Salah Muat Logo Kementerian Pertahanan China, Filipina Minta Maaf

Filipina sampaikan permintaan maaf setelah salah memasang logo Kementerian Pertahanan China.

oleh Khairisa Ferida diperbarui 10 Okt 2017, 08:15 WIB
Diterbitkan 10 Okt 2017, 08:15 WIB
Senapan Serbu
Dubes China untuk Filipina Zhao Jianhua (kanan) menyerahkan senapan serbu CQ-A5b buatan China ke Menhan Filipina Delfin Lorenzana, Manila, Filipina (5/10). Otoritas China menghadiahkan 3 ribu pucuk senapan serbu untuk Filipina.(AP Photo/Bullit Marquez)

Liputan6.com, Manila - Kementerian Pertahanan Filipina melayangkan permintaan maaf kepada China atas kesalahan "yang murni tanpa unsur kesengajaan" saat menggunakan logo Kementerian Pertahanan Taiwan dalam upacara penyerahan senjata hibah beberapa saat lalu.

Seperti dilansir Associated Press, Senin (9/10/2017), Kementerian Pertahanan Filipina mengatakan bahwa Menteri Delfin Lorenzana telah mengeluarkan permintaan maaf resmi ke Tiongkok melalui Duta Besar China terkait kesalahan teknis yang terjadi.

Meski demikian, pihak Kementerian Pertahanan Filipina dalam pernyataan persnya tak menerangkan bahwa logo pertahanan yang salah pasang tersebut milik negara mana. Namun, seorang pejabat Filipina mengakui kepada Associated Press bahwa logo itu adalah milik Taiwan.

Logo Kementerian Pertahanan Taiwan -- yang semestinya logo pertahanan Kementerian China -- tersebut dicetak pada spanduk besar yang digantung. Butuh beberapa hari bagi otoritas terkait sebelum akhirnya menyadari kekeliruan tersebut.

"Selama upacara serah terima 3.000 dan 3 juta amunisi secara simbolis pada hari Kamis, Kementerian Pertahanan Filipina melakukan kesalahan menyedihkan, namun murni tak disengaja dengan menggunakan logo yang berbeda pada sebuah spanduk untuk mewakili Kementerian Pertahanan China," ungkap Kementerian Pertahanan Filipina dalam pernyataannya.

Kementerian Pertahanan Filipina menegaskan kembali kebijakan negaranya yang mengakui "Kebijakan Satu China", di mana Manila hanya mengakui Tiongkok sebagai satu-satunya negara berdaulat.

"Ini adalah harapan tulus kami bahwa insiden yang sangat tidak mengenakkan ini tidak akan memengaruhi hubungan kerja sama dan persahabatan antarkedua negara yang telah tumbuh hangat sepanjang tahun lalu," kata Kementerian Pertahanan Filipina.

Usai naiknya Presiden Rodrigo Duterte ke tampuk kekuasaan tahun lalu, pemerintah Filipina mengambil kebijakan untuk menghidupkan kembali hubungan yang selama ini "dingin" dengan China. Di lain sisi, Duterte mengambil jarak dengan sekutu lamanya, Amerika Serikat, meski belakangan sikapnya terhadap Negeri Paman Sam melunak.

Duterte telah mengesampingkan sengketa teritorial dengan Beijing di Laut China Selatan sebagai upaya menarik investasi China.

China Hadiahkan 3.000 Senapan Serbu ke Filipina

China menghadiahkan 3.000 senapan serbu ke Filipina. Pengiriman senjata untuk kedua kalinya dalam tahun ini merupakan penanda hubungan bersahabat dan kooperatif antara kedua negara seiring dengan upaya Presiden Rodrigo Duterte merapat ke Tiongkok.

Menteri Pertahanan Filipina Delfin Lorenzana mengatakan bahwa senjata pemberian China tersebut seharusnya diperuntukkan bagi militer. Namun, Duterte merasa pihak kepolisian lebih membutuhkannya.

"Kami beruntung bahwa pemerintah China memberikan senjata api," tutur Lorenzana dalam sebuah konferensi pers yang digelar pada Kamis, 5 Oktober waktu Manila, seperti dikutip dari Channel News Asia pada Jumat, 6 Oktober 2017.

Penyerahan ribuan senjata di Kamp Aguinaldo tersebut diwakili oleh Duta Besar China untuk Filipina, Zhao Jianhua. Sang diplomat menjelaskan, negaranya telah memberikan bantuan militer dan bencana sekitar US$ 300 juta ke Filipina selama satu tahun belakangan.

"China akan terus memberikan bantuan dan hibah. China adalah teman yang tulus dan mitra yang tulus kepada Filipina dan akan terus begitu selamanya," ungkap Zhao, seperti dilansir South China Morning Post.

Senjata pemberian China tersebut diperkirakan bernilai sekitar US$ 3,3 juta. Seluruhnya akan diperuntukkan bagi Kepolisian Nasional Filipina (PNP) menyusul terjadi kekurangan senjata setelah AS memblokade penjualan 26 ribu senjata jenis M4 tahun lalu.

Blokade penjualan senjata tersebut terjadi di tengah kekhawatiran AS terkait dugaan pelanggaran HAM dalam perang melawan narkoba yang dilancarkan Duterte.

Duterte yang cukup kritis terhadap aliansi Filipina-AS sangat ingin mengembangkan hubungan perdagangan dan politik yang lebih erat dengan China.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Tag Terkait

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya