Liputan6.com, Jakarta - Dokter sejatinya bertugas untuk mengobati pasien atau bahkan bisa juga menyelamatkan pasien. Namun apa yang dilakukan seorang dokter di Inggris ini sungguh bertolak belakang.
Dokter Harold Shipman melakukan kejahatan masif dengan membunuh ratusan pasiennya sendiri. Menurut laporan penyidik kepolisian setempat, ia telah membunuh 250 pasiennya dalam 23 tahun terakhir.
Akibat perbuatannya tersebut, pada 31 Januari 2000, hakim Thayne Forbes menjatuhkan vonis hukuman seumur hidup kepada dokter Shipman. Sang dokter dianggap pembunuh paling kejam di Inggris, jauh lebih kejam daripada pembunuh berantai Mary Ann Cotton yang meracuni 20 orang pada Abad 19.
"Semua korban adalah pasien. Dokter Shipman membunuh mereka dengan melakukan tindakan medis yang sengaja melenceng dari seharusnya," ujar hakim Thayne Forbes, seperti dimuat BBC on This Day.
Baca Juga
Dalam aksinya, Shipman kerap memberikan dosis yang tinggi kepada pasiennya, yang diyakini dilakukan dengan sengaja. Hal ini lantaran setiap pasien yang berobat dengannya langsung meninggal beberapa saat kemudian.
Seluruh korban adalah wanita dan sebagian besar hanya menderita penyakit ringan. Namun justru tewas di tangan sang dokter. "Perbuatan ini jelas menjatuhkan citra seorang dokter," kata hakim.
Salah satu keluarga korban Angela Woodruff menceritakna bagaimana ibunya Kathleen Grundy meninggal dunia. Awalnya si dokter mengaku hendak memeriksa darah, namun kenyataannya malah diberikan morfin dengan dosis tinggi.
"Aku sangat sedih kehilangan ibuku. Ia tak akan balik lagi ke dunia ini. Begitu juga korban lainnya," kata Angela meratapi kepergian ibunya karena perbuatan si dokter.
Sementara pihak pengacara dokter Shipman menegaskan, keputusan hakim tak memiliki dasar yang kuat, karena tak ada fakta secara toksikologi bahwa pasien meninggal karena meminum obat dari sang dokter. Kendati demikian, Shipman tetap menjalani hukuman penjara.
Pada 13 Januari 2004, Shipman ditemukan tewas gantung diri di sel penjara, Lembaga Pemasyarakatan Wakefield.
Sejarah lain mencatat pada 31 Januari 1953, Belanda pernah dilanda banjir dahsyat, tepatnya di kawasan Laut Utara yang menyebabkan lebih dari 1.800 kematian di Belanda.