Batal ke Israel, Wapres AS Diam-Diam ke Afghanistan

Mike Pence diam-diam melakukan perjalanan ke Afghanistan untuk menemui tentara AS.

oleh Afra Augesti diperbarui 22 Des 2017, 15:00 WIB
Diterbitkan 22 Des 2017, 15:00 WIB
Wakil Presiden AS Mike Pence
Wakil Presiden AS Mike Pence saat berada di Bargam Air Base, Afghanistan. (AFP)

Liputan6.com, Kabul - Wakil Presiden Amerika Serikat Mike Pence diam-diam melakukan perjalanan ke Afghanistan.

Lawatan ini dilakukan untuk menemui para pemimpin Afghanistan dan tentara AS di sana.

Dikutip dari Times of Israel, Jumat 22 Desember 2017, Pence terbang dari Washington D.C. pada Rabu sore waktu setempat dan langsung menuju Bagram dengan menaiki pesawat transport militer C-17.

Ini adalah kunjungan perdana Pence ke negara konflik tersebut dan dilakukan saat pemerintahan Donald Trump berencana mengakhiri perang 16 tahun di Afghanistan.

Pence akhirnya memutuskan untuk menyambangi Afghanistan pasca-penundaannya ke Israel dan Mesir akhir bulan ini. Dengan pengawalan super ketat, Pence mendarat di Pangkalan Udara Bagram (Bagram Air Base) -- pangkalan udara terbesar Amerika Serikat di Afghanistan -- menggunakan pesawat militer, sesaat setelah matahari terbenam.

Ia lalu melanjutkan perjalanan ke Kabul dengan helikopter khusus. Di ibu kota, Pence bertatap muka dengan Presiden Afghanistan Ashraf Ghani.

Setelah berbicara panjang lebar dengan Presiden Afghanistan, Pence segera kembali ke Bargam Air Base untuk menemui tentara Amerika Serikat dan mengikuti briefing dari para pemimpin militer, termasuk komandan tertinggi Jenderal John Nicholson.

 

Bahas Strategi Keamanan Baru Donald Trump

Wapres AS Mike Pence dalam lawatannya ke Kolombia
Wapres AS Mike Pence dalam lawatannya ke Kolombia (AP Photo/Fernando Vergara)

Pertemuan rahasia Mike Pence dan Ashraf Ghani dilaporkan hanya difokuskan pada isu perang di Afghanistan, yakni strategi baru Donald Trump untuk melawan Al Qaeda dan mencegah serangan teroris terhadap AS.

Gedung Putih menggambarkan rencana baru itu sebagai strategi regional yang bertujuan untuk menumbuhkan kerja sama antara negara-negara Asia Selatan lainnya, termasuk penggulingan Taliban.

Hingga kini, sedikitnya 15.000 pasukan AS telah berada di Afghanistan, setelah Trump memutuskan untuk menambah sekitar 3.800 tentara pada musim gugur tahun ini. Di sana, mereka ditugaskan untuk menjalankan misi kontraterorisme.

Pejabat AS mengatakan, pada tahun berikutnya, diharapkan pasukan AS bisa mencapai 16.000 personel yang tersebar di sejumlah titik konflik di negara itu.

Pejabat tinggi AS, termasuk Menteri Luar Negeri Rex Tillerson dan Menteri Pertahanan Jim Mattis, bertemu dengan para pemimpin Afghanistan, akhir September, di Kabul. Kedua pihak berharap bisa segera memulihkan kestabilan di Afghanistan.

Kejadian mengerikan nyaris menimpa Mattis saat itu. Militan Taliban melepaskan rentetan roket di bandara internasional Kabul yang menargetkan pesawatnya. Beruntung, pengawalan yang dilakukan angkatan udara AS berhasil mencegah serangan itu.

Pemerintahan Trump terus berupaya menjalin hubungan erat dengan pemerintahan Ghani. Pence sebelumnya pernah bertemu dengan Ghani di Jerman pada bulan Februari. Keduanya juga keraap berkomunikasi melalui konferensi telepon atau video call.

Bulan November di Gedung Putih, Pence juga pernah ditemui oleh Kepala Eksekutif Afghanistan, Abdullah Abdullah, yang ingin berkonsultasi mengenai situasi keamanan di Kabul.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya