Liputan6.com, Perth - Sejumlah mahasiswa Indonesia yang sedang menempuh pendidikan di Australia, menggelar Indonesia Global Scholar's Forum (IGSF) 2018 di Murdoch University dan KJRI Perth, pada 23-24 Februari 2018.
Dalam acara yang membahas soal kebijakan maritim Presiden RI Joko Widodo itu, "Indonesian Global Maritime Fulcrum: Assessing Indonesia’s Policies, Strategies and Positions" menjadi tema yang diangkat.
Mahasiswa Indonesia yang ambil bagian dalam simposium tersebut membahas arah kebijakan maritim Indonesia dari berbagai perspektif, yakni, geopolitik, keamanan dan hukum, investasi, infrastruktur dan ekonomi maritim, dan sumber daya kemaritiman, pembangunan berkelanjutan di masyarakat pesisir serta ilmu kemaritiman.
Advertisement
Dalam rilis dari KBRI Canberra yang diterima Liputan6.com, Senin (26/2/2018), menurut Wakil Dubes RI, M.I. Derry Aman, prakarsa dan kontribusi para mahasiswa Indonesia di Australia yang tergabung di forum IGSF tersebut perlu diapresiasi secara positif, didukung dan difasilitasi. Terlebih, aspek kemaritiman yang dibahas sangat beragam dan relevan dengan kebutuhan maupun tantangan yang dihadapi Pemerintah Indonesia saat ini.
Baca Juga
l
"Salah satunya adalah pentingnya kita terus memperjuangkan kebijakan dan strategi kemaritiman serta diplomasi maritim melalui berbagai forum di kawasan dan dunia, sebagai bagian integral kita dalam menjaga dan menegakkan kedaulatan nasional. Potensi dan pembangunan kemaritiman juga dimaksudkan agar dapat memberikan manfaat optimal bagi masyarakat Indonesia," ujar Aman.
Selain para mahasiswa Indonesia, sejumlah pakar dari tanah air juga turut memberikan presentasi, antara lain Duta Besar Prof. Hasjim Djalal, Penggagas IDN Global yang juga mantan Wakil Menteri Luar Negeri Duta Besar Dino Patti Djalal, Prof. Baiquni dari UGM, dan Letkol Agus Pramono dari Angkatan Udara yang saat ini tengah menyelesaikan program S-3 di University of New South Wales.
Beberapa ilmuwan Australia spesialis Indonesia, yakni Prof. Malcolm Tull dari Murdoch University, Natalie Sambhi dari US-Perth Asia Centre, dan Atase Pendidikan dan Kebudayaan KBRI Canberra, Imran Hanafi juga hadir.
Mengeluarkan Deklarasi SEGARA
Di akhir kegiatan, para mahasiswa mengeluarkan Deklarasi SEGARA atau Sembilan Gagasan Para Pelajar Indonesia di Australia (PPIA) yang ditandatangani oleh seluruh Ketua PPIA Cabang Negara Bagian Australia dan Ketua PPIA se-Australia, Brena Dwita Budiarti.
Beberapa isi Deklarasi SEGARA antara lain merekomendasikan ke Pemerintah Indonesia agar segera merampungkan perjanjian perbatasan Zona Ekonomi Ekslusif, laut teritori dan landas kontinen dengan negara-negara tetangga, memberdayakan keahlian dan jaringan mahasiswa maupun diaspora Indonesia di luar negeri dalam mewujudkan Indonesia sebagai kekuatan Poros Maritim Global.
Selain itu isi Deklarasi SEGARA adalah meningkatkan pengaruh Indonesia sebagai kekuatan maritim di tingkat global, termasuk di forum Indian Ocean Rim Association (IORA), dan melindungi nelayan tradisional dan sumber daya perikanan dari praktek Illegal, Unreported and Unregulated (IUU) Fishing atau pencurian ikan oleh pihak asing.
Deklarasi SEGARA ini akan disampaikan kepada Presiden RI melalui Staf Khusus Presiden, Diaz Hendropriyono, yang ikut hadir dan memberikan paparan khusus kepada para mahasiswa Indonesia.
Kegiatan IGSF ke-empat ini diselenggarakan setiap dua tahun sekali di sejumlah kota besar di Australia. Sebelumnya, kegiatan serupa pernah diadakan di Brisbane (2012), Canberra (2014) dan Adelaide (2016).
Untuk tahun ini, PPIA Australia dan PPIA Western Australia menggandeng Kantor Staf Presiden RI, Indonesia Diaspora Network-Global, Kementerian Perhubungan, Mabes TNI, KBRI Canberra dan KJRI Perth.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Advertisement