Kelelawar di Australia Diduga Terinfeksi Virus Serupa Rabies

Dinas Kesehatan NSW mendesak masyarakat untuk memperlakukan setiap kelelawar seolah mereka membawa penyakit fatal.

oleh Liputan6.com diperbarui 07 Nov 2017, 09:36 WIB
Diterbitkan 07 Nov 2017, 09:36 WIB
Ilustrasi kelelawar
Ilustrasi kelelawar (Daily Mail)

Liputan6.com, Queensland - Sepanjang tahun 2017, sedikitnya ada 140 mengalami gigitan dan cakaran kelelawar di negara bagian New South Wales, Australia dan menempatkan Negeri Kangguru tersebut sebagai negara paling berisiko rabies.

Dilansir dari laman Australian Plus, Selasa (7/11/2017), semua orang yang digigit atau dicakar kelelawar telah ditangani dengan program pencegahan vaksin untuk menghentikan kontraksi lyssavirus -- virus serupa rabies.

Dinas Kesehatan NSW mendesak masyarakat untuk memperlakukan setiap kelelawar seolah mereka membawa penyakit fatal.

Dinas tersebut menasehati setiap orang yang melakukan kontak dengan kelelawar untuk segera menemui dokter di rumah sakit.

"Semua orang yang digigit atau dicakar oleh kelelawar di Australia harus menjalani perawatan dan pencegahan berupa vaksin," kata direktur penyakit menular Dinas Kesehatan NSW, dokter Vicky Sheppeard.

"Jika infeksi berkembang maka sudah terlambat untuk melakukan upaya apapun, termasuk penyembuhan," tambahnya.

Tiga orang telah meninggal akibat rabies kelalawar antara tahun 1996 dan 2013, dan semuanya berasal dari negara bagian Queensland.

Vaksin ini mencakup empat suntikan selama sebulan dan itu semua dapat diperoleh secara gratis.

Dinas Kesehatan NSW memperkirakan, jumlah orang yang digigit atau dicakar oleh kelelawar mencapai 200 pada akhir tahun karena November adalah musim kawin lokal.

"Inilah saatnya ketika kelelawar melahirkan bayi mereka dan orang cenderung menemukannya di tanah dan mencoba membantu mereka," kata Dr Sheppeard.

"Tapi mereka harus ingat mereka seharusnya tidak berhubungan dengan kelelawar kapanpun dan dimanapun," tambahnya.

 

Bangkai Kelelawar Ditemukan dalam Salad Kemasan

Dua orang direkomendasikan untuk melakukan pengobatan pasca-rabies setelah seorang konsumen melaporkan menemukan bangkai kelelawar dalam salad kemasan. Hal itu dikemukakan oleh Centers for Disease Control and Prevention (CDC) Amerika Serikat.

Bangkai kelelawar dikirim ke CDC setelah ditemukan bercampur dengan salad kemasan bermerek Fresh Express Organic Marketside Spring Mix.

"Kondisi bangkai itu telah hancur sehingga CDC tak bisa menemukan apakah hewan itu mengandung rabies atau tidak," kata pernyataan badan yang berbasis di Atlanta tersebut.

Dilansir dari CNN, Amerika Serikat adalah negara endemik penularan rabies. CDC mengatakan risiko tertular rabies dari bangkai sangat rendah tapi bukan berarti tak ada kasus, jadi dua orang yang telah makan salad itu direkomendasikan untuk berobat demi pencegahan.

Sejauh ini, mereka baik-baik saja dan tak menunjukkan tanda-tanda tertular rabies.

Fresh Express segera menarik kemasan salad mix yang dijual di Walmarts di Alabama, Florida, Georgia, Louisiana, Mississippi, North Carolina, South Carolina, dan Virginia.

"Setelah mendapat laporan, tim keamanan makanan dan respons cepat baik dari Walmart dan Fresh Express segera mengambil tindakan. Kami juga bekerja sama dengan pemerintah setempat, menggelar investigasi dan menarik produk," ujar pernyataan Fresh Ekspress.

Sejauh ini tak ada laporan berisi bangkai hewan lainnya.

Departemen kesehatan Negara Bagian Florida dan CDC kini menggelar investigasi terkait penemuan bangkai kelelawar itu.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya