Konflik Panjang, 100 Ribu Bocah Ukraina Timur Terancam Penyakit

Konflik di Ukraina Timur yang memasuki tahun ketiga telah menyebabkan sekitar 10 ribu orang tewas dan lebih dari 23.500 lainnya luka-luka.

oleh Arie Mega Prastiwi diperbarui 19 Jun 2017, 06:27 WIB
Diterbitkan 19 Jun 2017, 06:27 WIB
Konflik Panjang, 100 Ribu Bocah Ukraina Timur Terancam Penyakit
Konflik Panjang, 100 Ribu Bocah Ukraina Timur Terancam Penyakit (AP)

Liputan6.com, Slovyansk - Peningkatan aksi kekerasan baru-baru ini di Ukraina telah merusak infrastruktur air utama, membuat 400 ribu orang -- termasuk 100 ribu anak-anak -- tidak memiliki pasokan air bersih selama empat hari pada pekan ini.

Perserikatan Bangsa-Bangsa atau PBB memperkirakan sekitar 10 ribu orang tewas dan lebih dari 23.500 lainnya luka-luka sejak pertempuran di Ukraina Timur pecah. Pertempuran tersebut terjadi antara pasukan pemerintah dan separatis yang didukung Rusia lebih dari tiga tahun lalu.

Dikutip dari VOANews pada Senin (19/6/2017), UNICEF mengatakan bahwa peningkatan pertempuran di kawasan yang dikuasai pemberontak berpotensi menelan lebih banyak korban jiwa.

Kerusakan pipa-pipa air utama itu telah diperbaiki. Tetapi UNICEF mengatakan infrastruktur lain yang menyediakan pasokan air bagi tiga juta orang di Ukraina Timur kini menjadi lokasi pertempuran.

Juru bicara UNICEF Christophe Boulierac mengingat, banyak keluarga --  termasuk sekitar 750 ribu anak-anak -- tidak akan memiliki pasokan air bersih jika infrastruktur rusak akibat pertempuran tersebut.

"Kami khawatir karena anak-anak yang tidak memiliki air minum yang layak, bisa dengan cepat tertular penyakit seperti diare, " kata Christophe Boulierac, juru bicara UNICEF.

"Anak-anak perempuan dan laki-laki yang terpaksa mencari sumber air alternatif atau terpaksa meninggalkan rumah mereka karena gangguan pasokan air bersih, terancam menjadi korban dalam pertempuran yang sedang bergejolak," lanjutnya. 

UNICEF melaporkan, hampir empat juta orang di Ukraina Timur membutuhkan bantuan kemanusiaan. Badan itu mengatakan anak-anak adalah kelompok yang paling menderita dalam konflik selama tiga tahun tersebut.

Ditambahkan, puluhan ribu anak-anak menghadapi bahaya ranjau darat dan persenjataan lain yang belum meledak. Hal-hal tersebut membuat banyak anak menunjukkan tanda-tanda tekanan psikologis yang parah.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya