China 'Tegur' India Terkait Kunjungan Pemimpin Spiritual Tibet

Pemerintah China mengimbau India untuk tidak memperuncing sengketa wilayah.

oleh Khairisa Ferida diperbarui 05 Des 2016, 19:24 WIB
Diterbitkan 05 Des 2016, 19:24 WIB
Karmapa Lama, tokoh Buddha ketiga paling senior di Tibet
Karmapa Lama, tokoh Buddha ketiga paling senior di Tibet (Reuters)

Liputan6.com, Beijing - China mengimbau India untuk tidak melakukan hal-hal yang dapat memperuncing sengketa wilayah antar keduanya. Peringatan ini muncul setelah seorang pemuka agama Tibet mengunjungi wilayah perbatasan yang dikontrol India namun diklaim Tiongkok.

Seperti dikutip dari Reuters, Senin (5/12/2016), Karmapa Lama, pemimpin spiritual ketiga paling senior di Tibet yang hidup di pengasingan di India sejak tahun 2000, pekan lalu berkunjung ke Tawang.

Wilayah itu terletak di negara bagian India, Arunachal Pradesh, di kawasan terpencil di timur Himalaya. Tiongkok sendiri menolak keberadaan negara bagian tersebut.

Beijing mengklaim, Arunachal Pradesh adalah bagian dari selatan tibet. Tawang, merupakan situs utama bagi umat Buddha Tibet. Kota tersebut sempat diduduki oleh pasukan China selama perang pada tahun 1962.

Disinggung tentang kunjungan Karmapa Lama tersebut, Juru bicara Kementerian Luar Negeri China, Lu Kang mengatakan, India sangat jelas mengetahui posisi China terkait dengan perbatasan keduanya di bagian timur.

"Kami berharap India dapat menghormati konsesus yang relevan bagi kedua belah pihak dan tidak mengambil tindakan apa pun yang dapat mempersulit persoalan perbatasan," kata Lu.

"Menjaga perdamaian dan stabilitas di perbatasan serta perkembangan yang sehat merupakan kepentingan kedua pihak," imbuhnya.

Pada tahun 2015, pemimpin India dan China berjanji untuk mendinginkan sengketa perbatasan yang pernah memicu perang pada 1962 lalu. India adalah "rumah" bagi komunitas pengasingan Tibet termasuk pemimpin spiritual, Dalai Lama yang dicap China sebagai separatis.

Versi Dalai Lama menyebutkan, ia hanya menginginkan otonomi bagi tanah kelahirannya, Tibet bukan kemerdekaan

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya