Liputan6.com, Punjab - Rasa laddu yang disajikan dalam syukuran kelahiran anak laki-laki di Punjab, Pakistan, itu sedikit beda dari biasanya. Namun tak ada yang curiga. Tuan rumah dan para tamu terus mengunyah kudapan manis berbentuk bola kecil, yang dibuat dari campuran tepung dan gula tersebut.
Hingga akhirnya, satu per satu mengeluh meriang, badan mereka kejang, dan maut kemudian memisahkan nyawa dari raga. Sebanyak 30 orang tewas gara-gara laddu yang ternyata beracun itu.
Total ada 70 orang yang terdampak, baik sakit maupun meninggal dunia, dewasa maupun anak-anak. Di antaranya adalah 11 anggota keluarga penyelenggara pesta -- yang membeli laddu itu.
Kasus tersebut kini masih diselidiki Kepolisian Pakistan. Polisi mengatakan, adik pemilik toko manisan mengaku mencampurkan pestisida ke dalam manisan.
Baca Juga
Pemuda 18 tahun yang tak disebut namanya itu adalah adik pemilik toko Tariq Mahmood. Perbuatannya itu diduga dilatarbelakangi sengketa keluarga.
"Ia mengaku kakaknya sering memukuli dan menjadikannya bulan-bulanan," kata Ramiz Bokhari, pejabat Kepolisian Punjab, seperti dikutip dari BBC, Minggau (8/5/2016).
Kepada polisi, tersangka mengatakan, perbuatannya itu dilakukan di tengah kemarahan yang menggelegak dan keinginan untuk balas dendam.
Advertisement
Namun, yang aneh, ia bukan satu-satunya yang mengaku bertanggung jawab. Dua orang lainnya juga mengutarakan klaim senada.
Sebelumnya, pemilik toko pestisida mengaku meracuni laddu tersebut, dilatarbelakangi konflik dengan pemilik toko manisan.
Sementara, pekerja toko manisan mengaku tak sengaja mencampurkan pestisida dalam adonan.
Tiga pengakuan tersebut tentu saja membingungkan. Tanda tanya diarahkan pada pihak kepolisian, tentang bagaimana cara mereka menginterogasi para saksi.
Kasus laddu beracun juga menguak kembali rumor yang telah lama beredar, bahwa aparat kerap menggunakan kekerasan untuk membuat tersangka mengaku bersalah.