Liputan6.com, Jakarta Hari itu, 3 Januari 2004, salah satu kecelakaan pesawat terburuk terjadi di Mesir. Pesawat maskapai Flash Airlines Mesir jatuh di Laut Merah, mengakibatkan seluruh penumpang di dalamnya yang berjumlah 148 orang tewas.
Pesawat charter tipe Boeing 737-399 tersebut membawa sebagian besar turis asal Prancis, termasuk banyak anak-anak yang tengah berwisata ke Mesir. Ketika itu, pesawat dalam perjalanan pulang dari Kairo, Mesir ke Paris.
Pesawat lepas landas sekitar pukul 04.44 dini hari waktu setempat, diterbangkan oleh salah satu pilot sudah sangat berpengalaman dengan jam terbang lebih dari 7.000 jam dan sudah dikenal di Angkatan Udara Mesir, Egyptian Air Force.
Baca Juga
Baca Juga
Namun beberapa menit kemudian, kapal terbang tersebut hilang kontak. Petugas Air Traffic Controller (ATC) atau pengawas lalu lintas udara langsung melaporkan hal tersebut. Tim pencari pun mulai dikerahkan.
Perdana Menteri Prancis Jean-Pierre Raffarin memerintahkan menteri menuju Mesir untuk berkoordinasi dengan pejabat terkait dalam pencarian pesawat.
"Saya sangat prihatin dengan musibah ini. Saya akan terus bersama para keluarga korban," ujar dia seperti dimuat BBC. Dia mengatakan pihaknya akan melakukan apa pun untuk menemukan pesawat.
Kecelakaan ini terjadi di tengah-tengah ancaman dari teroris untuk melancarkan serangan. Ancaman ini telah membuat sejumlah maskapai memperketat keamanan dan membatalkan penerbangan.
Namun demikian, otoritas keamanan Prancis menegaskan bahwa insiden ini tak terkait terorisme. Senada dengan Mesir, Pemerintah Prancis menyatakan bahwa pihaknya yakin bahwa ini adalah murni kecelakaan.
Setelah pencarian yang cukup panjang, [serpihan](17-11-2003: 'Terminator' jadi 'Governator' California "") pesawat dan korban ditemukan di tengah hamparan perairan Laut Merah. Seluruh korban dipastikan tak ada yang selamat.
Berdasarkan hasil penyelidikan yang dilakukan Badan Keselamatan Transportasi Amerika dan Biro Keselamatan Penerbangan Prancis, pesawat celaka karena 'human error'. Sang pilot diduga salah mengoperasikan sistem pesawat yang memiliki perbedaan dengan sistem yang biasa digunakan si pilot.
Sejarah lain mencatat pada 3 Januari 1888, sedotan ditemukan dan dipatenkan oleh Marvin Stone dari Washington. Kemudian pada 3 Januari 1957, jam tangan (arloji) elektrik pertama di dunia diperkenalkan di Lancaster.
Advertisement