Liputan6.com, Baghdad - Kekalahan demi kekalahan yang melanda kelompok teroris ISIS, membuat mereka harus merekrut anggota baru secepatnya. Mereka pun melakukan berbagai cara untuk mencari anggota sebanyak-banyaknya.
Salah satu langkah dalam perekrutan ISIS, seperti menggunakan bocah untuk menggantikan anggota dewasa mereka yang hengkang.
Baca Juga
Seakan kehabisan akal untuk menemukan anggota baru, kelompok teroris itu dilaporkan menggunakan kucing sebagai alat kampanye perekrutan mereka.
Advertisement
Baca Juga
Menurut keterangan Jaksa Agung Tindak Terorisme AS yang dikutip dari Telegraph.co.uk, Kamis (26/5/2016), ISIS menggunakan penggila kucing internet untuk memikat calon teroris dan menyebarkan pesan-pesan kebencian secara online.
Asisten Jaksa Agung AS, John Carlin, mengatakan para teroris di Irak dan sekitarnya menyadari penggunaan anak kucing dalam gambar mereka 'menjual'.
Seakan ingin memperlihatkan sisi 'lembut' mereka, para teroris itu bahkan juga menggunakan selai coklat lezat Nutella dalam foto mereka, serta membagikan permen kepada anak-anak.
Foto-foto tersebut seakan ingin menceritakan kepada dunia dan calon anggota mereka, bahwa ISIS adalah kelompok cinta damai -- di bawah naungan rezim barbar dan kejam.
"Kami bekerja sama dengan Hollywood dalam memerangi video propaganda licik ISIS yang menyesatkan," kata Carlin.
Para ahli dunia perfilman seperti Madison Avenue dan Silicon Valley, bekerjasama untuk memerangi video propaganda itu dengan menyediakan pandangan lain.
"Video perekrutan mereka bahkan menunjukkan kelompok teroris itu membagikan permen kepada anak kecil, dan itu hanyalah cara mereka membentuk citra 'malaikat' di mata publik," kata asisten Jaksa Agung itu.
Carlin juga mengatakan, mereka sengaja menggunakan kucing sebagai ikon perekrutan, karena mengetahui popularitas kucing di dunia maya cukup 'menjual'.
Selain itu, Carlin juga merasa khawatir karena melihat fokus ISIS kini sudah mulai berubah. Kelompok teroris itu menargetkan anak-anak muda yang suka berdiam diri di dalam kamar sambil membuka internet -- cemas video itu bisa membuat generasi muda memulai penyerangan di negara mereka.
"Kami mempunyai kewajiban untuk mencegah para pemuda untuk melakukan kekerasan, dan kita butuh cara yang lebih pintar untuk mencegah tindakan radikal. Mereka menargetkan negara-negara yang tidak memerlukan paspor untuk berpergian," kata Carlin.
Dia mengatakan PBB dan Hollywood bekerjasama menemukan cara baru untuk menghentikan penambahan anggota muda teroris -- pemuda-pemuda tersebut biasanya diminta melakukan aksi bom bunuh diri.