Australia dan Timor Leste Capai Kesepakatan Perbatasan Laut Timor

Dalam kesepakatan Laut Timor, Timor Leste mungkin bisa mendapat 80 persen dari keuntungan gas di Celah Timor.

oleh Liputan6.com diperbarui 28 Feb 2018, 07:48 WIB
Diterbitkan 28 Feb 2018, 07:48 WIB
Australia dan Timor Leste Capai Kesepakatan Perbatasan Laut Timor
Australia dan Timor Leste Capai Kesepakatan Perbatasan Laut Timor (ABC.net.au)

Liputan6.com, Kuala Lumpur - Timor Leste dan Australia berhasil mencapai kesepakatan terkait perbatasan maritim kedua negara yang disengketakan. Tak hanya itu, kedua negara juga sepakat atas "jalur" untuk mengembangkan ladang gas raksasa Greater Sunrise di lepas pantai. Demikian terungkap dalam Pengadilan Arbitrase Permanen di Den Haag.

Berdasarkan kesepakatan tersebut, pembagian pendapatan dari tambang gas lepas pantai akan berbeda tergantung pada manfaat hilir yang timbul dari "konsep pembangunan yang berbeda", demikian bunyi pernyataan yang dikeluarkan menyusul berlangsungnya perundingan yang digelar di Kuala Lumpur, Malaysia, seperti dikutip dari AustraliaPlus pada Rabu (28/2/2018).

Kesepakatan tersebut akan menetapkan batas maritim di Laut Timor untuk pertama kalinya.

Australia telah mencari perbatasan yang selaras dengan landas kontinennya, tapi Timor Leste berpendapat bahwa perbatasan tersebut seharusnya berada di tengah jalan antara negaranya dan Australia -- yang menempatkan sebagian besar tambang gas Greater Sunrise di bawah kendali mereka.

Tambang tersebut diperkirakan menampung 144 miliar meter kubik gas dan 226 juta barel kondensat, yang menurut perkiraan analis bernilai sampai $ 50 miliar (atau setara Rp 500 triliun).

Akan tetapi, pembangunannya bisa jadi memakan waktu setidaknya selama satu dekade lagi, di mana Woodside mengincar porsi pembangunan di paruh kedua dari dekade berikutnya.

Mengakhiri sikap mereka selama bertahun-tahun menentang pendapat Timor Leste tersebut, pada 2017 lalu, Australia sepakat untuk menerima pemberitahuan resmi dari pemerintah Dili untuk mengakhiri kesepakatan yang membagi pendapatan migas secara setara dari ladang migas Greater Sunrise dan menetapkan kerangka waktu selama 50 tahun untuk menegosiasikan batas laut permanen di antara kedua negara.

Otoritas Dili kemudian membawa sengketa maritim yang sudah berlangsung lama ini ke Pengadilan Arbitrase permanen, sebuah organisasi antarpemerintah yang berbasis di Den Haag, yang memerintahkan arbitrase wajib di antara kedua pihak.

Tahun lalu, pengadilan mengumumkan bahwa negara-negara tersebut telah mencapai kesepakatan "mengenai elemen sentral dari batas batas maritim antara mereka di Laut Timor" -- namun rincian tersebut akan tetap dirahasiakan sampai kesepakatan tersebut selesai.

Australia dan Timor Leste akan bertemu di markas besar PBB New York pada 6 Maret untuk menandatangani perjanjian batas maritim baru tersebut, kata pernyataan itu.

Timor Leste Akan Terima 80 Persen Pendapatan?

Timor Leste telah mendorong pembangunan pabrik pengolahan di darat untuk meningkatkan ekonominya daripada pembangkit terapung.

Menurut laporan sejumlah media, Timor Leste bisa menerima hingga 80 persen pendapatan. Namun, bisa jadi sepakat pada pembagian keuntungan yang lebih sedikit jika gas disalurkan ke sebuah terminal di negara kecil tersebut.

Usaha patungan Sunrise, yang dipimpin oleh Woodside, mengatakan bahwa kedua pemerintah tersebut telah menyetujui sebuah perjanjian batas maritim baru.

"Kami berharap kesimpulan Komisi dan penandatanganan perjanjian tersebut akan membantu memberikan kepastian fiskal dan peraturan yang dibutuhkan untuk mengembangkan Greater Sunrise demi keuntungan semua pihak," kata juru bicara joint venture Sunrise.

Departemen Luar Negeri Australia tidak bersedia berkomentar.

Pemimpin delegasi, kepala perunding Timor Leste dan mantan presiden Xanana Gusmão, serta Perdana Menteri Mari Alkatiri tidak dapat segera dihubungi untuk memberikan komentar.

Sejarah Perjanjian di Laut Timor

  • Pada tahun 1989 Australia dan Indonesia menandatangani Perjanjian Celah Timor ketika Timor Leste masih dalam pendudukan Indonesia.
  • Timor Leste ditinggalkan tanpa batas maritim permanen dan Indonesia serta Australia harus berbagi kekayaan di tempat yang dikenal sebagai Celah Timor itu.
  • Pada tahun 2002 Timor Leste memperoleh kemerdekaan dan Perjanjian Laut Timor ditandatangani, tapi tidak ada perbatasan maritim permanen yang dinegosiasikan.
  • Timor Leste sudah lama berpendapat bahwa perbatasan harus berada di tengah jalan antara negaranya dan Australia, menempatkan sebagian besar tambang minyak dan gas Greater Sunrise di wilayah mereka.
  • Pada tahun 2004 Timor Leste mulai bernegosiasi dengan Australia mengenai perbatasan.
  • Pada tahun 2006 perjanjian CMATS ditandatangani, tapi tidak ada batas permanen yang ditetapkan, dan sebaliknya keputusan itu menyepakati bahwa pendapatan dari ladang minyak dan gas Greater Sunrise akan dibagi rata antara kedua negara.
  • Sengketa yang telah berlangsung lama ini telah membuat pemilik Greater Sunrise - Woodside Petroleum, ConocoPhillips, Royal Dutch Shell dan Osaka Gas Jepang - untuk mengesampingkan proyek tersebut.
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya