Liputan6.com, Jakarta - Presiden ke-35 Amerika Serikat (AS), John F. Kennedy dan Perdana Menteri Inggris, Harold Macmillan bertemu di Nassau, Bahama. Usai berbincang, keduanya mengumumkan pembentukan sebuah kekuatan nuklir multilateral NATO.
Pengumuman tersebut berarti, Negeri Paman Sam akan menjual rudal Polaris ke Inggris. Kennedy disebut-sebut telah membuat penawaran serupa ke Prancis dengan harapan dapat membangun kekuatan nuklir tripartit (AS-Inggris-Prancis) yang dapat melawan Blok Timur.
Baca Juga
Polaris adalah sistem rudal berbahan bakar padat dengan dua tahap yang dirancang untuk ditembakkan di bawah air dari sebuah kapal selam. Polaris dapat membawa hulu ledak nuklir setengah megaton dengan kecepatan 17.500 mph.
Advertisement
Pemerintah Inggris saat itu dikabarkan akan membangun kapal selam dan mengembangkan hulu ledak untuk Polaris dengan dukungan teknis dari AS. Kesepakatan Washington dengan London ini digambarkan pers AS sebagai sebuah babak baru dalam perkembangan politik dan militer di dunia Barat.
Pertemuan antara Kennedy dan Macmillan itu juga disebut sebagai yang paling konstruktif. Namun kemudian muncul kekhawatiran, Inggris akan sangat bergantung pada AS untuk menangkis serangan nuklir terlepas dari fakta bahwa elemen nuklir dari sistem persenjataan tersebut akan dipasok oleh Inggris.
Meski demikian, Macmillan membuat pernyataan bahwa Polaris akan digunakan demi kepentingan pertahanan negara-negara NATO, kecuali ketika kepentingan nasional tertinggi Inggris dipertaruhkan. Frasa ini sengaja dirancang untuk menunjukkan bahwa secara kekuatan nuklir Inggris independen dari AS.
Presiden Kennedy juga mengirim surat kepada Presiden Prancis, Charles de Gaulle yang isinya berupa penawaran Polaris. Namun tawaran tersebut ditolak. Dan pada Januari 1963, perjanjian nuklir multilateral NATO terpaksa ditandatangani tanpa keikutsertaan Prancis.
Prancis lebih memilih tak tergantung dengan Negeri Paman Sam dan tampil "mandiri" di panggung dunia. Karenanya kala itu de Gaulle memastikan bahwa Prancis mengembangkan senjata nuklirnya sendiri.
Tak hanya itu, Prancis juga menarik diri dari pengaruh militer NATO pada 1966 meski mereka tetap menjadi anggota dewan aliansi politik.
Dipicu Langkah Rusia
Sementara itu, kapal selam Inggris yang mengangkut Polaris, HMS Resolution mulai beroperasi pada tahun 1968 dan mengambil alih peran RAF sebagai penangkal nuklir strategis Inggris. Lantas, pada tahun 1990-an Polaris digantikan oleh sistem Trident.
Perjanjian Nassau mengukuhkan hubungan spesial Inggris-AS yang berkembang selama Perang Dunia II. Namun di lain sisi, kesepakatan dua kekuatan dunia ini semakin meyakinkan de Gaulle bahwa Inggris adalah kuda Trojan yang memungkinkan suara AS di dengar di Eropa.
Dengan alasan tersebut de Gaulle memveto upaya Inggris untuk bergabung dengan Masyarakat Ekonomi Eropa pada tahun 1963 dan 1967.
Perang Dingin pun berakhir setelah keruntuhan Blok Timur pada tahun 1989. Republik Ceko, Hungaria, dan Polandia menjadi eks negara-negara Pakta Warsawa pertama yang mendapatkan keanggotaan NATO pada tahun 1999.
Barulah pada tahun 2004, sejumlah negara lain seperti Estonia, Latvia, Lithuania, Slovenia, Slovakia, Bulgaria, dan Rumania ikut bergabung dengan Pakta Pertahanan Atlantik Utara tersebut.
Sebenarnya, pembicaraan antara Kennedy dengan Macmillan terjadi dua bulan setelah terkuak fakta bahwa Uni Soviet telah mendirikan pangkalan rudal nuklir di depan pintu AS, tepatnya di Kuba. Inilah yang dinilai menjadi pemicu pemikiran keduanya bahwa dibutuhkan program pertahanan terpadu.
"Dalam berbagai krisis atau bahaya persatuan merupakan perlindungan terbaik baik Barat," sebut keduanya melalui sebuah pernyataan seperti dikutip dari BBC.
AS saat itu tengah menjalankan proyek rudal American Skybolt. Proyek ini kemudian ditinggalkan karena biaya dan proses penyelesaian akan memakan waktu yang lama.
Puluhan kapal selam yang dilengkapi dengan Polaris tiba di Inggris dalam waktu lima tahun sejak Perjanjian Nassau. Jika dibandingkan dengan rudal Skybolt yang dapat membawa hulu ledak dua megaton, Polaris memang kurang kuat.
Namun peluncurannya yang melalui kapal selam membuat jejak Polaris sulit ditemukan jika dibandingkan dengan Skybolts yang diluncurkan melalui pesawat.
Selain lahirnya Perjanjian Nassau, tanggal 21 Desember juga mencatatkan sejarah penting bagi Jepang. Tepatnya pada 21 Desember 1946, wilayah Nankaido diguncang gempa berkekuatan 8,1 skala Richter yang disusul tsunami.
Gempa tersebut tercatat sebagai salah satu lindu dahsyat yang pernah "menggoyang" Negeri Sakura. Seperti dikutip dari Wikipedia, setidaknya 1.300 orang tewas dan lebih dari 38.000 rumah hancur akibat bencana itu.
Dan peristiwa bersejarah lain terjadi pada 21 Desember 1995. Berdasarkan Perjanjian Oslo, kontrol terhadap Kota Bethlehem, yang separuhnya dihuni muslim dan separuhnya Kristen disepakati untuk dikembalikan ke tangan Palestina. Namun tetap saja nasibnya masih dibayang-bayangi Israel.
Advertisement