Liputan6.com, Jakarta Pada hari ini, 102 tahun yang lalu, sejarah merekam peristiwa penggunaan senjata kimia berbahan dasar klorin pada sebuah konflik bersenjata. Penggunaan senjata kimia tersebut digunakan pada Perang Dunia I, di teater peperangan Eropa, di Ypres, Belgia atau lebih dikenal dengan nama Pertempuran Ypres Kedua.
Senjata kimia itu digunakan oleh pasukan Jerman kepada pasukan sekutu yang terdiri dari Prancis dan Aljazair pada sebuah perang parit di kota Ypres, Provinsi Flemish, Belgia. Pertempuran Ypres diinisiasi pertama kali oleh pihak Jerman dan menandai operasi militer ofensif pertama mereka pada Perang Dunia I pada tahun itu.
Baca Juga
Pada peperangan tersebut, pihak Jerman menggunakan sebuah hulu ledak yang berisi gas klorin dan ditembakkan melalui alat artileri. Bom gas klorin itu ditembakkan dari garis parit pertahanan Jerman ke garis parit pasukan sekutu Prancis dan Aljazair.
Advertisement
Pihak sekutu yang telah mengantisipasi, menunggu sejauh 6,4 km di belakang titik ledakan artileri. Antisipasi ini dilakukan oleh pihak sekutu karena pengalaman mereka yang terus menjadi sasaran serangan artileri Jerman. Namun, pada 22 April 1915, pasukan sekutu tidak menyangka bahwa serangan artileri kali itu lain dari pada yang biasanya.
Setelah jatuh dari udara dan meledak di tanah, hulu ledak yang ditembakkan pihak Jerman mengeluarkan gas klorin. Dan, dengan angin yang bertiup kencang, gas beracun itu bergerak cepat menyekap pasukan Prancis dan Aljazair.
Serangan berdampak hebat, bukan hanya bagi pasukan sekutu, namun juga bagi para pasukan Jerman yang menggebu-gebu bergerak maju menyerang garis pertahanan pasukan musuh. Dilaporkan banyak korban berjatuhan dari kedua belah pihak sebagai dampak gas beracun tersebut.
Penggunaan gas klorin oleh Jerman pada peperangan 22 April 1915 mulai marak diadopsi oleh Prancis dan Inggris. Hal ini disebabkan karena tingginya intensitas penggunaan gas kimia serupa oleh Jerman pada sejumlah titik pertempuran.
Sejak itu, tak hanya membuat senjata kimia dengan versi yang lebih efektif, pihak sekutu dan pihak blok pusat juga turut mengembangkan teknologi yang dapat mengatasi serangan senjata kimia untuk pertama kalinya di dunia, salah satunya adalah masker gas untuk peperangan.
Meski zat kimia beracun telah beberapa kali digunakan pada peperangan jauh sebelum Pertempuran Ypres Kedua dan Perang Dunia I, namun, aplikasinya pada konflik bersenjata 22 April 1915 itu menjadi marka sejarah penggunaan senjata nahas pada perang terbuka di seluruh dunia hingga masa kini.
Pada hari dan tanggal yang sama, empat puluh tujuh tahun lalu, juga ditandai sebagai perayaan Hari Bumi untuk pertama kalinya dalam sejarah. Hari Bumi merupakan sebuah perayaan tahunan untuk meningkatkan kesadaran publik terhadap permasalahan lingkungan yang pertama kali dilaksanakan pada 22 April 1970 di Amerika Serikat. Perayaan ini ditandai dengan aksi damai, parade, seminar, dan sejumlah program edukatif lainnya.
"Tujuan diselenggarakannya Hari Bumi adalah untuk menyadarkan seluruh bangsa mengenai pentingnya permasalahan lingkungan sebagai sebuah isu besar yang jika diabaikan akan mempengaruhi keberlangsungan hidup dunia," kata Senator Gaylord Nelson dari Wisconsin, penggagas Hari Bumi.
Selain itu, 22 April juga ditandai sebagai hari pengakuan kekalahan Pemimpin Nazi-Jerman Adolf Hitler pada Perang Dunia II. Setelah mengetahui dari para jenderalnya bahwa tentara Jerman berhasil dipukul mundur dari garis pertahanan terakhir di Eberswalde, Jerman, Sang Tiran mengaku kalah dari Perang Dunia II.
Pada tanggal ini juga, pemimpin tertinggi Partai Nazi itu mulai mempertimbangkan untuk melakukan bunuh diri agar tidak ditangkap dan diadili oleh tentara Uni Soviet yang telah masuk jauh ke dalam wilayah Jerman.
Â