Liputan6.com, Washington, DC - Mark Zuckerberg mengatakan, Amerika Serikat adalah bangsa imigran. Ia benar.
Sejarah mencatat kedatangan pemukim pertama dari Eropa sejak tahun 1600-an. Bos Facebook itu mengemukakan hal tersebut menanggapi kebijakan imigrasi Donald Trump yang melarang pemegang paspor dari tujuh negara yakni Iran, Irak, Suriah, Sudan, Somalia, dan Yaman -- untuk masuk ke wilayah Negeri Paman Sam.
Advertisement
Semua negara yang terdampak, mayoritas penduduknya beragama Islam. Itu membuat sejumlah orang berpendapat, Donald Trump sedang mewujudkan janji kampanyenya yang melarang muslim masuk Negeri Paman Sam -- sesuatu yang belakangan dibantah oleh Presiden ke-45 AS itu.
Advertisement
Ide pelarangan muslim masuk AS, yang pernah disampaikan Trump dalam kampanye Pilpres 2016 ditentang rivalnya dari Demokrat, Hillary Clinton.
"Sudah ada Muslim di Amerika sejak George Washington," kata Clinton kala itu seperti dikutip dari situs Politifact. "Ada banyak muslim yang sukses. Kita bahkan baru saja kehilangan salah satu yang terkemuka, Muhammad Ali."
Lepas dari kecemasan sebagian rakyat Amerika Serikat memandang Islam, anggapan bahwa Muslim menginvasi AS, lewat para imigran, tak didasari fakta sahih.
"Muslim datang ke sini bahkan sebelum berdirinya Amerika Serikat -- tak hanya sedikit, namun ribuan orang," kata Peter Manseau, penulis buku One Nation Under Gods: A New American History seperti dikutip dari New York Times, Senin (31/1/2017).
Keberadaan mereka diabaikan selama ini, karena mereka yang datang sebagai korban perbudakan tak bebas menjalankan keyakinan mereka. Itu mengapa catatan sejarah terkait muslim pada masa lalu tak banyak ditemukan.
"Namun, mereka meninggalkan jejak yang cukup, yang mengonfirmasi bahwa Islam di Amerika bukan agama imigran -- seperti yang dikenal belakangan, melainkan sebuah tradisi yang mengakar kuat di sini, meskipun menjadi objek penekanan dalam sejarah bangsa."
Pada tahun 1528, seorang budak dari Maroko -- dipanggil dengan nama Estevanico -- terdampar di dekat kota Galveston, Texas bersama sejumlah penjelajah Spanyol.
Ia yang juga dikenal sebagai Esteban de Dorantes, Estebanico, Esteban the Moor atau Mustafa Zemmouri diperbudak Portugis, sebelum akhirnya dijual ke seorang bangsawan Spanyol pada 1527. Estevanico diikutkan dalam ekspedisi Narvaez yang bertujuan mendirikan koloni di Florida.
Azemmour, kota di Maroko di mana ia dibesarkan, adalah basis perlawanan muslim terhadap invasi bangsa Eropa.
Setelah dijadikan budak, ia diberi 'nama Kristiani'. Estevanico kemudian melarikan diri dari para penculiknya.
Pria muda itu kemudian melakukan perjalanan selama delapan tahun dengan Alvar Núñez Cabeza de Vaca, Andrés Dorantes de Carranza, dan Alonso del Castillo Maldonado ke utara New Spain -- mencapai wilayah kekuasaan Spanyol di Mexico City pada 1536.
Kemudian Estevanico memandu ekspedisi pulang. Namun, orang Spanyol yakin, ia tewas di desa Zuni di Hawikuh pada 1539.
Namun, dugaan lain menyebut, Estevanico sengaja lari untuk mendapatkan kebebasannya. Ia bahkan dianggap sebagai penemu New Mexico.
Dua ratus tahun kemudian, pemilik perkebunan di Louisiana mempekerjakan sejumlah muslim korban perbudakan -- mengandalkan pengalaman mereka dalam budidaya nila dan beras.
Sejumlah ahli sejarah menemukan nama-nama Muslim dan gelar dalam praktik keyakinan Islam di sejumlah dokumen daftar orang yang diperbudak dan catatan kematian.
Pengeran yang Dijadikan Budak
Muslim paling terkenal melewati pelabuhan di New Orleans adalah Abdul-Rahman Ibrahim bin Sori, seorang pangeran di tanah airnya namun berakhir menjadi budak.
Sebuah artikel koran pada masa lalu mengutip pernyataannya yang mengaku telah membaca Alkitab dan mengagumi isinya.
Namun, koran itu memuat, "keberatan utamanya adalah bahwa orang Kristen tidak mengikuti ajaran agama mereka."
Di antara umat Islam yang diperbudak di North Carolina adalah seorang guru agama bernama Omar bin Said.
Ia ditangkap kembali pada tahun 1810 setelah melarikan diri dari majikan kejam. Omar bin Said menjadi terkenal karena memenuhi dinding penjara tempatnya ditahan dengan tulisan Arab. Dia menulis memoarnya pada tahun 1831.
Kisah Islam di Amerika awal bukan hanya melibatkan beberapa individu yang terisolasi. Diperkirakan 20 persen dari orang Afrika diperbudak adalah Muslim.
"Islam adalah bagian dari sejarah kita bersama --keyakinan kuat yang tak hanya dianut mereka yang dipaksa jadi budak, namun imigran Arab pada akhir Abad ke-19, dan pada Abad ke-20 di mana banyak penduduk Afrika-Amerika menganutnya kembali dan menjadikannya keyakinan mereka," kata Peter Manseau.Â
Islam mungkin 'keyakinan impor', tambah dia, namun, keberadaannya menjadi bagian yang tak terpisahkan dari budaya AS.Â