Perbudakan Modern Hancurkan Martabat Lebih dari 45 Juta Manusia

Perbudakan modern menjadi permasalahan inti yang dibahas dalam Bali Process Government and Business Forum di Perth, Australia.

oleh Andreas Gerry Tuwo diperbarui 25 Agu 2017, 14:23 WIB
Diterbitkan 25 Agu 2017, 14:23 WIB
Pertemuan Bali Process
4 Pemimpin Forum Bali Process bahas cara berantas perbudakan moderen. Pertemuan dilaksanakan di Perth, Australia Jumat, (25/7/2017). (Foto:Istimewa)

Liputan6.com, Perth - Pada hari ini, Jumat, 25 Agustus 2017, perwakilan pemerintah dan pelaku usaha dari sejumlah negara berkumpul bersama di Perth, Australia. Tujuannya, untuk menemukan langkah bersama memberantas perbudakan modern.

"Kita berkumpul di sini untuk mengangani tantangan endemik, pelecehan, dan eksploitasi kejam terhadap manusia," kata Co-Chair Bali Process Government and Business Forum dari sektor swasta dan bisnis, Eddy Sariaatmadja, di Goverment House, Perth Australia.

Founder & Chairman Emtek Group tersebut menambahkan, ada berbagai istilah yang lekat dengan perbudakan modern. Salah satunya adalah perdagangan manusia (human trafficking).

"Namun, jargon-jargon tersebut menunjukkan hal yang sama, mengacu pada eksploitasi, penindasan, ketidakadilan. Juga terkait para korban yang tak berdaya dan penyerangan terhadap martabat manusia," kata dia.

Eddy Sariaatmadja menambahkan, kita semua tak bisa mengabaikan permasalahan tersebut.

"Permasalahan itu mempengaruhi kehidupan nyata manusia, sekitar 45 juta orang di seluruh dunia. Jumlah itu nyaris dua kali jumlah penduduk Australia," tambah Eddy Sariaatmadja.

"Dan seringkali, mereka dikaburkan dari mata publik, mungkin karena media juga sibuk memantau tweet Presiden Trump."

Eddy Sariaatmadja menambahkan, selama beberapa dekade, permasalahan perbudakan modern telah ada dan berkembang. Namun sayangnya, hal itu tak disadari banyak orang di dunia.

"Mungkin karena dunia bisnis menganggap itu praktik yang bisa diterima. Atau karena tidak ada yang berbicara atas nama korban," ucap dia.

Ada banyak lagi faktor yang lain yang membuat persoalan serius itu tidak muncul ke permukaan. Tak ketinggalan, hanya ada sedikit kemauan politik (political will) untuk mengatasinya.

"Arti penting dari pertemuan kita saat ini tak hanya untuk mengidentifikasi tantangan melainkan bertekad untuk memberantasnya," kata Eddy Sariaatmadja.

Cara terbaik untuk mengawalinya, kata Eddy Sariaatmadja, adalah untuk terbuka dan jujur mengakui bahwa bisnis menjadi bagian dari permasalahan tersebut.

Sektor bisnis dalam Bali Process Government and Business Forum, ujar Eddy Sariaatmadja, fokus pada tiga area, yakni, rekrutmen secara etis, transparansi dalam rantai pasokan, serta perlindungan dan pemulihan korban.

Eddy Sariaatmadja mengatakan, pemerintah dan sektor bisnis saat ini ditantang untuk bekerja sama untuk mengatasi masalah perbudakan modern.

"Kita tak boleh gagal. Sebab, perbudakan modern juga berkelindan dengan isu-isu besar dan utama saat ini: persamaan, kemiskinan, kebebasan, keamanan, demokrasi, martabat," ucap dia.

Kegagalan menangani perbudakan modern juga akan menjadi langkah mundur.

(Laporan: Reza Ramadhansyah dari Perth, Australia) 

 

Saksikan videonya berikut ini: 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya