Liputan6.com,New York - Tepat 11 hari jelang hari pemilihan umum Amerika Serikat, Hillary Clinton kembali diterjang isu tak sedap. FBI mengatakan, pihaknya kembali menyelidiki skandal email mantan Menteri Luar Negeri AS itu.
Mendengar namanya kembali dijadikan target FBI, Hillary Clinton segera buka mulut. Ia meminta lembaga intelijen itu memberi alasan jelas, kenapa penyelidikan ini digelar.
"Rakyat Amerika layak untuk mendapatkan fakta-fakta penuh dan lengkap dengan segera," ucap Hillary.
Advertisement
"Penting sekali bahwa FBI menjelaskan masalah yang dipertanyakan ini, apa pun itu, tanpa ditunda-tunda," paparnya.
Baca Juga
Penyelidikan yang dilakukan kurang dari dua pekan sebelum pemilu, dikecam secara keras oleh kubu Partai Demokrat. Bahkan kritikan tajam itu disampaikan langsung oleh Kepala Tim Kampanye Hillary, John Podesta.
"Ini penyelidikan yang ganjil," ujar Podesta.
Sebelumnya, Direktur FBI James Comey mengungkapkan, pihaknya sedang menginvestigasi temuan baru soal email mantan Menteri Luar Negeri AS itu.
"Penyelidik menemukan sejumlah email, yang berhubungan dengan kasus yang tak terkait (dengan penyelidikan sebelumnya)...," kata Comey.
Ia menambahkan, para penyelidik nantinya akan menentukan apakah email-email tersebut mengandung informasi yang dirahasiakan.
FBI sebelumnya telah menemukan bukti bahwa Hillary Clinton memiliki informasi sensitif yang tersimpan dalam server pribadinya.
Comey sebelumnya menyebut, cara istri Bill Clinton itu menangani materi rahasia selama menjabat sebagai Menlu pada 2009-2013 sebagai 'sangat ceroboh'. Namun, FBI membebaskannya dari tuduhan kriminal.
Soal kasus terbaru, kepala FBI dalam suratnya pada Kongres menyebut, pihaknya belum bisa menentukan apakah material tersebut punya arti penting atau tidak.
"Saya tak bisa memprediksi berapa lama bagi kami untuk menyelesaikan investigasi tambahan tersebut," tutur Comey.