Ini yang Akan Terjadi Jika Rudal Korut Diluncurkan ke Guam?

Jika diluncurkan, rudal Korut diperkirakan membutuhkan waktu 14 menit sebelum mencapai Pulau Guam.

oleh Elin Yunita Kristanti diperbarui 11 Agu 2017, 18:00 WIB
Diterbitkan 11 Agu 2017, 18:00 WIB
Korut lakukan uji coba rudal balistik
Uji coba rudal balistik yang dilakukan Korea Utara (AFP)

Liputan6.com, Hagatna - Dengan pantai yang dibingkai hamparan pasir putih, air laut sebening kristal, langit biru, dan pohon-pohon palem yang berjejer, Guam adalah gambaran 'surga dunia'.

Namun, ketenangan tersebut terusik sejak Korea Utara berniat menjadikan teritori Amerika Serikat di Pasifik tersebut sebagai sasaran tembak. 

Dalam rencana serangan Pyongyang disebutkan, empat rudal Hwasong-12 akan terbang di atas Prefektur Shimane, Hiroshima, dan Koichi di Jepang sebelum akhirnya menghantam perairan yang jaraknya 19-25 mil atau 30,5 - 40,2 kilometer dari Pulau Guam.

Pulau Guam, Micronesia, Amerika Serikat. (Sumber Foto: Guam Visitors Bureau)

Seperti dilaporkan Associated Press, realisasi penembakan rudal tersebut tinggal menunggu restu Kim Jong-un.

Jika Korut bernyali menembakkan misil ke Guam, senjata mematikan tersebut diperkirakan akan membutuhkan waktu 14 menit sebelum mencapai pulau tersebut, demikian diungkap Juru Bicara Badan Keamanan Dalam Negeri Guam, Jenna Gaminde, seperti dikutip dari USA Today, Jumat (11/8/2017).

Ia menambahkan, sirene 15 All-Hazards Alert Warning System akan segera dibunyikan untuk memperingatkan warga.

"Jika ada serangan, akan ada pemberitahuan dari militer, dan kami akan menggunakan segala bentuk komunikasi massa untuk menyampaikan pesan itu kepada publik," kata Gaminde.

Informasi bahaya juga akan disampaikan lewat media sosial, melalui perantaraan para pemimpin di desa-desa terpencil, juga media lokal terutama radio.

Saat bunyi sirene terdengar, warga akan diminta untuk menyalakan saluran radio lokal, untuk mendengarkan instruksi selanjutnya.

Sementara itu, Greg Kuntz, pejabat direktur urusan publik Joint Region Marianas mengatakan, militer di Guam dalam kondisi siaga di tengah ancaman Korut.

"Kami selalu siaga penuh," kata Kuntz. "Kami juga menjalankan operasi seperti biasa."

Para pejabat lokal dan federal mengatakan, sejauh ini tak ada perubahan level ancaman. Semua operasi berjalan normal di Guam.

2. Strategi Mempertahankan Guam

Sebagai lokasi pangkalan militer Amerika Serikat di Pasifik, Guam dilengkapi dengan satuan tempur dan fasilitas pertahanan.

Sistem anti-rudal, Terminal High Altitude Area Defense (THAAD) secara permanen telah ditempatkan di Pangkalan Udara Andersen. 

Namun, Bruce Bennett, analis pertahanan senior Rand Corporation mengatakan, adalah Donald Trump yang memutuskan apakah uji coba akan dilakukan.

"Itu adalah sistem eksperimental, yang berpotensi meleset atau mengenai sasaran, kita belum bisa memastikan," kata dia kepada CNN.

Diduga, respons AS menembak rudal Korut adalah hal yang diinginkan Kim Jong-un. Sebab, jika satu saja sasaran meleset, Washington DC akan dibuat malu karenanya.

THAAD di Korsel tak akan bisa mencegat rudal yang diluncurkan ke Guam. Namun, perangkat tersebut bisa mendeteksi aktivitas itu lewat radarnya.

Sementara, Guam juga dilengkapi sistem anti-rudal THAAD, yang bisa menghadang misil itu.

Sisitem anti-rudal Terminal High Altitude Area Defence (THAAD) yang dipasang di Semenanjung Korea (AFP/DOD)

"Sistem tersebut didesain menangani sejumlah target secara simultan," kata Bennet.

Namun, Bennet menambahkan, itu tergantung seberapa jauh misil yang ditargetkan. Jangkauan THAAD adalah 200 kilometer. "Makin dekat jaraknya, kinerja sistem kian tertekan."

Alternatif lain, kapal perusak (destroyer) AS dilengkapi dengan pertahanan misil balistik Aegis yang bisa menembak jatuh rudal, bahkan sebelum ia memasuki atmosfer Bumi.

"AS mungkin bisa menempatkan sistem Aegis lebih dekat ke Guam, untuk menggandakan pertahanan. Namun, keputusannya tergantung presiden," kata dia.

Bukan kali ini saja ancaman dihadapi Guam gara-gara uji coba misil nuklir yang terus dilakukan Korut.

Pada Maret 2013, pejabat militer Pyongyang mengeluarkan pernyataan bahwa Andersen Air Force Base berada dalam jangkauan rudal mereka.

Sementara, pada Oktober 2006, sumber tak resmi Korut kepada ABC Radio Australia mengatakan, Guam, Jepang, dan Hawaii menjadi target potensial jika PBB memperkuat sanksi atas Pyongyang.

Carl Peterson, pemimpin Money Resources Inc. yang dekat dengan pihak militer di Guam mengaku yakin dengan kemampuan pertahanan militer AS.

"Menurut saya, tak ada yang perlu dikhawatirkan. "Kita punya mekanisme pertahanan...yang punya kemampuan menemukan rudal dan menghancurkannya dengan energi kinetik," kata dia.

Ancaman Korut muncul setelah pernyataan Donald Trump yang dianggap mengintimidasi rezim Kim Jong-un. Belakangan, Presiden Amerika Serikat itu menaikkan level peringatannya.

Ketegangan AS dan Korut yang berambisi mengembangkan senjata nuklir telah menjadi sumber kekhawatiran pemerintahan empat presiden AS. Semua upaya diplomasi yang dilakukan menemui jalan buntu.

Di tempat terpisah, Menteri Pertahanan Amerika Serikat, Jim Mattis menguatkan peringatan Trump.

"Republik Demokratik Korea (DPRK) harus berhenti mengisolasi diri dan menghentikan ambisi untuk mengembangkan senjata nuklir," kata Mattis.

"DPRK harus mempertimbangkan segala tindakannya, yang bisa mengarah pada berakhirnya rezim dan menyebabkan kehancuran bagi rakyatnya," tambah dia,

Mattis menegaskan, AS dan para sekutunya punya kemampuan untuk mengatasi serangan Korut.

Dia menambahkan, Kim Jong-un juga harus mengindahkan keputusan Dewan Keamanan PBB yang menyatakan, Korea Utara 'menjadi ancaman keamanan dan stabilitas global'.

Saksikan juga video berikut ini: 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya