Liputan6.com, Honolulu - Sebuah notifikasi ancaman misil yang muncul di hampir seluruh layar ponsel milik penduduk Hawaii, Amerika Serikat memicu kepanikan massal pada Sabtu, 13 Januari 2018 pagi waktu setempat.
"Ancaman misil balistik menuju Hawaii. Segera mencari tempat perlindungan. Ini bukan latihan," kalimat notifikasi itu berbunyi.
Sejumlah warga dilaporkan melakukan evakuasi. Selain itu, beberapa turis dikabarkan meninggalkan berbagai lokasi wisata untuk mencari tempat aman.
Advertisement
Tapi tak dinyana, sekitar 40 menit kemudian, muncul sebuah imbauan yang menyanggah kebenaran notifikasi ancaman misil tersebut.
"TIDAK ada ancaman misil yang menuju ke Hawaii," jelas Hawaii Emergency Management Agency (Hawaii-EMA) lewat akun Twitter resmi @Hawaii_EMA pada Sabtu, 13 Januari 2018 pukul 10.20 pagi waktu setempat.
Baca Juga
Tetap saja, notifikasi ancaman misil itu sudah terlanjur memicu kepanikan di seantero Hawaii.
Demi meluruskan peristiwa dan menetralisir situasi tegang, pemerintah Hawaii pun buka suara.
"Itu sebuah kesalahan (false alarm) yang dilakukan saat prosedur standar jam pergantian kerja," kata Gubernur Hawaii David Ige seperti dikutip dari CNN (14/1/2018).
"Seorang pegawai menekan tombol yang salah," lanjut Ige.
Ige juga mengonfirmasi bahwa 'alarm salah' itu tersiar lewat ponsel, televisi dan radio.
Kendati demikian, lewat akun Twitter-nya, Ige juga mengatakan bahwa pemerintah Hawaii langsung segera mengadakan pertemuan dengan para pejabat tinggi terkait untuk membahas akar permasalahan sebenarnya dari insiden itu.
"Saya mengadakan pertemuan pagi ini dengan pejabat tinggi Dinas Pertahanan Hawaii dan Hawaii-EMA untuk menentukan apa penyebab false alarm tersebut dan demi mencegah agar peristiwa serupa tidak terulang lagi," papar Ige lewat akun Twitter resmi @GovHawaii.
Dalam kesempatan berbeda, Ketua Hawaii-EMA, Vern Miyagi turut mengonfirmasi bahwa insiden tersebut merupakan 'false alarm'.
"Notifikasi imbauan itu adalah sebuah kesalahan," kata Miyagi.
Sementara itu, Juru Bicara Komando Militer AS Region Pasifik (USPACOM), Letkol AL David Benham turut mengonfirmasi insiden tersebut sebagai sebuah 'false alarm'.
"USPACOM tidak mendeteksi adanya ancaman misil balistik ke Hawaii. Notifikasi (ancaman misil) itu tersiar karena kesalahan. Pemerintah Hawaii akan mengoreksi sesegera mungkin," papar keterangan pers resmi dari Benham mewakili USPACOM.
Dua Kali
Sekitar 38 menit usai konfirmasi 'false alarm' itu mencuat, notifikasi ancaman misil kembali muncul di layar ponsel dan tersiar lewat televisi untuk kedua kalinya.
Notifikasi ancaman misil yang kedua itu, seperti dikutip dari CNN, juga merupakan sebuah 'false alarm'. Itu berarti, dalam rentang waktu yang cukup berdekatan, insiden serupa terjadi sebanyak dua kali.
Uniknya, insiden kedua terjadi usai para pejabat tinggi Hawaii memastikan bahwa insiden yang pertama adalah sebuah 'alarm palsu'. Kendati demikian, otoritas setempat masih terus menyelidiki rangkaian insiden tersebut.
Penyelidikan Digelar
Pejabat Negara Bagian Hawaii mengatakan dalam sebuah konferensi pers bahwa seluruh uji coba sistem tengah ditunda sampai penyelidikan selesai dilakukan.
Para pejabat juga mengatakan bahwa mereka sedang mengkaji mengapa beberapa sirene di Hawaii juga ikut berbunyi, meski seharusnya tidak; serta, mengapa beberapa orang tidak menerima notifikasi tersebut, meski imbauan itu 'alarm palsu'.
"Hari ini adalah hari dimana kebanyakan dari kita tidak akan pernah melupakannya, yakni hari di mana ketika banyak orang di komunitas kita menganggap mimpi terburuk kita sebenarnya bisa terjadi," kata Gubernur Hawaii David Ige dalam sebuah wawancara.
Ia menambahkan, "Saya paham bahwa apa yang terjadi hari ini sama sekali tidak dapat diterima, dan banyak orang di komunitas kami sangat terpengaruh oleh ini. Dan saya minta maaf atas rasa sakit dan kebingungan yang mungkin dialami seseorang."
Advertisement
Reaksi Pemerintah Pusat AS
Seperti dilansir CNN yang mengutip sumber dari Gedung Putih, Presiden AS Donald Trump telah diberitahu tentang insiden tersebut secara langsung oleh Wakil Penasihat Keamanan Nasional Ricky Waddell, Kepala Staf Gedung Putih John Kelly, serta Penasihat Keamanan Nasional HR McMaster.
Anggota Senator AS perwakilan Negara Bagian Hawaii, Brian Schatz juga mengatakan lewat Twitter bahwa insiden tersebut adalah 'false alarm'.
"Tidak ada ancaman rudal," senator Demokrat tersebut tweeted. "Itu adalah alarm palsu yang didasarkan pada kesalahan manusia. Tidak ada yang lebih penting bagi Hawaii daripada memprofesionalkan dan memeriksa proses pemeriksaan ini."
Pusat Informasi dan Operasi Strategis FBI, Kementerian Keamanan Dalam Negeri, and Federal Emergency Management Agency (FEMA) turut memantau situasi tersebut, seorang pejabat AS mengatakan kepada CNN.
Selain itu, Menteri Pertahanan James Mattis telah diberitahu mengenai situasi tersebut, seorang pejabat pertahanan mengatakan kepada CNN. Komisi Komunikasi Federal AS (FCC) juga menyelidiki insiden tersebut.