Klaim Pelaku Bom Belgia, ISIS Jadi Ancaman Global

Bom Brussel masih menandakan bahwa ambisi kelompok itu masih nyata. Tentara ISIS berhasil masuk Eropa dan siap melakukan serangan lainnya.

oleh Arie Mega Prastiwi diperbarui 23 Mar 2016, 09:54 WIB
Diterbitkan 23 Mar 2016, 09:54 WIB
20160322-Ledakan Beruntun Teror Belgia-Belgia
Petugas memasang garis polisi di luar stasiun metro Maalbeek, di Brussels, Belgia, setelah terjadi ledakan, Selasa (22/3). Ledakan itu terjadi kurang dari satu jam setelah pengeboman di bandara yang menewaskan belasan orang. (REUTERS/Reuters TV)

Liputan6.com, Brussels - Kelompok teroris ISIS mengaku bertanggung jawab atas serangan mematikan di Brussel yang terjadi pada Selasa 22 Maret. Klaim itu menjadi semacam peringatan yang mengerikan bahwa grup itu memiliki ambisi tak hanya di Timur Tengah melainkan Eropa dan lainnya.

Klaim tanggung jawab itu dirilis di kantor berita resmi ISIS pada Selasa 22 Maret 2015 waktu setempat.

"Pejuang kami sengaja menargetkan Bandara Zaventem, Brussel dan stasiun metro di kota karena Belgia telah berpartisipasi dengan negara lain melawan kami," tulis pernyataan itu seperti dilansir dari TIME, Rabu (23/3/2016).

Serangan ke Brussel sekali lagi menggambarkan intensitas ISIS untuk mengancam warga agar tunduk dalam kekuasaannya.

Ketika muncul pertama kalinya, mereka menguasai sebagian Irak dan Suriah selama 2013 dan 2014. Kelompok ISIS terpisah dengan grup teroris internasional lainnya seperti Al Qaeda yang memiliki kontrol wilayah hingga ke pelosok.

 

Hingga hari ini, ISIS memiliki kekuasaan yang jauh lebih kuat di Irak dan Suriah dan juga memiliki banyak jaringan internasional. Kini, kelompok itu bahkan disandingkan dengan Al Qaeda.

Kendati banyak kekalahan di Suriah dan Irak, namun mereka masih mampu melakukan serangan mematikan di luar area yang mereka kuasai. Dalam 5 minggu terakhir, ISIS mengklaim mengebom Baghdad, kota Damaskus dan Homs di Suriah.

Selain itu, mereka menyerang Tunisia dan mengklaim berada di balik serangan beberapa bom bunuh diri di Istanbul Turki. Kalau di total, aksi brutal itu membunuh ratusan warga tak bersalah.

Untuk melakukan aksinya itu, ISIS tak segan-segan membayar prajurit asing dari Eropa. Mereka diperkirakan memiliki 11.000 pasukan asing.

Hal itu dilaporkan oleh International Center for Study of Radicalization yang bermarkas di London. Pasukan asing paling banyak direkrut dari Belgia dibanding negara Eropa lainnya.

Thomas Hegghammer selaku ahli terorisme dan Eropa serta senior fellow di Norwegian Defence Research Establishment mengatakan, Eropa kini mewakili ancaman teroris yang kompleks.

Klaim Pelaku Bom Belgia, ISIS Jadi Ancaman Global (Reuters)

"Ada banyak pasukan asing yang kembali ke negaranya dan mudah sekali untuk ditemukan. Namun, kalau orang-orang ini susah ditemukan, kelompoknya akan mencari yang lain karena mereka juga banyak pengagumnya. Selain itu, mereka didukung oleh Al Qaeda," kata Hegghammer.

"Sumber daya mereka tersebar di seluruh Eropa dengan berbagai macam tipe ancaman sesuai dengan kemampuan mereka," lanjutnya lagi.

Serangan di Paris pada bulan November adalah contoh pelik sebelum serangan di Brussel.
Tindakan itu menunjukkan tingkat kecanggihan baru ISIS.

Menurut dokumen resmi yang didapat oleh The New York Times terkait teror Paris, para penyerang mengambil tindakan pencegahan yang ekstrem untuk menyembunyikan komunikasi mereka, mereka meramu bahan peledak sendiri, dan melakukan serangan terhadap beberapa target secara bersamaan.

Dalam data tersebut didapati informasi bahwa otak teror Paris, Abdelhamid Abaaoud, bergabung ISIS di Suriah sebelum memasuki Eropa.

Sementara itu serangan di Eropa dilakukan ISIS karena mereka terus kehilangan wilayah kekuasaan mereka nun jauh di Suriah dan Irak. Menurut kelompok pemantau terorisme, meskipun dapat mempertahankan keberadaannya di Mosul, kota terbesar kedua Irak, ukuran wilayah kelompok di negara itu dan di Suriah menyusut 14 persen.

Di Irak, ISIS dilaporkan kehilangan kota Ramadi setelah pasukan tentara Irak yang didukung AS mengusir mereka. Bulan sebelumnya, Kurdi dan pasukan lainnya, merebut kembali kota Sinjar, memotong jalur suplai penting untuk Suriah.

Di dalam Suriah sendiri, ISIS sedikit demi sediki kehilangan wilayah kekuasaanya.

Kendati demikian, bom teranyar di Brussel masih menandakan bahwa ambisi kelompok itu nyata. Sekaligus sebagai pertanda bahwa tentara ISIS berhasil masuk Eropa dan siap melakukan serangan lainnya.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya