Liputan6.com, Paris - Sejumlah warga muslim diduga turut menjadi korban dalam teror truk maut Prancis yang hingga kini telah menewaskan 84 orang dan melukai ratusan lainnya.
Wali kota Nice, Christian Estrosi menyerukan para imam, pendeta, dan rabi untuk membantu 'memulihkan' situasi pascaserangan di Promenade des Anglais, Nice.
Advertisement
Seperti dilansir Independent yang mengutip pernyataan seorang wartawan Iran, Maryam Violet kepada The Guardian, Jumat (15/7/2016) terdapat sejumlah orang berbahasa Arab di lokasi kejadian.
Advertisement
"Ada begitu banyak orang muslim yang menjadi korban karena saya bisa melihat mereka memakai penutup kepala dan beberapa bicara dalam bahasa Arab. Sebuah keluarga kehilangan ibu mereka," ujar Jurnalis Iran, Maryam Violet .
"Orang-orang berteriak, "Ini adalah serangan teroris, ini adalah serangan teroris," jelas bahwa pengemudi truk melakukannya dengan sengaja," tambah Maryam.
Namun hingga kini, informasi yang diberikan Maryam ini belum terkonfirmasi oleh otoritas setempat. Dewan Muslim Prancis menanggapi teror ini dengan mengatakan mengutuknya sebagai 'serangan bar-bar'.
"Prancis telah dihantam kembali oleh serangan teroris yang paling parah. Teroris telah membidik negara kita pada hari libur nasional, di mana kita merayakan kebebasan, kesetaraan, dan persaudaraan," sebut pernyataan Dewan Muslim Prancis.
Wali kota Estrosi juga menyerukan relawan dari seluruh komunitas agama di Prancis untuk membantu negara itu bangkit dari tragedi.
"Kami akan bekerjasama dengan para imam, pendeta, dan rabi yang akan bergabung dengan kami untuk membantu para korban dan keluarga yang menderita dan mungkin lukanya tidak akan pernah sembuh," ujar Estrosi.
"Saya ingin mengucapkan terima kasih kepada orang-orang yang telah memberi harapan bahwa solidaritas masih ada di dunia yang terlalu egois dan individualis ini," imbuhnya.
Hingga saat ini belum ada kelompok yang menyatakan bertanggungjawab atas teror truk maut Prancis. Sementara itu sejumlah informasi yang beredar di berbagai media menyebutkan, pelaku penyerangan merupakan seorang pria kelahiran Tunisia yang pindah ke Prancis.
Pria yang belum diketahui namanya ini disebut bukan 'wajah baru' bagi kepolisian Prancis. Ia tercatat pernah terlibat dalam kasus pencurian dan kekerasan, namun motif di balik aksinya di tengah perayaan Bastille Day belum terungkap.
Prancis saat ini memiliki populasi muslim yang diperkirakan mencapai sekitar lima juta orang. Ini merupakan jumlah yang terbesar di Eropa Barat.