Tulang Manusia Muncul dari Bangkai Kapal Sewol, Milik Korban?

Kapal Sewol akhirnya diangkat dari dasar perairan Korea Selatan. Temuan mengejutkan didapat dari sana.

oleh Elin Yunita Kristanti diperbarui 29 Mar 2017, 07:48 WIB
Diterbitkan 29 Mar 2017, 07:48 WIB
20170323-Feri Sewol Diangkat dari Dasar Laut-AP
Pekerja mempersiapkan diri mengangkat bangkai kapal feri Sewol di pulau barat daya Jindo, Korea Selatan, Kamis (23/3).Feri Sewol yang tenggelam hampir tiga tahun lalu dari kedalaman 44 meter muncul untuk pertama kalinya (Park Gyung-woo/Hankookilbo via AP)

Liputan6.com, Seoul - Tiga tahun karam, Sewol akhirnya diangkat dari dasar perairan Korea Selatan. Kapal yang dulunya gagah kini tinggal onggokan besar besi berkarat.

Namun, petugas yang menangani bangkai kapal yang tenggelam pada April 2014 lalu, menemukan hal tak terduga di dalamnya. Yakni, tulang manusia dan barang-barang milik para korban.

"Petugas menemukan jasad manusia yang tinggal tulang di bagian dek," kata pejabat Kementerian Kelautan dan Perikanan, Lee Cheol-jo seperti dikutip dari CNN, Selasa (29/3/2017).

Temuan tersebut dihasilkan saat para petugas melakukan persiapan untuk mengangkut bangkai Sewol ke darat. Alas kaki dan benda lain milik para penumpang juga ditemukan.

"Kami menemukan total enam tulang dengan ukuran bervariasi, dari 4 sampai 18 cm," tambah Lee. "Kami meyakini, belulang tersebut muncul dari jendela atau haluan kapal yang koyak."

Hingga berita ini diturunkan, belum jelas apakah tulang tersebut milik satu orang atau lebih. Lee menambahkan, tes DNA akan dilakukan untuk menguak identitas pemilik bagian tubuh tersebut.

Dibutuhkan waktu dua pekan untuk mengetahui hasil uji DNA tersebut.

"Diharapkan hasilnya akan mengakhiri penantian menyakitkan setidaknya satu keluarga. Yang telah menunggu jawaban selama tiga tahun."

3 Tahun Penantian yang Menyakitkan

Kondisi kapal feri Sewol yang berhasil diangkat di pulau barat daya Jindo, Korea Selatan (26/3). pada saat tenggelam hampir tiga tahun lalu, kapal ini menewaskan 304 orang. (HANDOUT / SOUTH KOREAN MARITIME MINISTRY / AFP)

Sewol tenggelam pada 16 April 2014 dan menewaskan 304 orang di dalamnya -- yang mayoritas adalah para siswa yang akan darmawisata ke Pulau Jeju. Enam korban hingga saat ini masih berstatus hilang.

Pekan lalu, para teknisi dan ahli bekerja siang malam untuk mengangkat kapal sepanjang 140 meter dari perairan, dan memastikan bahtera itu tak hancur saat proses ekskavasi.

Para pejabat Korsel mengatakan, feri yang saat ini dihubungkan dengan dua kapal penyelamat di dekat lokasi di mana Sewol tenggelam, akan dikembalikan ke Pelabuhan Shin pada 4 April 2017 -- tergantung kondisi cuaca.

Pekerja mempersiapkan diri mengangkat bangkai kapal feri Sewol di pulau barat daya Jindo, Korea Selatan, Kamis (23/3). Operasi pengangkatan feri sewol menjadi tuntutan utama keluarga 9 korban yang masih dinyatakan hilang. (Park Gyung-woo/Hankookilbo/AP)

Para keluarga korban terlihat emosional saat menyaksikan kapal tersebut muncul ke permukaan.

"Ini kali pertama dalam tiga tahun aku kembali melihat feri itu dengan mata telanjang. Dan sulit bagiku untuk memahami, mengapa kita tak bisa mengangkatnya sebelumnya," kata warga, Jang Dong-won kepada CNN.

"Prioritas saat ini adalah untuk menemukan jasad-jasad yang hilang dan melakukan tindakan yang tak merusak kapal, sehingga kita bisa menemukan kebenaran dan sebab mengapa ia sampai tenggelam."

Untuk para keluarga korban, penantian jawaban selama tiga tahun sungguh menyiksa.

Seorang biksu tampak berdoa untuk para korban tenggelamnya kapal ferry yang mengangkut siswa yang akan berwisata itu (AFP Photo/ED Jones)

"Anak saya adalah jasad ke-220 yang ditemukan, setelah 16 hari," kata Shin Chang-sik.

"Saya tak sanggup membayangkan saat anak-anak tersebut berteriak dan memanggil ayah dan ibu mereka di dalam kapal yang oleng. Saya merasa sedih dan pada saat bersamaan saya menyesal (tak ada di sana)."

Shin menambahkan, tragedi tenggelamnya kapal Sewol seakan baru terjadi 'kemarin'.

"Hari-hariku berhenti pada 16 April 2014. Saya akan melakukan apapun untuk memutar waktu kembali ke tanggal 15 April," kata orangtua korban kapal Sewol itu.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya