Liputan6.com, Tokyo - Harga bahan bakar minyak di Korea Utara dikabarkan mengalami penurunan sejak beberapa bulan terakhir. Kata sejumlah sumber dari dalam negara itu.
Penurunan harga itu diduga disebabkan meningkatnya suplai minyak dari luar negeri yang kemungkinan berasal dari Rusia. Demikian seperti dikutip dari USA Today, Rabu (6/12/2017).
Menurut media Jepang Asia Press International (API), harga minyak di Korut turun sejak November, setelah beberapa bulan lalu mengalami fluktuasi harga akibat kelangkaan suplai di kawasan.
Advertisement
Saat ini, harga solar di Korut mencapai US$ 0,82 per kilogram, turun 60 persen sejak awal November. Sementara itu, harga bensin mencapai sekitar US$ 2 per kilogram, turun sekitar 25 persen sejak bulan yang sama.
Baca Juga
Koresponden API menyebut, penurunan harga itu disebabkan oleh terjadinya peningkatan suplai BBM dari Rusia dalam jumlah banyak.
Suplai BBM itu diduga datang melalui Kota Yanggang, Korut, yang berbatasan dengan Rusia.
Jika benar adanya, peningkatan suplai minyak Korea Utara yang diduga datang dari Rusia itu, terjadi di tengah sejumlah sanksi dari PBB dan negara lain yang diterapkan kepada Korut. Sanksi itu diterapkan guna membatasi hingga menghentikan program pengembangan rudal dan persenjataan nuklir Korea Utara.
Salah satu sanksi yang ditetapkan PBB terhadap Korut adalah Resolusi 2375 yang diproduksi oleh Dewan Keamanan usai tes rudal Pyongyang pada 3 September lalu. Resolusi itu berisi larangan bagi seluruh negara anggota PBB untuk menyuplai bahan bakar minyak dan gas ke Korea Utara.
Karena itu, muncul dugaan, meski sanksi internasional kepada Korea Utara telah dijatuhkan, Rusia tampak tetap melanggarnya dengan terus mengirim suplai BBM ke negara yang dipimpin oleh Kim Jong-un tersebut.
Alasan di Balik Suplai Minyak Rusia ke Korea Utara
Daniel Pinkston, Profesor Hubungan International Troy University di Seoul, Korea Selatan, memandang suplai minyak yang dilakukan Rusia ke Korea Utara adalah salah satu cara bagi Negeri Beruang Merah untuk menstabilkan kondisi di negara dengan Ibu Kota Pyongyang tersebut.
"Rusia mungkin melakukan hal itu untuk mencegah negara itu kolaps dan akan menghasilkan dampak yang meluas hingga ke Rusia. Bisa juga, suplai bahan bakar itu ditujukan untuk memberikan bantuan kemanusiaan pada musim dingin yang tengah dialami oleh masyarakat Korut," paparnya.
"Suplai itu juga dapat dilihat sebagai upaya Rusia untuk menekan sikap agresif Korea Utara. Moskow mungkin menilai, pembatasan bahan baku pasokan dari luar negeri, justru akan memicu Pyongyang terus melakukan tes rudal atau nuklir," ucap Pinkston.
Sebagai tambahan, James Brown, profesor hubungan internasional dan pakar hubungan Rusia-Korut dari Temple University di Tokyo mengatakan, langkah yang dilakukan oleh Moskow adalah salah satu cara untuk memperoleh semacam pengaruh ekonomi atas Korea Utara.
Dengan adanya pengaruh semacam itu, Rusia mampu memanfaatkannya untuk mendorong Amerika Serikat menghentikan permusuhan dengan Korea Utara.
"Demikian pula, pengaruh itu dapat digunakan oleh Rusia untuk mendorong Pyongyang guna mengurangi agres militer di sekitar kawasan Semenanjung, membuat Moskow tampil sebagai negara yang paling bertanggung jawab di kawasan," paparnya.
Advertisement