Liputan6.com, Beirut - Pemimpin Hizbullah dan salah satu tokoh paling menonjol di Lebanon, Hassan Nasrallah, menuduh bahwa Arab Saudi telah mendeklarasikan perang terhadap negaranya.
"Singkatnya, jelas bahwa Arab Saudi dan pejabat Saudi telah mendeklarasikan perang terhadap Lebanon dan Hizbullah di Lebanon, tapi saya harus mengatakan bahwa ini merupakan perang terhadap Lebanon," ujar Nasrallah dalam pidato yang disiarkan televisi pada 10 November 2017 waktu setempat.
Dikutip dari BBC, Sabtu (11/11/2017), Nasrallah juga menuduh Arab Saudi siap membayar "miliaran dolar" ke Israel untuk melakukan serangan militer ke Lebanon dan menggambarkannya sebagai "hal yang paling berbahaya".
Advertisement
Hal itu ia sampaikan setelah Perdana Menteri Lebanon Saad al-Hariri mengumumkan pengunduran dirinya di Riyadh, ibu kota Arab Saudi.
Pengunduran diri itu disampaikan dalam sebuah siaran televisi pada 4 November 2017. Melalui pernyataan tersebut, Hariri menuding Iran dan kelompok Hizbullah Lebanon telah menabur perselisihan di negara-negara Arab dan ia takut dirinya menjadi korban pembunuhan.
Baca Juga
Merespons hal tersebut, Presiden Lebanon Michel Aoun dan sejumlah politikus senior telah meminta Hariri untuk pulang. Hal itu disampaikan di tengah kecurigaan bahwa Hariri telah disandera pihak Saudi dan pengunduran dirinya dibayangi tekanan Riyadh.
Nasrallah menyebutkan, Hariri mengundurkan diri karena telah dipaksa pihak Saudi. Ia mengatakan bahwa Arab Saudi berusaha menyingkirkan Hariri sebagai perdana menteri dan memaksakan kepemimpinan baru dalam gerakan politiknya.
Hariri meninggalkan Lebanon pekan lalu untuk melawat ke Arab Saudi dan sejumlah negara Teluk hingga ia kemudian menghebohkan publik dengan kabar pengunduran dirinya.
Bahkan rekan dekat di partainya tidak yakin alasan pasti di balik keputusan Hariri mundur atau kapan persisnya ia akan kembali ke Lebanon.
Usai mengumumkan pengunduran dirinya, Hariri diketahui sempat meninggalkan Arab Saudi dan menuju ke Uni Emirat Arab. Namun, akhirnya ia kembali ke Riyadh.
Reaksi Dunia Usai Hariri Mundur
Ada kekhawatiran bahwa Lebanon dapat terlibat dalam konfrontasi regional yang lebih luas antara Arab Saudi dan Iran.
Ketegangan antara ketiga negara tersebut telah melonjak sejarak Hariri mengumumkan pengunduran dirinya.
Namun, Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Rex Tillerson memperingatkan agar Lebanon tak menggunakan konflik proxy tersebut. Ia juga menambahkan bahwa AS sangat mendukung kemerdekaan Lebanon.
Sekretaris Jenderal PBB, Antonio Guterres, memperingatkan bahwa konflik baru di wilayah tersebut akan memiliki "konsekuensi yang menghancurkan".
Pada Kamis, 9 November lalu, Presiden Prancis Emmanuel Macron melakukan kunjungan dadakan ke Arab Saudi. Kepada pemimpin Saudi, ia menekankan pentingnya stabilitas di Lebanon.
Prancis pernah menjajah Lebanon sebelum akhirnya negara yang beribu kota Beirut itu memperoleh kemerdekaan saat Perang Dunia II.
Di saat yang sama, Arab Saudi dan sejumlah negara teluk sekutunya mengimbau warganya yang berada di Lebanon untuk segera meninggalkan negara tersebut.
"Mempertimbangkan kondisi di Republik Lebanon, Kerajaan meminta warganya yang berkunjung atau tinggal di sana untuk segera pergi," ujar seorang sumber di Kementerian Luar Negeri Saudi.
Adapun Menteri Luar Negeri Arab Saudi Adel al-Jubeir pada awal pekan ini memperingatkan bahwa pemerintahannya akan menganggap Lebanon sebagai musuh selama kelompok Hizbullah bercokol di pemerintahan Lebanon.
Al-Jubeir menegaskan, partisipasi Hizbullah dalam pemerintahan merupakan "tindakan perang" melawan Arab Saudi. Riyadh memandang Hizbullah sebagai perwakilan Iran di tengah rivalitas Sunni dan Syiah.
Arab Saudi belum lama ini menuding kelompok Hizbullah yang mendapat dukungan dari Iran telah menembakkan rudal ke wilayah mereka dari Yaman. Rudal tersebut berhasil dicegat.
Advertisement