Liputan6.com, Brussel - Dalang Teror Paris yang telah menewaskan 130 orang pada 13 November 2015, Salah Abdeslam, mengaku tidak mengetahui tentang rencana ledakan di Brussel yang terjadi Selasa, 22 Maret 2016. Hal tersebut dikemukakan oleh pengacaranya, Sven Mary.
Sven Mary berkata, Abdeslam tidak mengetahui tentang bom bunuh diri yang diklaim dilakukan oleh ISIS. Seperti yang dikutip dari newsweek.com pada Kamis (24/3/2016), dalam peristiwa ledakan di Brussel dan salah satu stasiun metro, menyebabkan 31 orang tewas dan lebih dari 200 lainnya terluka.
Kantor berita Prancis melaporkan, ketika ditanya apakah Abdeslam mengetahui tentang rencana serangan tersebut, Mary berkata, "Ia tidak mengetahuinya."
Advertisement
Ia berkata bahwa Abdeslam tidak bekerja sama dengan pihak penyidik terkait dengan ledakan bom di Brussel. "Aku tidak ingin ia menutup mulut lagi. Jika ia tetap melakukannya, kami akan menghadapi kasus seprti Zaventem dan Bataclan," ujarnya.
"Aku tidak ingin tahu apa yang sedang ia pikirkan. Dalam tahap ini, hal itu tidak penting," tambahnya ketika ditanya apa yang Abdeslam pikirkan mengenai peristiwa bom bunuh diri di Brussel.
Mary juga berujar bahwa Abdeslam telah memutuskan untuk menantang ekstradisinya dari Belgia ke Prancis. Ia berkata bahwa ingin
pergi ke Prancis sesegera mungkin.
Baca Juga
Abdeslam yang berusia 26 tahun, merupakan pria kelahiran Belgia berkebangsaan Prancis keturunan Maroko.
Saat ini pihak otoritas Prancis sedang berusaha mengekstradisi Abdeslam dari Belgia untuk mendakwa dengan pelanggaran ekstremis.
Namun, Mary berkata bahwa ia telah meminta penundaan selama sebulan untuk meneliti banyak berkas mengenai potensi ekstradisi.
Seorang jaksa Paris, François Molins, pada minggu lalu mengatakan bahwa membutuhkan waktu tiga bulan untuk menyerahkan tersangka ke pihak berwenang Prancis.
Pihak berwenang Belgia menangkap Abdeslam pada Jumat, dalam sebuah penyergapan pada sebuah perumahan di Molenbeek, Belgia,
yang berjarak hanya 500 meter dari rumah keluarganya setelah empat bulan menjadi buronan.
Abdeslam kembali ke Belgia setelah melakukan serangan di Paris. Sebuah rekaman berhasil mengabadikan ketika ia sedang berlari melewati pasukan keamanan sebelum mereka menembak kakinya dan menahannya.
Pihak berwenang menduga bahwa Abdeslam memainkan peran sebagai penyalur logistik untuk pelaku ledakan bom Paris, memesan hotel, dan menyetir satu kelompok dari mereka ke Stade de France.
Hal tersebut merupakan bagian dari koordinasi serangan bom bunuh diri dan penembakan yang menewaskan 130 orang. Ia juga mengaku berperan sebagai pelaku bom bunuh diri, namun memutuskan untuk tidak meledakkan pada saat terakhir.
Saudaranya, Brahim, merupakan satu dari enam pelaku bom bunuh diri yang tewas pada serangan itu.
Setelah serangan di Paris, Abdeslam sempat diberhentikan di perbatasan Prancis-Belgia, tapi diperbolehkan untuk melanjutkan perjalanannya karena perannya belum diketahui pada saat itu.
Selama pencarian yang memakan waktu empat bulan, ia dilaporkan sempat tinggal atau berpergian ke Luxembourg, Jerman, Suriah, dan Afrika Utara.