Liputan6.com, Seoul - Dua hari setelah Korea Utara meluncurkan rudal balistik yang melintasi langit Jepang, Amerika Serikat dan Korea Selatan kembali memamerkan kekuatan tempurnya. Kali ini dengan melibatkan armada pesawat silumannya.
Empat jet tempur AS F-35B bergabung dengan dua pesawat bomber B-1B dan empat jet tempur F-15 milik Korea Selatan, terbang di atas Semenanjung Korea. Informasi tersebut disampaikan pejabat Angkatan Udara Korsel kepada CNN.
"Latihan tersebut dirancang untuk melawan uji coba rudal balistik yang berulang kali dilakukan Korut, juga pengembangan senjata nuklir Pyongyang," kata pejabat itu, seperti dikutip dari CNN, Kamis (31/8/2017).
Advertisement
Baca Juga
Dalam sebuah pernyataan, Angkatan Udara Korsel menyampaikan, pesawat bomber AS diterbangkan dari Guam, wilayah teritorial Amerika di Pasifik, yang jadi target rudal Korut.
Sementara, empat jet tempur siluman didatangkan dari sebuah pangkalan Korps Marinir AS di Jepang.
Armada gabungan tersebut melakukan latihan pengeboman, menyimulasikan serangan yang merobek fasilitas kunci lawan di atas Pilseung Range di atas Provinsi Gangwon.
Sebelumnya, tak lama setelah peluncuran rudal Korut, Hwasong-12, Korsel langsung melakukan uji coba delapan bom di perbatasan dua Korea.
Tak hanya itu, dua rudal jarak pendek, 500 dan 800 km, langsung diluncurkan.
Amerika Serikat tak kalah reaktif. Uji coba rudal pencegat misil balistik jarak menengah dilaksanakan di Kauai, Hawaii.
AS juga menggelar latihan di situs anti-rudal balistik antarbenua (ICBM) di Fort Greely, Alaska.
Belakangan, AS juga mengumumkan keberhasilan menguji coba sebuah "bom gravitasi"Â (gravity bomb) B61-12 yang dilakukan pada 8 Agustus 2017 di Tonopah Test Range, Nevada.
B61-12 yang dijuluki "bom nuklir termahal yang pernah dibuat" -- juga yang paling bahaya --mampu menghantam target lebih tepat daripada senjata pendahulunya, B61.
Ukuran B61-12 relatif kecil sehingga bisa dijatuhkan dari jet tempur kursi ganda. Namun, jangan remehkan kekuatannya. Satu bom saja mampu menciptakan bola api berdiameter 1,6 kilometer yang intensitas suhunya diklaim lima kali lipat dari matahari.
Saat uji coba, B61-12 yang tak dipasangi hulu ledak nuklir dijatuhkan dari pesawat F-15E yang bermarkas Nellis Air Force Base.
Sementara itu, F-35 Joint Strike Fighter, yang paling mahal dan salah satu sistem senjata paling kontroversial dalam sejarah AS, dianggap sebagai landasan pertahanan AS di Pasifik.
Sebanyak 16 jet tempur F-35 Joint Strike Fighter ditempatkan di pangkalan Iwakuni, Jepang, sejak Januari 2017. Tujuannya untuk menunjukkan komitmen AS terhadap pertahanan Negeri Sakura dengan perlengkapan paling mumpuni dan modern.
Menurut Korps Marinir AS atau US Marines, penempatan tersebut dilakukan berdasarkan kebijakan pada era Presiden Obama, tak terkait dengan eskalasi ketegangan dengan Korut belakangan ini.
Dialog Bukan Jawaban
Sementara itu, Presiden AS Donald Trump menegaskan, dialog bukan lagi jadi jawaban atas krisis Semenanjung Korea.
"AS selama ini sudah bicara dengan Korea Utara, dan membayar uang pemerasan kepada mereka selama 25 tahun," kata dia lewat akun Twitternya, @realDonaldTrump.
Â
Korea Selatan dan AS saat ini tengah menjalani latihan militer gabungan, yang dimulai pekan lalu. Aktivitas tahunan ini selalu membuat Pyongyang meradang.
Menanggapi situasi terbaru di Semenanjung Korea, Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China, Hua Chunying, menegaskan, apa yang terjadi di kawasan tersebut bukanlah "naskah film atau gim komputer".
"Namun hal nyata. Benar-benar terjadi," kata dia. "Itu adalah isu penting dan serius yang secara langsung berdampak pada keamanan rakyat di Selatan dan Utara. Juga berefek pada kedamaian seluruh kawasan."
Hua menambahkan, Beijing berharap setiap pihak membuat keputusan rasional, yang bijaksana dan bertanggung jawab, demi perdamaian dan stabilitas.Â
Saksikan juga video menarik berikut ini:
ÂAdvertisement