Liputan6.com, London - Kehadiran militer Rusia di Arktik dilaporkan telah meningkat secara dramatis sejak tahun 2014.
Negeri Beruang Merah telah membentuk sebuah distrik militer permanen, meningkatkan pelatihan pasukan, menciptakan brigade baru serta terus mengeksploitasi sumber daya alam di wilayah tersebut. Demikian laporan dari think tank konservatif Inggris, The Henry Jackson Society seperti dikutip dari Independent.co.uk pada Jumat (8/9/2017).
Laporan tersebut menambahkan bahwa Moskow telah menugaskan sebuah armada pemecah es baru, membuka kembali pangkalan militer era Uni Soviet dan memasang sistem radar peringatan dini rudal di Arktik.
Advertisement
Rusia, saat ini juga tengah memperbaiki lapangan terbang seperti the Rogachyovo di Novaya Zemlya dan sejumlah lainnya di Tiksi, Vorkuta, Alykel, dan Anadyr. "Pembangunan juga telah dimulai di pangkalan militer besar 'Arctic Trefoil' di wilayah tersebut".
Laporan itu mengungkap pula bahwa Rusia saat ini dapat sewaktu-waktu menyerang wilayah udara negara lain. Pada tahun 2014, Norwegia mencegat 74 pesawat tempur Rusia yang melakukan patroli udara di wilayahnya pada -- jumlah ini meningkat dibanding tahun 2013, yakni 58 pesawat.
Baca Juga
"NATO perlu segera mengadopsi sebuah strategi Arktik dan memastikan pendekatan umum atas tantangan keamanan di kawasan ini," menurut think tank tersebut.
Penulis laporan tersebut dan direktur Pusat Studi Rusia di lembaga itu, Andrem Foxall mengatakan, "Selama beberapa dekade terakhir, Rusia telah memperluas kapasitas dan kemampuan militernya di Arktik dalam skala yang jauh lebih besar secara mendalam dan menyeluruh dibanding yang dilakukan Barat pada periode yang sama".
"Kepentingan nasional di Arktik menjelaskan aktivitas tertentu, namun tidak semuanya. Beberapa menunjukkan bahwa Rusia terlibat dalam perlombaan senjata di wilayah tersebut".
"Ada sedikit yang bisa dilakukan Inggris untuk mencegah aktivitas Rusia, tapi penilaian yang lebih canggih terhadap aktivitas ini dan implikasinya akan membantu pengembangan kebijakan yang lebih efektif," terang Foxall.
Zona Potensial Konflik
Mengomentari laporan tersebut, James Gray, anggota parlemen dari kubu Konservatif mengatakan, "Kita tidak lagi dapat mengabaikan jejak militer Rusia yang 'tumbuh' di Arktik. Saat es mencair dan kesempatan dagang muncul di kawasan ini, Inggris dan sekutu-sekutunya harus berbuat lebih banyak untuk memastikan bahwa Arktik tetap stabil dan damai".
"Kita juga harus mencegah setiap kemungkinan terjadinya Perang Dingin lewat Arktik dan Atlantik Utara untuk menganggu rute pasokan Barat. Untuk mencapai itu, Inggris bekerja sama dengan Rusia, tapi kita juga harus waspada terhadap ancaman aktivitas militer Rusia...," kata Gray.
Laporan ini mencuat di tengah ketegangan antara Rusia dan Barat pascaaneksasi Moskow atas Krimea tahun 2014.
Rusia diketahui terus membangun kekuatan militernya di seluruh perbatasannya. Hal tersebut mendorong NATO mengirim ratusan ribu pasukan demi memperkuat pertahanan sekutunya di Eropa Timur seperti Estonia, Latvia, Lithuania dan Polandia.
Arktik dinilai telah menjadi zona potensial konflik berbahaya terlebih dipicu perubahan iklim yang menyebabkan mencairnya lapisan es kutub sehingga memudahkan negara-negara untuk mengeksploitasi sumber daya alam di wilayah tersebut atau menjadikannya jalur pelayaran.
Â
Saksikan video pilihan di bawah ini: