Patahan Tersembunyi di Asia Bisa Picu Gempa Dahsyat 9 SR?

Tim peneliti menemukan patahan tersembunyi di Asia Selatan dan diduga dapat menyebabkan gempa hingga 9 SR.

oleh Citra Dewi diperbarui 12 Jul 2016, 16:31 WIB
Diterbitkan 12 Jul 2016, 16:31 WIB
Pasca gempa di Nepal pada April 2015
Pasca gempa di Nepal pada April 2015 (Reuters)

Liputan6.com, Dhaka - Menurut penelitian terbaru, sebuah patahan besar yang dapat memicu adanya gempa bumi dahsyat terdapat di bawah sebagian wilayah Bangladesh, India, Myanmar yang terletak di Asia Selatan.

Patahan tersembunyi yang terkubur di bawah endapan sungai tersebut, diduga dapat menyebabkan gempa dengan kekuatan 8,2 hingga 9 skala Richter dan mengguncang wilayah dengan kepadatan penduduk tertinggi di dunia itu.

Karena para peneliti baru menemukan patahan tersebut, hingga saat ini mereka belum memperkirakan kapan gempa dahsyat itu terjadi, demikian seperti dikutip dari Live Science, Selasa (12/7/2016). 

"Kami tak tahu apakah (gempa) akan terjadi besok atau 500 tahun lagi," ujar penulis kedua, Michael Steckler, yang merupakan seorang geofisikawan di Lamont-Doherty Earth Observatory di Columbia University, New York City.

Garis Patahan Tersembunyi

Di Bangladesh, Sungai Gangga dan Brahmaputra bertemu dan membentuk delta terbesar di dunia dan mengalir ke Teluk Benggala. Menurut peneliti, aliran dua sungai besar itu membentuk sedimen jutaan ton setiap tahunnya.

Sedimen yang terus terbentuk secara konsisten itu menghalangi geologi di bawah Delta Gangga. Namun dalam beberapa tahun terkahir, para ilmuwan telah mempelajari lempeng tektonik yang bertabrakan di bawah sedimen berusia ribuan tahun.

Garis merah menunjukkan garis patahan kemungkinan besar berlokasi (Steckler et al, LDEO)

Untuk mendapatkan gambar tentang pergerakan lempeng, Steckler dan rekannya bekerja dengan peneliti di Dhaka University di Bangladesh dalam memasang Global Positioning System (GPS)--sistem untuk menentukan letak di permukaan Bumi dengan bantuan penyelarasan sinyal satelit--dengan tingkat sensitivitas tinggi sejak tahun 2003 hingga 2014.

Mereka menggabungkan data tersebut dengan data pergerakan lempeng yang diperoleh dari India dan Myanmar sehingga membentuk peta seluruh wilayah patahan.

Jaringan GPS mengungkap bahwa satu lempeng terkubur di bawah permukaan yang meliputi sebagian wilayah Bangladesh, Myanmar, dan India timur. Di lapisan atas patahan, dua lempeng terjebak bersamaan, membentuk ketegangan yang dapat menghasilkan gempa dahsyat jika pecah.

Berdasarkan data tegangan, tim peneliti memperkirakan patahan tersebut dapat menyebabkan gempa bumi dengan kekuatan 8,2 hingga 9 SR. Penelitian tersebut dipublikasikan di jurnal Nature Geoscience.

Ancaman Patahan 'Misterius'

Zona Bahaya

Para peneliti memperkirakan sekitar 140 juta orang yang tinggal dengan jarak 100 kilometer dari patahan, termasuk 17 juta jiwa di Dhaka, Bangladesh, yang padat penduduk akan terkena dampaknya.

"Aku melihat mereka memompa pasir untuk membangun gedung 20 lantai. Jika terjadi gempa bumi (tanah) itu akan bergoncang hebat dan bangunan itu akan runtuh," ujar Steckler.

Tak hanya gedung tinggi, padatnya penduduk juga membuat penyelamatan orang-orang akan menjadi lebih sulit.

"Saat ini, jalanan sangat macet dan sulit untuk berkendara di hari normal. Jika jalan dipenuhi dengan reruntuhan, sangat tak mungkin untuk menyalurkan keperluan dan peralatan keselamatan," imbuhnya.

Misteri Besar Patahan

Saat ini tim peneliti tak dapat memperkirakan kapan gempa bumi terjadi. Namun mereka memiliki bukti bahwa di sebelah selatan area studi pernah mengalami gempa pada 1762 dan diduga menjadi penyebab berubahnya aliran sungai di Bangladesh dan Myanmar.

Namun di luar itu, sedimen sungai mengubur bukti geologi. Hingga saat ini, tak ditemukan bukti sejarah yang memberi petunjuk tentang frekuensi gempa tersebut terjadi.

Negara-negara di wilayah itu saat ini sedang menghadapi berbagai permasalahan, seperti serangan teroris, kemiskinan, perubahan iklim, dan korupsi. Menurut Steckler, hal tersebut membuat politisi hampir mustahil untuk memasang alat pendeteksi gempa dengan harga mahal.

Untuk menandai wilayah berisiko gempa, tim peneliti sedang membangun peta yang lebih rinci mengenai bentuk patahan. Tak hanya itu, mereka juga mempelajari data peristiwa tsunami untuk memahami seberapa sering gempa megathrust terjadi.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya