Donald Trump Ingin AS Jadi Kekuatan Nuklir Utama Dunia

Trump kembali menyerukan AS untuk mengembangkan persenjataan nuklirnya tidak tertinggal dengan negara-negara lain.

oleh Khairisa Ferida diperbarui 24 Feb 2017, 15:30 WIB
Diterbitkan 24 Feb 2017, 15:30 WIB
Presiden AS Donald Trump
Presiden AS Donald Trump (AP)

Liputan6.com, Washington, DC - Presiden Donald Trump menyerukan agar Amerika Serikat (AS) mengembangkan persenjataan nuklirnya hingga dapat menduduki posisi teratas dalam isu tersebut. Ini bukan kali pertama Trump melontarkan pernyataan serupa.

Sebelumnya, pada Desember 2016 lalu ia pernah mencuit di Twitter tentang "meningkatkan kemampuan nuklir" dan mengatakan kepada MSNBC bahwa ia bersedia untuk terlibat dalam sebuah perlombaan senjata.

"AS harus memperkuat dan memperluas kemampuan nuklirnya...," kicau Trump pada 22 Desember 2016.

Kini, kepada Reuters, Trump mengungkapkan keinginannya agar Negeri Paman Sam menduduki peringkat teratas terkait persenjataan nuklir.

Menurut Asosiasi Arms Control, AS memiliki 7.100 senjata nuklir sementara Rusia memiliki 7.300. Hal inilah yang memancing keprihatinannya.

"Saya orang pertama yang ingin melihat tidak ada satu pun yang memiliki nuklir, tapi kita tidak akan pernah tertinggal di belakang negara lain bahkan jika itu negara sahabat, kita tidak akan pernah tertinggal di belakang kekuatan nuklir," ujar Trump kepada Reuters seperti dilansir BBC, Jumat, (24/2/2017).

"Sungguh hebat, sebuah mimpi jika tidak ada satu pun negara memiliki nuklir, namun jika ada yang memilikinya, kita akan berada pada urutan teratas," imbuhnya.

Namun belakangan, hal berbeda coba dikemukakan oleh Sekretaris Pers Gedung Putig Sean Spicer. Dalam press briefing, ia menegaskan bahwa AS tidak sedang mencoba meraih supremasi atas siapapun terkait isu ini.

AS dan Rusia memiliki sebuah perjanjian pembatasan senjata yang dikenal dengan New Start. Berdasarkan kesepakatan tersebut, sejak 5 Februari tahun 2018, kedua negara harus membatasi persenjataan nuklir mereka hingga mencapai level yang sama selama 10 tahun.

Dalam wawancaranya dengan Reuters, Trump juga mengumumkan sikapnya terkait sejumlah isu. Ia menyebut China sebagai "juara" manipulasi mata uang, menyatakan dukungannya ke Uni Eropa, dan mengklaim bahwa Tiongkok akan melunakkan Korea Utara dengan sangat mudah.

Tak hanya itu, Trump juga menyampaikan bahwa NATO "berutang banyak" dan ia akan menekan pakta pertahanan itu memberikan kontribusi lebih banyak. Menariknya, orang nomor satu di Negeri Paman Sam itu pun menegaskan, ia mendukung two state-solution, namun tidak menutup diri atas opsi lain dalam konflik Israel-Palestina.

Semasa berkampanye, Trump pernah mengatakan bahwa proliferasi nuklir sebagai masalah utama terbesar yang dihadapi dunia. Lawannya kala itu, Hillary Clinton berulang kali mengatakan bahwa Trump tidak memiliki keterampilan diplomatik yang diperlukan untuk menghindari perang nuklir.

Hillary saat itu mengejek Trump dengan mengatakan, pria yang dapat diprovokasi dengan sebuah pernyataan di Twitter tidak seharusnya menempatkan jari-jarinya di dekat kode nuklir.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya