Liputan6.com, Yogyakarta - Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo bercerita didatangi oleh Duta Besar Rusia yang mengatakan butuh kacang. Konsumsi kacang di Rusia menurut sang duta besar tinggi. Tidak hanya itu, duta besar juga ingin memesan pepaya dan rambutan yang dianggap sebagai buah eksotik.
"Saya tertarik dan Agustus besok, saya diundang untuk menghadiri Indonesian Show di sana untuk memamerkan komoditas kita," ujarnya saat memberikan kuliah umum bertema "Strategi Pengelolaan Investasi di Daerah untuk Peningkatan Kesejahteraan Masyarakat" yang diadakan Pusat Studi Hukum dan Kesejahteraan Sosial bekerja sama dengan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), pada Sabtu, 6 Mei 2017.
Ganjar mengaku berusaha meningkatkan ekonomi dengan melakukan hubungan dagang dengan negara lain.
Advertisement
Menurutnya, untuk menciptakan iklim investasi yang baik bagi kemajuan perekonomian daerah, budaya yang menghalangi dan memperberat proses investasi harus dihilangkan. Sebagai pemimpin, gubernur mempunyai tanggung jawab untuk menurunkan tingkat kemiskinan di wilayahnya.
Ia mengatakan, kalau hanya mengandalkan APBD tidak akan cukup, karena dana itu hanya habis untuk biaya gaji.
"Maka itu, dari mana kita mampu meningkatkan ekonomi? Dari investasi. Seperti di Boyolali yang saat ini memproduksi seragam militer untuk negara-negara non-NATO dan seluruh dunia, itu dari investasi,” kata Ganjar.
Ia memprioritaskan investasi yang mampu menyerap banyak tenaga kerja sehingga dapat mengatasi pengangguran, misalnya investasi industri. Pengembangan lahan industri di Jawa Tengah menjadi agenda yang mendapat perhatian besar dari pemerintah Jawa Tengah.
Untuk menyokongnya, berbagai perbaikan dijalankan seperti pengaktifan kembali rel kereta api supaya logistik manajemen lebih efisien.
Ia berupaya menghilangkan rintangan yang menghambat iklim investasi, seperti sistem birokrasi yang berbelit-belit dan korupsi.