10 Mitos yang Terdengar Ilmiah namun Ternyata Salah

Ternyata sejumlah larangan atau anjuran yang diulang-ulang itu belum pernah dibuktikan secara ilmiah.

oleh Alexander Lumbantobing diperbarui 23 Mei 2017, 20:00 WIB
Diterbitkan 23 Mei 2017, 20:00 WIB
20170308- Mitos Kuno Tolak Bala Ala Tiongkok-Celana Dalam Merah-AFP Photo
Sebuah celana dalam milik warga setempat saat dijemur di pemukiman Shanghai, Tiongkok, Minggu (5/3). Sebagian masyarakat Tiongkok percaya bisa menolak bala dengan celana dalam merah. (AFP PHOTO/Johannes EISELE)

Liputan6.com, Jakarta - Sejak kecil kita seringkali dilarang atau diminta melakukan sesuatu berdasarkan sejumlah alasan yang terdengar ilmiah.

Ternyata sejumlah larangan atau anjuran yang diulang-ulang itu belum pernah dibuktikan secara ilmiah.

Bahkan, ketika dilakukan pembuktian, ternyata hal-hal tersebut bertentangan dengan apa yang diketahui selama ini.

Ketika diperiksa lebih teliti, maka beberapa mitos berbau ilmiah yang telah lazim selama ini tidak seperti yang kita duga.

Dikutip dari listverse.com pada Selasa (23/5/2017), berikut ini adalah 10 mitos yang kedengarannya ilmiah tapi salah kaprah:

1. Evolusi Berarti Naik Tingkatan

Ilustrasi evolusi. (Sumber Flickr/Vector Open Stock)

Memang benar, seleksi alam menyingkirkan gen-gen tidak sehat dari kumpulan gen, tapi ada banyak kasus ketika organisme tak sempurna tetap bisa selamat.

Misalnya cendawan, udang karang, dan lumut, yang pada hakikatnya tetap sama selama jangka waktu yang panjang.

Organisme-organisme itu beradaptasi secukupnya kepada lingkungan mereka untuk menyintas tanpa perlu perbaikan.

Makhluk-makhluk lain telah mengalami perubahan besar pada lingkungan mereka sehingga adaptasinya malah tidak cocok dengan situasi baru. Kecocokan haruslah dikaitkan dengan lingkungan mereka.

2. Tubuh Manusia Meletus di Angkasa

Pendaratan Apollo 15 di Bulan. (Sumber Wikimedia/NASA/Astronaut David R. Scott)

Mitos ini disebarkan oleh film-film fiksi yang perlu menambah seru cerita atau drama pada alur kisahnya.

Kenyataannya, manusia bisa bertahan15 hingga 30 detik di angkasa luar asalkan mengosongkan paru-paru terlebih dahulu agar paru-paru tidak meletus dan membocorkan udara ke dalam saluran darah.

Setelah kira-kira 15 detik, kurangnya oksigen menyebabkan kehilangan kesadaran yang dapat mematikan karena kurang udara.

3. Polaris adalah Bintang Paling Terang di Utara

Bintang-bintang di seputar Polaris. (Sumber Wikimedia Commons/Steve Ryans via Creative Commons)

Sebenarnya Sirius lebih terang pada magnitudo 1,47 dibandingkan dengan magnitudo Polaris yang hanya 1,97-- lebih rendah angka magnitudo, lebih terang bintangnya.

Hanya saja Polaris menjadi penting karena posisinya sebagai penanda arah Utara, sehingga ia pun disebut Bintang Utara.

Polaris adalah bintang paling terang dalam gugusan Ursa Minor. Menariknya, bintang itu adalah satu-satunya Bintang Utara karena bintang-bintang kutub lain berubah letaknya berkaitan dengan pergeseran perlahan berkelanjutan pada sumbu Bumi.

4. Makanan Jatuh Sebelum 5 Detik Aman

Ilustrasi makanan terjatuh ke jalan. (Sumber Wikimedia Commons/Tamerlan)

Mitos yang satu ini seharusnya sering kita dengar. Padahal, jika ada banyak kuman di lantai dan makanan jatuh tepat ke atasnya, maka kuman-kuman itu akan langsung menempel ke makanan tersebut.

Namun demikian, tertelannya kuman dan debu tidak selalu berarti hal buruk karena hal tersebut membantu kita mengembangkan sistem kekebalan yang tangguh.

5. Sisi Gelap Bulan

Bulan (NASA)

Sebenarnya, setiap bagian bulan sesekali disinari oleh matahari. Konsepsi itu muncul karena ada bagian bulan yang tidak pernah terlihat dari Bumi. Hal itu terjadi karena tarikan gravitasi Bumi sedemikian kuatnya sehingga hanya satu sisi wajah saja yang mengarah kepada kita.

Ketika gradien gravitasional menyebabkan suatu benda angkasa selalu menghadap ke benda angkasa lainnya, hal itu dikenal sebagai 'tidal locking.'

Dengan demikian, sebuah benda yang 'terkunci' memerlukan waktu yang sama untuk rotasi pada sumbunya sendiri dengan waktu yang diperlukannya untuk mengitari benda angkasa yang menjadi pasangannya.

Rotasi yang sinkron itu menyebabkan suatu wajah benda angkasa terus menerus menghadap ke arah benda angkasa yang menjadi pasangannya.

6. Sel Otak Tak Bisa Regenerasi

Ilustrasi (iStock)

Mitos ini telah sangat lazim sehingga ada saja yang percaya dan diajarkan oleh kalangan ilmiah untuk waktu yang lama.

Tapi, pada 1998, para ilmuwan Swedia dan Salk Institute di La Jolla, California, mengungkapkan bahwa sel-sel otak pada manusia dewasa bisa mengalami regenerasi.

Sebelumnya sudah lama dipercaya bahwa otak yang rumit itu bisa terganggu amat parah karena pertumbuhan sel baru, tapi penelitian itu menemukan bahwa ingatan dan pusat pembelajaran pada otak dapat menciptakan sel-sel baru sehingga ada harapan bagi penyembuhan beberapa penyakit semisal Alzheimer's.

7. Uang Logam Jatuh Bisa Mematikan

Uang rupiah baru pecahan Rp 200 logam. (Foto: BI)

Mitos ini juga cukup merebak sehingga hampir terdengar seperti cerita lama dalam sebuah film.

Pemikirannya adalah jika orang menjatuhkan sebuah uang recehan logam dari suatu gedung tinggi (misalnya Empire State Building), maka uang logam itu akan mencapai suatu kecepatan yang cukup untuk membunuh orang di bawahnya.

Kenyataannya, aerodinamika bentuk suatu uang logam tidak cukup untuk membuatnya sedemikian berbahaya.

Memang benar, seseorang yang kejatuhan bisa merasa nyeri, tapi tak sampai meninggal dunia.

8. Panas Membara Gesekan Atmosfer

Asteroid 2014 JO25. (Doc: NASA)

Ketika meteor memasuki atmosfer Bumi, maka kecepatan lintasan yang memampatkan udara di depan benda itulah yang memanaskannya.

Tingginya tekanan udara tersebut menghasilkan panas luar biasa sehingga batu angkasa itu membara sedemikian terang dan menjadi pemandangan menakjubkan.

Ada juga mitos yang menyebutkan bahwa meteor sedemikian panasnya ketika menghujam Bumi sehingga menjadi meteorit.

Kenyataannya, meteorit selalu dalam keadaan dingin ketika menghujam permukaan Bumi dan seringkali terbungkus es.

Benda itu teramat sangat dingin dalam perjalanannya di angkasa sehingga panas saat memasuki atmosfer pun tidak cukup untuk meluluhkan lapisan luarnya.

9. Petir Tak Menyambar Dua Kali

Ilustrasi Petir (AFP PHOTO / HECTOR RETAMAL)

Lain kali, ketika melihat ada sambaran petir dan kita malah berpikir untuk lari menuju titik sambarannya, ingatlah satu hal ini, yaitu bahwa petir bisa menyambar di tempat yang sama untuk ke dua kali. Bahkan, hal itu cukup sering terjadi.

Petir tentunya memang menuju titik tertentu, misalnya pepohonan dan bangunan-bangunan tinggi. Di suatu lapangan luas, benda paling tinggi akan disambar berkali-kali hingga awan halilintar itu menjauh secukupnya hingga menemukan benda sambaran baru. Gedung Empire State Building di New York disambar petir sekitar 25 kali tiap tahun.

10. Tidak Ada Gravitasi di Angkasa

Astronot NASA Mike Hopkins saat melakukan ekspedisi 38 penerbangan engineer (24/12/2013). Stasiun Luar Angkasa Internasional merayakan hari jadinya ke-15 pada 2 November sejak dihuni oleh manusia. (REUTERS/NASA)

Kenyataannya, ada banyak gravitasi di angkasa. Penyebab para astronot terlihat tanpa berat adalah karena mereka sedang mengorbit Bumi.

Mereka terjatuh menuju Bumi, tapi bergerak ke samping dalam kecepatan secukupnya sehingga tidak sampai tertarik jatuh. Jadi, mereka selalu jatuh tapi tidak pernah mendarat.

Gravitasi hadir di segala kawasan di angkasa. Ketika sebuah pesawat ulang-alik mencapai ketinggian orbit di sekitar 400 kilometer di atas permukaan Bumi, maka gravitasi hanya berkurang 10 persen saja.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya