Liputan6.com, Jakarta - Bangunan bergaya minimalis dengan mayoritas warna abu-abu berdiri kokoh di Jalan Patra Kuningan, Jakarta Selatan. Bangunan tersebut merupakan gedung baru Kedutaan Besar Australia.
Melangkah masuk ke dalam, terdapat hamparan rumput-rumput hijau yang ditata rapi dan menawan. Lengkap pula dengan beberapa pohon rindang yang ditanam dengan memenuhi nilai estetika khas Australia.
Baca Juga
Gedung baru kedutaan Australia ini diresmikan oleh Menteri Luar Negeri Australia, Julie Bishop. Pejabat tinggi Indonesia pun hadir, antara lain Menteri Sekretaris Negara Pratikno, Ketua DPD Irman Gusman, dan Presiden RI ke-3 BJ Habibie.
Advertisement
Baca Juga
Pujian terhadap gedung baru disampaikan oleh Pratikno. Sebagai lulusan Phd di Australia, Pratikno merasa kawasan yang baru diresmikan ini benar-benar seperti di Negeri Kanguru.
"Ketika saya masuk ke dalam kompleks ini, saya melihat sangat mirip Australia tapi di Jakarta, mulai dari rumput-rumputnya tapi tanpa kanguru sama sekali," kata Pratikno, Senin (21/3/2016).
Pratikno pun menyampaikan Indonesia mengapresiasi langkah Australia yang membangun gedung perwakilannya yang terbesar di dunia. Hal ini menunjukkan hubungan bilateral yang erat.
Semasa menempuh pendidikan di Australia, Pratikno menilai berbagai kemudahan disiapkan oleh pemerintah tersebut. Salah satunya adalah kemudahan mencari makanan Indonesia.
"Sangat mudah bagi saya menemukan kuliner Indonesia. Saya bisa juga menemukan terasi dan kerupuk," jelas dia.
Di tengah gedung juga terdapat sebuah monumen kecil, yang menjadi pengingat tragedi bom di kedutaan Australia pada 9 September 2004 lalu.
Kompleks Kedubes Australia ini mencakup gedung perkantoran 5 lantai, yang dibangun di atas lahan 50 ribu meter persegi. Proses pembangunan melibatkan perusahaan dalam negeri, Total Bangun Persada dengan mitra Leighton (Asia), dan melibatkan 2.500 pekerja lokal.
"Kedubes ini memperlihatkan hal terbaik dari rancangan inovatif dan teknologi canggih Australia yang memanfaatkan sebaik-baiknya lingkungan hidup Indonesia, dan juga meminimalisasi dampak terhadap sumber air dan energi setempat," kata Dubes Australia untuk Indonesia Paul Grigson.
Gedung ini, lanjut Grigson juga mendapat pengakuan dari Museum Rekor Indonesia (Muri) terkait dengan pemindahan 4 pohon beringin tua selama proses pembangunan.
Selain itu, pilihan warna-warna gedung juga menunjukkan ciri khas Australia, khususnya mewakili kekayaan mineral seperti tembaga, seng, kuningan, baja, dan aluminium.