Liputan6.com, Seoul - Donald Trump pernah melayangkan pujian pada Kim Jong-un. Menurutnya, pemimpin Korea Utara itu adalah pemuda yang 'luar biasa' karena memegang kendali atas para jenderal kuat di negaranya dan bahkan tega mengenyahkan pamannya sendiri.
"Kita tak bisa bertindak main-main padanya, sebab Kim Jong-un memiliki rudal juga senjata nuklir," kata Trump kala itu.
Baca Juga
Sebaliknya, media Korut memuji Donald Trump sebagai 'sosok bijaksana dan merupakan pilihan tepat untuk Amerika' -- ketimbang Hillary yang menurut mereka 'membosankan'.
Advertisement
Namun, 'kemesraan' yang ditunjukkan dua pihak di tengah kampanye Pilpres AS ternyata tak bertahan lama.
Korut saat ini disebut-sebut mempersiapkan dua rudal balistik antarbenua (ICBM) untuk diluncurkan pada saat pelantikan Donald Trump pada Jumat 20 Januari 2017.
Pejabat militer Korea Selatan mengatakan, Pyongyang ingin mengirimkan 'pesan strategis' pada presiden baru AS.
Dalam pernyataannya, Joint Chief of Staff Korsel mengungkapkan, laporan tersebut memang belum bisa dikonfirmasi. Namun, pihak militer terus memonitor situasi secara dekat.
Menurut laporan media di Korsel, dua misil telah ditempatkan dalam peluncur yang bisa dipindahkan (mobile).
"Panjang perangkat itu diperkirakan tak melebihi 15 meter, lebih pendek dari ICBM (intercontinental ballistic missile) milik Utara," demikian dikabarkan media Korsel, seperti dikutip dari News.com.au, Kamis (19/1/2017).
Apapun, niat itu bukan perkara mustahil. "Uji coba ICBM dalam beberapa hari mendatang sangat masuk akal untuk dilakukan," kata Andrei Lankov, dosen Kookmin University Seoul pada CNN.
"Melihat kebiasaan sebelumnya, mereka seringkali menyambut presiden baru AS dengan memberikan kejutan berupa uji coba nuklir atau peluncuran rudal," tambah dia.
Apalagi, sebelumnya, Donald Trump menertawakan klaim Kim Jong-un yang menyebut bahwa pengembangan misil antarbenua itu telah berada di tahap akhir. Ia menyebut, cita-cita Pyongyang membuat senjata nuklir yang mampu menjangkau AS, "tak mungkin terjadi".
"Karenanya peluncuran rudal akan menjadi penghinaan serius bagi AS," kata Lankov.
Jika dilakukan, uji ICBM juga berpotensi jadi alat propaganda soal kemajuan program senjata Korea Utara.
Meski, para ahli militer memperkirakan bahwa uji coba rudal balistik antarbenua Pyongyang hanya akan melibatkan rudal dengan jangkauan di bawah 2500 km -- kurang dari setengah dari jangkauan rata-rata ICBM yang lebih dari 5.500 km.
Aktivitas Nuklir Korut Meningkat
Kabar soal persiapan rudal Korut muncul di tengah kabar bahwa citra satelit menunjukkan peningkatan aktivitas di situs nuklir utama di Korea Utara.
Sebelumnya, kelompok pemantau 38 North menduga, Pyongyang tengah bersiap untuk melanjutkan operasi di reaktor produksi plutonium di Pusat Penelitian Nuklir Yongbyon yang terletak 90 kilometer dari ibu kota negara itu.
"Aktivitas di Pusat Penelitian Nuklir Yongbyon mengindikasikan bahwa operasi telah meningkat sepanjang pengamatan pada lima tahun terakhir," demikian laporan tersebut seperti dikutip dari CNN.
Di Pusat Penelitian Nuklir Yongbyon dilaporkan terdapat reaktor nuklir eksperimental berdaya 5 megawatt electrical (MWe) yang pengoperasiannya telah ditangguhkan sejak akhir 2015.
"Selama empat bulan sebelumnya, datang sejumlah kendaraan di sekitar reaktor 5 MWe. Peristiwa tersebut menunjukkan pemeliharaan, pengisian bahan bakar, atau persiapan untuk pengoperasian kembali," sebut 38 North dalam laporannya.
Pantauan dari citra satelit juga menunjukkan tidak ada salju di atap bangunan reaktor sementara bangunan lainnya tertutup salju.
"Hal ini menggambarkan bahwa terjadi kesibukan di reaktor 5 MWe, setidaknya, ada aktivitas pemanasan," tulis laporan itu.
Selain itu, saluran dari tangki pendingin reaktor juga telah dibersihkan dari es, meski dari hal ini tidak terdapat indikasi bahwa mesin tersebut tengah digunakan.
Plutonium dari reaktor Yongbyon diyakini telah digunakan dalam tes senjata nuklir Korea Utara, demikian menurut laporan pemerintah AS.
Senjata nuklir tradisional menggunakan plutonium (atau uranium) sebagai bahan bakar utama. 'Fat Man' bom atom AS yang dijatuhkan di Nagasaki menggunakan 14 pon plutonium -- yang menghasilkan ledakan setara dengan sekitar 21.000 ton TNT.
Sejak mengambil alih kekuasaan Korea Utara dari sang ayah, diktator muda itu telah meningkatkan program senjata nuklir negaranya secara dramatis.
Menurut 38North, rudal Musudan milik Korut-- yang memiliki daya jangkau 5.600 km -- akan siap dalam waktu satu tahun.
Sebaliknya, AS telah mengumumkan akan mengerahkan sistem pertahanan rudal canggih THAAD di Korea Selatan dalam delapan sampai 10 bulan mendatang -- untuk memerangi ancaman dari Utara.
Trump sebelumnya bersumpah akan mengatasi 'masalah' Korea Utara secara tuntas dalam masa kepemimpinannya.
Tidak jelas apa yang dimaksud Donald Trump: benarkah ia percaya Korea Utara tidak akan mampu mengembangkan ICBM yang andal, atau miliarder nyentrik itu yakin, AS akan bisa mencegahnya?
Advertisement