Pria Ini Mengklaim Temukan Kunci Misteri Bahtera Nabi Nuh

Keberadaan bahtera Nabi Nuh masih menjadi misteri besar yang menanti untuk dipecahkan. Antara mitos dan fakta.

oleh Rizki Akbar Hasan diperbarui 28 Des 2017, 18:00 WIB
Diterbitkan 28 Des 2017, 18:00 WIB
Anomali di Gunung Ararat yang diduga Bahtera Nabi Nuh yang diambil Angkatan Udara AS pada 1949
Anomali di Gunung Ararat yang diduga Bahtera Nabi Nuh yang diambil Angkatan Udara AS pada 1949 (Wikipedia/Public Domain)

Liputan6.com, Ankara - Dikisahkan dalam kitab suci tentang bahtera Nabi Nuh, sebuah kapal besar yang digunakan untuk menyelamatkan manusia dan makhluk Bumi lainnya dari banjir mahadahsyat.

Meski ribuan tahun berlalu, konon puing-puing bahtera tersebut masih ada hingga saat ini. Namun, keberadaannya masih misterius.

Belakangan, seorang ahli agama atau teolog asal California, Profesor Raul Esperante, mengklaim telah mendapatkan bukti baru.

Ilmuwan dari Geoscience Research Institute, Seventh-day Adventist Church mengaku bukti baru tersebut tercantum dalam Kitab Kejadian (Genesis) 8:1-4, seperti yang ditemukan dalam Perjanjian Lama. Menurutnya, apa yang tertera di sana berdasarkan hal nyata.

"Bahtera itu berakhir di gunung ketujuh, pada hari ke-17 di bulan itu, di atas Pegunungan Ararat," demikian bunyi ayat keempat.

Masalahnya, di mana persisnya lokasi Gunung Ararat yang tercantum dalam kitab suci?

Meskipun "Ararat" menjadi nama sebuah pegunungan di Turki, belum dipastikan apakah lokasinya sama dengan yang dimaksud dalam kitab suci.

"Tujuanku adalah untuk mengunjungi sejumlah situs di sekitar pegunungan demi menemukan bukti bencana katastropik pada masa lalu," kata Esperante, dalam sebuah simposium arkeologi internasional di Turki, seperti dikutip dari News.com.au, Kamis (28/12/2017).

Ia mengaku tak akan mengulangi kesalahan yang dilakukan pada ekspedisi sebelumnya.

Esperante mengaku akan menuangkan hasil temuannya di buku dan jurnal. "Ketika kalangan ilmuwan mengetahui eksistensi bahtera Nabi Nuh di Gunung Ararat, baru kita akan mengumumkannya pada publik."

Esperante dan timnya menyerukan agar dunia mendukung upaya dan pendanaan untuk misinya itu.

Pada 2010 lalu dilakukan ekspedisi di Pegunungan Ararat. Tim kala itu mengklaim menemukan kompartemen kayu besar yang terkubur di dekat puncak Gunung Ararat.

Artefak tersebut diklaim ditemukan di antara puing-puing struktur mirip bahtera. Tim kala itu juga mengklaim, penanggalan radiokarbon menunjukkan kayu tersebut berasal dari 4.800 tahun lalu -- yang menurut sejumlah ahli menjadi momentum terjadinya banjir besar era Nabi Nuh.

Namun, kayu tersebut belum dianalisis dan diuji secara independen. Insiden serupa terjadi pada 1995 lalu. Sampel yang didapat dari ekspedisi kala itu, oleh seorang penjelajah Prancis, ternyata berusia 2.000 tahun.

Meski ekspedisi demi ekspedisi tak membuahkan hasil yang diinginkan, sejumlah ilmuwan tak lantas balik kanan.

"Bantera Nuh dan banjir besar bukan mitos, melainkan insiden yang disebutkan dalam kitab suci. Peristiwa tersebut terjadi di Anatolia, yang menjadi bagian dari budaya bangsa kita," kata Profesor Oktay Belli dari Istanbul University kepada Hurriet Daily News.

Di sisi lain, sejumlah sejarawan dan ahli geologi meragukan laporan tentang temuan atau bukti keberadaan bahtera Nabi Nuh. Mereka menggarisbawahi kurangnya bukti ilmiah tentang banjir banjir mahadahsyat yang menerjang Bumi di lapisan tanah.

Pelacakan DNA juga menepis gagasan bahwa populasi manusia dan hewan di dunia berkurang secara signifikan pada 4.800 tahun lalu.

Tak hanya itu, para ilmuwan juga mempermasalahkan sejumlah klaim soal bukti soal bahtera Nabi Nuh yang jarang dipresentasikan dan diajukan untuk diverifikasi secara ilmiah.

Misteri Anomali Ararat

Anomali Gunung Ararat
Anomali Gunung Ararat (© 2014 DigitalGlobe, Inc)

Sebuah objek misterius tertangkap kamera di dekat puncak Gunung Ararat. Banyak orang menduganya sebagai puing-puing Bahtera Nabi Nuh.

Anomali tersebut kali pertamanya tertangkap kamera selama misi pengintaian Angkatan Udara Amerika Serikat (US Air Force) pada 1949.

Foto serupa, yang diambil dari pesawat udara maupun satelit, juga didapatkan pada 1956, 1973, 1976, 1990, dan 1992.

Program riset gabungan kemudian dibentuk oleh Insight Magazine dan Space Imaging (GeoEye) menggunakan satelit IKONOS -- yang menangkap anomali tersebut pada 5 Agustus dan 13 September 2000.

Sejumlah penelitian juga dilakukan untuk meneliti anomali itu. Hasilnya?

Badan Intelijen Pertahanan AS atau Defense Intelligence Agency meyakini, penampakan itu tak ada kaitannya dengan bahtera Nabi Nuh, tapi akumulasi es dan salju belaka.

Asal Mula Pencarian Bahtera Nabi Nuh

Diyakini, ketika air surut, bahtera Nuh berada di atas Gunung. Meski tiga agama besar -- Islam, Kristen, Yahudi -- mengabarkan mukjizat Nabi Nuh, tak ada penjelasan sama sekali, di mana persisnya perahu itu menyelesaikan misinya.

Pada 26 April 2010, organisasi Noah's Ark Ministries Internationa mengumumkan temuan diduga bahtera Nabi Nuh di Turki.

Mereka mengklaim menemukan sisa-sisa perahu Nabi Nuh berada di ketinggian 4.000 meter di Gunung Agri atau Gunung Ararat, di Turki Timur. Mereka bahkan mengklaim berhasil masuk ke dalam perahu itu, mengambil foto dan beberapa spesimen untuk membuktikan klaim mereka.

Menurut para peneliti, spesimen yang mereka ambil memiliki usia karbon 4.800 tahun, cocok dengan apa yang digambarkan dalam sejarah.

Jika klaim mereka benar, para peneliti Evangelis itu telah menemukan perahu paling terkenal dalam sejarah. "Kami belum yakin 100 persen bahwa ini benar perahu Nuh, tapi keyakinan kami sudah 99 persen," kata salah satu anggota tim yang bertugas membuat film dokumenter, Yeung Wing, seperti dimuat laman berita Turki, National Turk.

Mereka juga memamerkan spesimen fosil kapal yang diduga perahu Nuh, yakni berupa tambang, paku, dan pecahan kayu.

Seperti yang dijelaskan para peneliti, tambang dan paku diduga digunakan untuk menyatukan kayu-kayu hingga menjadi kapal. Tambang juga digunakan untuk mengikat hewan-hewan yang diselamatkan dari terjangan bah -- begitu juga dengan potongan kayu yang dibuat bersekat untuk menjaga keamanan hewan-hewan. (Ein)

 

Saksikan video pilihan berikut:

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya