Liputan6.com, Jakarta - Kisah tentang leluhur Presiden Donald Trump menjadi pusat perhatian pembaca Liputan6.com kanal Global pada Rabu (1/2/20170 pagi. Ternyata, Friedrich Drumpfs menjadi imigran ke Amerika Serikat pada 1885.
Para pembaca juga mengikuti 8 kisah nyata ketika hewan, baik liar maupun yang dipelihara manusia, menyantap jasad manusia.
Berita pemecatan Sally Yates, pelaksana tugas Jaksa Agung, yang oleh Gedung Putih dituduh telah mengkhianati Departemen Kehakiman terkait dengan pembangkangan Yates terhadap kebijakan imigrasi Presiden Donald Trump.
Advertisement
Berikut adalah Top 3 Global selengkapnya:
1. Kisah Tukang Cukur dan Imigran Bernama Trump...
Hari itu, 19 Oktober 1885, S.S. Eider berlabuh di Amerika Serikat. Dua belas hari sudah kapal itu berlayar dari Bremen, Jerman. Saat mendekati Pelabuhan New York, ia melewati Pulau Bedloe, di mana sebuah dasar konstruksi raksasa sedang didirikan. Patung Liberty hadiah dari Prancis ada di dekatnya, masih di dalam peti, belum dirangkai.
Seorang pemuda 16 tahun berada di dek S.S. Eider. Ia baru saja menjalani pelatihan sebagai tukang cukur rambut.
Anak muda itu bernama Friedrich Drumpfs. Seperti halnya imigran lain yang memasuki AS dari New York, ia ditempatkan di Castle Garden, di kaki Manhattan.
2. Ini 8 Makhluk Pemakan Jasad Manusia
Setiap tahun selalu ada kasus-kasus hewan menyantap jasad manusia. Hal itu bukan sekedar legenda.
Ada hewan-hewan peliharaan yang kemudian menyantap jasad majikannya setelah suatu peristiwa tragedi, misalnya.
Bahkan kejadian ini juga berlangsung di tempat-tempat yang seharusnya steril, seperti di rumah sakit.
3. Trump Pecat Jaksa Agung Penentang Perintah Anti-Imigran Muslim
Presiden Donald Trump memecat acting Jaksa Agung AS Sally Yates setelah mengeluarkan pernyataan, bahwa perintah eksekutif sang presiden tak yakin sesuai dengan hukum.
Pemecatan itu dikemukakan Gedung Putih, yang menganggap Sally Yates telah menolak pesan legal dari seorang presiden untuk melindungi warga Amerika Serikat.
"Yates telah mengkhianati Departemen Kehakiman," kata pernyataan Gedung Putih yang dikutip dari CNN, Selasa 31 Januari 2017.