Keluarkan Perintah Eksekutif Ini, Trump Dinilai Munafik

Trump sahkan sebuah perintah eksekutif baru yang menurutnya bertujuan melindungi warga AS, tapi gara-gara itu pula ia disebut munafik.

oleh Khairisa Ferida diperbarui 19 Apr 2017, 15:05 WIB
Diterbitkan 19 Apr 2017, 15:05 WIB
Presiden ke-45 AS Donald Trump
Presiden ke-45 AS Donald Trump (AP/Andrew Harnik)

Liputan6.com, Washington, DC - Donald Trump mengumumkan perintah eksekutif barunya, yaitu "buy American and hire American" yang disebutnya bertujuan untuk melindungi pekerja dan lapangan kerja Amerika.

Tidak lama setelah Trump menandatangani kebijakan tersebut, kritik bermunculan. Ia dianggap munafik karena gagal menerapkan peraturan tersebut terhadap dirinya sendiri.

Seperti dilansir Independent, Rabu, (19/4/2017), Trump mengesahkan perintah eksekutif "buy American and hire American" pada Selasa waktu setempat di sela-sela kunjungannya ke pabrik Snap-on di Kenosha, Wisconsin.

"Melalui aksi ini kita mengirimkan sinyal kuat kepada dunia. Kita akan membela pekerja kita, lapangan kerja kita, dan pada akhirnya menjadikan Amerika yang utama (America first)," demikian pernyataan Trump.

Perintah eksekutif ini tidak memiliki kekuatan untuk mengubah undang-undang, namun mengarahkan agar instansi dan kementerian untuk meninjau kebijakan mereka dan menyarankan agar lebih banyak menggunakan produk-produk Amerika dan mempekerjakan lebih banyak warga Amerika.

Kata "hire America" merujuk pada instruksi terhadap Kementerian Tenaga Kerja, Kementerian Kehakiman, Kementerian Keamanan Dalam Negeri, dan Kementerian Luar Negeri untuk mencari bukti penyalahgunaan dan penggelapan visa pekerja. Yang dimaksud adalah visa HB-1, yang memungkinkan pengusaha AS merekrut pekerja asing.

Trump menuding para pengusaha mengeksploitasi jenis visa tersebut untuk merekrut pekerja asing dan melemahkan upah pekerja Amerika. Ia mendesak empat departemen tersebut untuk mereformasi sistem mereka demi menjamin visa HB-1 hanya diberikan kepada pelamar yang "paling terampil" atau "membayar tertinggi".

Perintah eksekutifnya tersebut, tidak menyinggung visa H-2B yang memungkinkan pengusaha AS merekrut sementara pekerja asing non-pertanian untuk pekerjaan musiman.

Resor mewah Trump di Florida, Mar-a-Lago menggunakan visa tersebut untuk merekrut 64 pekerja asing berupah rendah pada musim dingin tahun lalu. Menurut Kementerian Tenaga Kerja AS, antara tahun 2013 hingga 2015, Mar-a-Lago mempekerjakan 250 pekerja musim. Empat dari mereka adalah warga Amerika.

Sementara itu, kata "buy American" dimaknai sebagai upaya memaksimalkan jumlah barang buatan Amerika yang digunakan dalam berbagai proyek yang didanai oleh pemerintah federal. Termasuk di antaranya meminta setiap instansi dan kementerian untuk meninjau pengecualian penggunaan barang non-Amerika.

Menteri Perdagangan Wilbur Ross akan meninjau sesuai perintah dan melaporkan kembali temuannya kepada presiden dalam waktu 220 hari.

"Kami akhirnya berdiri di sisi para pekerja dan perusahaan kami. Tidak akan lagi kita mengizinkan perusahaan asing untuk menipu produsen dan pekerja kita di luar kontrak pemerintah," tegas Trump.

Kebijakan Trump ini dinilai menggambarkan ironi mengingat berbagai produk yang dihasilkan perusahaan Trump diproduksi dari 12 negara yang berbeda. Demikian hasil investigasi yang dilakukan Washington Post seperti dilansir Independent.

Sebut saja seperti produk mebel Trump dibuat di Turki dan Jerman, produk vodka Trump didestilasi di Belanda, sementara beberapa pakaian olahraga milik perusahaannya adalah hasil dari pabrikan di India.

Trump sendiri pernah menuding China memperkosa Amerika dengan kebijakan ekonominya yang merugikan. Namun faktanya, brand kacamata yang dikeluarkan perusahaannya diproduksi di Tiongkok.

"Silahkan sebut saya gila. Tapi saya rasa seruan Trump akan lebih efektif jika produk-produk yang dihasilkan perusahaannya dibuat di Amerika," tulis pemilik akun Twitter @samsteinhp.

Sejumlah pejabat senior AS, membela kebijakan terbaru Trump, memujinya sebagai hasil dari pengetahuan sang presiden di dunia bisnis yang sejak lama digelutinya.

"Dia menghabiskan hidunya di dunia bisnis, dan dia mengerti sektor swasta lebih baik dari siapa pun, dan sekarang dia memanfaatkan pengetahuan dan pengalamannya untuk bekerja atas nama rakyat Amerika. Saya rasa itu sebuah pesan yang inspiratif," ungkap salah seorang pejabat senior pemerintahan Trump.

Kebijakan proteksionisme sehari sebelumnya ditunjukkan pula oleh Perdana Menteri Australia Malcom Turnbull. Ia mengumumkan, Negeri Kanguru akan memperketat izin bekerja bagi warga asing agar warga Australia mudah mendapat pekerjaan di negerinya sendiri.

PM Turnbull mengatakan, ia akan menghapus sementara program populer, yaitu pemberian visa kerja 457. Untuk mendapat visa tersebut, syarat yang dibutuhkan hanya adanya pihak yang mensponsori pemohon dan beberapa persyaratan kecakapan kerja.

Nantinya, bagi warga asing yang mau bekerja di Australia harus memenuhi beberapa syarat lain. Termasuk memiliki kemampuan bahasa Inggris dan kemampuan bekerja yang sangat baik.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya