kelompok yakuza tersebut kian memanas semenjak pecah. Yamaguchi-gumi membatalkan acara tahunan Halloween di Kobe tahun ini dengan alasan keamanan.

Ini bukan kali pertama Yamaguchi-gumi pecah. Pada 1985 kelompok itu sempat guncang dan banyak faksi memisahkan diri. Selama bertahun-tahun publik Jepang menderita berbagai kekerasan termasuk pembunuhan, penembakan, dan temuan bahan peledak di berbagai kota. (Rie/Mut)*

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya