Kapal-Kapal Rusia Diduga Menyuplai Minyak untuk Korea Utara

Sejumlah kapal laut Rusia diduga menyuplai bahan bakar minyak ke Korea Utara, kata dua pejabat senior bidang keamanan kawasan Eropa Barat

oleh Rizki Akbar Hasan diperbarui 31 Des 2017, 13:09 WIB
Diterbitkan 31 Des 2017, 13:09 WIB
Kilang-kilang minyak Korea Utara (AP)
Kilang-kilang minyak Korea Utara (AP)

Liputan6.com, Moskow - Sejumlah kapal laut Rusia diduga telah menyuplai bahan bakar minyak ke Korea Utara.

Suplai itu dilakukan setidaknya sebanyak tiga kali dalam beberapa bulan terakhir, kata dua narasumber yang berstatus sebagai pejabat senior bidang keamanan kawasan Eropa Barat yang anonim.

Laporan itu muncul di tengah sanksi ekonomi teranyar yang ditetapkan oleh Dewan Keamanan PBB pertengahan bulan ini -- demi membatasi suplai minyak Korea Utara dan menekan perekonomian negara pengembang rudal dan nuklir tersebut.

Jika benar adanya, suplai minyak Rusia ke Korea Utara tersebut merupakan pelanggaran terhadap sanksi Dewan Keamanan PBB, lanjut kedua pejabat senior bidang keamanan Eropa Barat itu.

Menurut salah satu narasumber, tercatat ada tiga kali proses suplai yang terjadi. Demikian seperti dikutip dari ABC Australia, Minggu (31/12/2017).

Pada September 2017, dari Rusia, sebuah kapal Korea Utara dilaporkan berlayar menuju tanah airnya. Diduga, kapal itu mengangkut sejumlah besar minyak dari Negeri Beruang Merah.

Pada bulan berikutnya, terindikasi bahwa penyelundupan minyak dari Rusia ke Korea Utara dilakukan menggunakan kedok transfer kargo laut. Penyelundupan itu dilakukan pada Oktober dan November.

"Kapal-kapal Rusia melakukan transfer tersebut via dan di laut," papar salah satu narasumber. Ia melanjutkan, selain minyak, Rusia juga menyuplai sejumlah produk lain kepada Korea Utara.

Masih Dugaan

Sementara itu, salah seorang narasumber yang lain menyebut, belum ada bukti yang mendukung apakah proses suplai tersebut diketahui atau disponsori oleh pemerintah Rusia.

"Belum ada bukti apakah proses suplai itu disponsori oleh pemerintah Rusia. Namun yang jelas, kapal-kapal tersebut sangat 'menyambung hidup' Korea Utara," kata narasumber yang lain.

Kedua narasumber itu mendasari klaim mereka dengan mengutip data intelijen kemaritiman dan pencitraan satelit. Dari dua data itu, tampak sejumlah kapal yang beroperasi di pelabuhan di Timur Jauh Rusia (Russian Far Eastern) berlayar menuju Pasifik dan diduga berlabuh di Korea Utara.

Namun, kedua narasumber tak mengelaborasi lebih lanjut dan detail mengenai data -- yang sejatinya rahasia -- tersebut. Juga mengenai besaran kuantitas minyak Rusia yang disuplai ke Korea Utara.

Rusia Berikan Respons yang Ambigu

Vladimir Putin Kunjungi Suriah
Presiden Rusia, Vladimir Putin memberi sambutan saat tiba di pangkalan udara Hemeimeem di Suriah (11/12). Kunjungan Putin sebagai bentuk dari perayaan di Suriah. (Mikhail Klimentyev, Sputnik, Kremlin Pool Photo via AP)

Menyusul kabar di atas, Kementerian Luar Negeri Rusia membantah segala tuduhan yang menyebut mereka telah melanggar sanksi Dewan Keamanan PBB soal Korea Utara.

"Rusia secara penuh dan disiplin mematuhi sanksi terhadap rezim (Korea Utara) tersebut," kata rilis resmi dari Kemlu Rusia seperti dikutip dari ABC Australia, Minggu 31 Desember 2017.

Namun, rilis tersebut tak menjelaskan mengenai dugaan kapal-kapal Rusia yang menyuplai minyak ke Korea Utara.

Kendati demikian, rilis Kemlu Rusia menyebut 'Sanksi DK PBB menetapkan pembatasan suplai minyak ke Korea Utara, bukan pelarangan secara penuh'.

Sementara itu, Dinas Bea Cukai Rusia menolak berkomentar tentang dugaan kapal-kapal Negeri Beruang Merah yang memasok minyak ke Korea Utara.

Sedangkan, pemilik salah satu terduga kapal penyuplai membantah tuduhan yang menyebut jika asetnya mengirim minyak ke negara beribu kota Pyongyang itu.

Respons Amerika Serikat

Pada kesempatan yang berbeda, Kementerian Luar Negeri Amerika Serikat dalam sebuah pernyataan, meminta Rusia dan anggota PBB lainnya untuk "menerapkan secara ketat" sanksi kepada Korea Utara.

Kemlu AS juga mendesak agar komunitas internasional bekerja "secara lebih dekat untuk menghentikan aktivitas Korea Utara yang dilarang PBB, termasuk pengiriman minyak sulingan dan impor batubara dari Korea Utara".

Korea Utara mengandalkan bahan bakar suplai luar negeri untuk menjaga perekonomian mereka yang sedang anjlok. Mereka juga membutuhkan minyak untuk proyek pengembangan rudal balistik antar benua dan nuklir -- yang menurut AS mengancam perdamaian di Asia.

Donald Trump Tuduh China Meloloskan Minyak ke Korea Utara

Jadi Sinterklas, Donald Trump dan Istri Sibuk Dengarkan Permintaan Anak-Anak
Ekspresi Presiden AS Donald Trump saat berbicara dengan anak-anak di telepon di Palm Beach, AS (24/12). Pada malam natal ini Trump dan istrinya sibuk mendengarkan permintaan anak-anak kepada Sinterklas. (AFP Photo/Nicholas Kamm)

Presiden Amerika Serikat Donald Trump mengatakan bahwa dirinya sangat kecewa karena China disebutnya telah menjual minyak ke Korea Utara.

"Tertangkap basah - sangat kecewa bahwa China meloloskan minyak ke Korea Utara. Tak akan ada solusi bersahabat kepada Korea Utara jika masalah ini terus berlanjut," cuit Trump pada 28 Desember 2017.

Dikutip dari CNN, Jumat 29 Desember 2017, seorang pejabat Gedung Putih dan sejumlah pejabat Dewan Keamanan Nasional tak dapat menjelaskan maskud dari cuitan Trump itu. Mereka juga tak merespons apakah informasi itu berasal dari Korea Selatan.

Seperti dimuat Independent, pernyataan lewat Twitter itu disampaikan Trump setelah surat kabar Korea Selatan Chosun Ilbo melaporkan bahwa Amerika Serikat telah mengabadikan adanya kativitas kapal China yang memindahkan minyak ke Korea Utara dalam 30 kali kesempatan.

Laporan Chosun Ilbo, yang dikutip oleh Fox News, mengutip pernyataan sejumlah pernyataan pejabat Pemerintah Korea Selatan yang mengatakan bahwa China dan Korea Utara telah memperdagangkan minyak secara ilegal di Laut Barat.

Laporan yang menampilkan foto aktivitas itu, konon berasal dari satelit AS.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Tag Terkait

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya