Liputan6.com, Washington, DC - Pada hari ini di tahun 1981, Mark David Chapman divonis 20 tahun penjara atas perbuatannya membunuh pentolan The Beatles, John Lennon.
Hingga hari ini, The Beatles tercatat sebagai salah satu band paling sukses dalam sejarah musik pop.
Chapman menembak Lennon di luar gedung apartemen the Dakota di New York, di mana korban tinggal bersama istrinya, Yoko Ono, dan putra mereka, Sean. Peristiwa itu terjadi pada 8 Desember 1980.
Advertisement
Seperti dikutip dari History, di hari pembunuhan itu terjadi, Chapman yang merupakan seorang penggemar The Beatles menghabiskan hari dengan bersantai di dekat apartemen Lennon yang terletak di West 72nd Street dan Central Park West.
Baca Juga
Sore itu, seorang fotografer sempat memotret Lennon ketika pria kelahiran 9 Oktober 1940 tersebut memberi tanda tangan pada album "Double Fantasy" milik Chapman.
Setelah menandatangani album tersebut, Lennon yang bersama Yoko saat itu langsung menuju limosin untuk pergi rekaman. Namun, di kawasan tempat tinggal mereka, Chapman setia menunggu.
Pada malam harinya, sesaat sebelum pukul 23.00, pasangan itu kembali ke kediaman mereka dan terjadilah tragedi: Lennon ditembak sebanyak empat kali ketika memasuki gedung apartemennya.
Pasca-penembakan tersebut, Chapman tak berusaha melarikan diri. Ia tetap berada di lokasi kejadian, membaca "The Catcher in the Rye" karya J.D. Salinger. Novel itulah yang disebut-sebut menginspirasi tindakan Chapman.
Chapman berada di sana hingga polisi datang dan menggelandangnya ke tahanan. Sementara itu, Wikipedia melansir, Lennon meninggal dunia dalam perjalanannya ke rumah sakit Roosevelt.
Pelaku sempat mengajukan pembelaan yang menyebutkan dirinya tidak bersalah dan alasannya perbuatannya adalah gangguan kejiwaan meski belakangan, ia memutuskan mengakuinya. "Tuhan telah menitahkanku berbuat demikian", itulah penjelasan Chapman terkait dengan pembunuhan Lennon.
Dalam satu titik di hidupnya, Chapman berubah menjadi seorang fundamentalis. Itu memengaruhi pandangan-pandangannya. Ia kemudian meyakini bahwa The Beatles membawa pengaruh buruk bagi banyak orang, Lennon khususnya, terkait pandangannya atas agama dan negara.
Dan pelaku mengaku bertindak atas nama Tuhan...
Saksikan juga video menarik berikut ini:
Bertindak 'Atas Nama Tuhan'
Chapman sendiri diketahui memiliki banyak masalah dalam hidupnya. Terinspirasi film "Around the World in Eighty Days", sosoknya berkelana ke Tokyo, Seoul, Hong Kong, Singapura, Bangkok, New Delhi, Israel, Jenewa, London, Paris, dan Dublin. Ia kembali ke Amerika Serikat dan kemudian pindah ke Hawaii.
Seperti John Lennon, ia menikahi seorang wanita Jepang, namun pernikahannya tak bahagia. Chapman bekerja dengan upah rendah, sebagai seorang petugas keamanan.
Bahkan di hari penghakimannya, tepatnya pada 24 Agustus 1981, Chapman yang didakwa dengan pembunuhan tingkat kedua tetap membaca "The Catcher in the Rye". Permintaannya untuk pembebasan bersyarat ditolak. Di muka pengadilan, Yoko mengatakan bahwa kematian Lennon masih melukainya dan anaknya setiap hari. Mereka masih merasa kehilangan.
Yoko juga mengingatkan, bagaimana tindakan Chapman menjadi salah satu dari banyak keangkuhan dalam kasus pembunuhan terkenal. Pembebasan Chapman menurutnya hanya akan mengilhami orang lain untuk berbuat serupa. Pengadilan mendengar kata-katanya dan pengajuan pembebasan bersyarat Chapman pun terus ditolak. Pria itu diharuskan menjalani hukumannya di Penjara Negara Attica, New York.
Dalam peristiwa berbeda, 24 Agustus 1954 merupakan hari kelam bagi Brasil. Getulio Vargas yang kala itu menjabat sebagai presiden, bunuh diri dengan menembakkan bagian kiri dadanya. Kejadian ini terjadi di tengah di tengah desakan mundur terhadap Vargas yang digaungkan oleh Angkatan Udara.
Di samping Vargas, terdapat secarik kertas berisi catatan terakhirnya, "Untuk mereka musuh-musuh yang membenciku, kuwariskan kematianku ini. Aku menyesal belum bisa menerapkan seluruh kebijakan yang tepat, yang sebelumnya aku telah rencanakan".
Dalam surat itu, Vargaz juga mengungkap kekecewaannya atas perekonomian Brasil yang kian memburuk. Dia menyebut, upaya untuk meningkatkan derajat dan menyejahterakan rakyat Brasil terhambat oleh campur tangan dan kepentingan asing.